12. Berbahaya rasa sakit pada hati manusia

44 13 28
                                    

"Ayah, bagaimana keadaan Ayah?"

Leo menutup pintu kamar sang Ayah setelah ia baru saja memasuki ruangan tersebut, kedua tangannya membuka gorden lebar supaya sorotan sinar mentari pagi ini masuk hingga mengusir gelap pada ruangan tersebut, ia duduk seraya menanyakan keadaan sang Ayah.

"Uhuk, uhuk, sepertinya kesehatan Ayah semakin memburuk" jawab Ayah tanpa sedikit pun membuka kedua mata, karena sangat berat di rasa.

Sejak dua tahun terakhir Leo telah menggantikan posisi sang Ayah dengan menghendel seluruh perusahaan milik keluarga Shandera, seperti halnya kantor, sekolah, rumah sakit, dan juga mall.

Leo telah resmi menjadi penerus, walau seharusnya Rusel lah yang memegang kekuasaan tersebut. Namun, mau bagaimana lagi, Rusel belum juga bangun dari komanya, dan juga hanya Leo lah anak dari Shandera tersendiri, walau sebenarnya Leo bukan anak kandungnya. Namun, yang namanya anak tetaplah anak, entah itu tiri maupun kandung.

Tetapi, tak lama di saat Leo menjabat, sang Ayah secara perlahan terus merasakan sakit pada fungsi hatinya. Dahulu, semenjak kematian istrinya dan juga Rusel yang terus saja berada di rumah sakit, ia sering kali mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebih, dan penyakit baru menyerangnya sejak dua tahun terakhir.

Awalnya saat diketahui penyakit liver terkait alkohol itu masih berada di tahap satu, yaitu dimana hati ditandai dengan adanya inflamasi (peradangan) pada sel-sel hati, kondisi yang menyebabkan jaringan hati menjadi lunak dan membengkak. Namun kini, penyakit pada hati itu terus menaik hingga menjadi tahap ketiga, karena telah ditandai dengan terjadinya sirosis, yaitu kerusakan pada hati yang berlangsung dalam waktu lama. Sirosis hati merupakan tahap terakhir dari penyakit liver itu tersendiri, yang dimana hati sudah tidak dapat berfungsi lagi dengan baik.

Apa yang dirasakan Leo setelah mengetahui penyakit sang Ayah tersebut? Entahlah, hatinya masih terlampau keras seperti batu, ia sulit mendefinisikan apa yang dirasakannya, sedih namun juga banyak kesenangan didalamnya. Dengan begini, bukankah tujuan ia dan sang Mama akan cepat tercapai? Yaitu, menguasai seluruh harta milik keluarga Shandera.

"Selagi Ayah rutin meminum obatnya, maka semua akan baik-baik saja. Ayah lanjutkan istirahat, aku akan keluar"

Leo menarik selimut sang Ayah hingga menutupi sampai ke bahu, sang Ayah mengangguk terpejam dan berniat untuk kembali tidur, setelahnya Leo meninggalkan ruangan kamar mewah tersebut kemudian menutup pintu dengan rapat.

"Ma.." panggilnya yang baru saja duduk di kursi meja makan, menatap tubuh sang Mama yang tengah duduk pula di sebrang kursi sana, sang Mama tengah lihai mengupas buah-buahan dengan pisau kecil.

"Beribu-ribu kali sudah ku bilang, jangan panggil aku Mama sampai orang itu mati" balasnya tanpa menatap sang Anak yang berada di hadapannya.

"Penyakit Ayah semakin memburuk" gumamnya, ia menuduk seraya mengacak-ngacal surai rambutnya secara perlahan.

"Bukankah itu yang kau mau? Bukankah itu tujuan kita? Membuatnya tiada, lalu mengapa sekarang kau merasa kasihan?" sang Mama kini meletakkan pisau kecilnya dan netranya tertuju ada sang Putra dengan tajam.

"Ahh, aku hanya merasa tidak tega"

"Aku merasa sangat tidak enak dengan--" ia menahan kalimatnya sesaat setelahnya ia menghembuskan nafas kasar, "Ibu"

sang Mama sempat memutar kedua bola matanya jengah karena melihat sang Anak yang kini terlihat menyebalkan menurutnya, karna untuk apa anak itu kasihan pada orang yang telah menyakiti hatinya, bahkan sangat pantas orang tersebut mengidap penyakit hati agar orang tersebut merasakan bagaimana pedihnya rasa sakit.

Illusory World | Straykids [✓]Where stories live. Discover now