3. nanti kita saling kenal

2.1K 359 20
                                    

karena bagian dari hidup, perlu ada ikatan.

Pagi ini akan dilaksanakan upacara bagi seluruh siswa-siswi SMA Sajaya. Kanara dan Echa yang sedang bergandengan tangan berjalan di lorong koridor.

Semenjak menjadi sahabat Echa, ia merasa sangat beruntung. Beruntungnya, Echa bisa belajar bersama dan saling bertukar cerita setiap hari. Akan ada banyak hal mereka ingin melewatkannya bersama-sama.

“Ra, sebelumnya kita belum pernah main bareng. Gimana kalau weekend ini? Kayaknya seru!” ucap Echa bersemangat.

Kanara berpikir sesaat. Menjadi anak strict parents cukup sulit baginya berkeliaran di luar rumah. Reno yang ketat dan selalu menempatkan Kanara pada waktu yang singkat membuatnya tidak bisa pergi ke mana-mana selain berdiam di rumah sepanjang hari.

Echa yang setia menunggu jawaban darinya, selang beberapa waktu terbuang habis karena Kanara hanya diam dengan pikiran yang entah berada di mana.

“Ara?” panggil Echa.

Ia menoleh, “Lihat nanti, ya, Cha. Aku cuma takut enggak dapat izin dari Ayah."

Echa mengangguk mengerti tanpa pertimbangan. “Iya, Ra. Kalau enggak diizinin, gue aja yang ke rumah lo, deh."

Kanara terkekeh sesaat. “Oke, Cha. Maaf, ya, kalau nantinya merepotkan.”

Echa mengangguk, senyum tulus terbit dari bibirnya. Rasanya bahagia jika berada di dekat Kanara. Lalu mereka berdua beriringan kembali menuju lapangan dan berbaris sesuai kelas.

Setelah 45 menit upacara dinyatakan selesai. Murid-murid mulai berpencar untuk istirahat sejenak mencari angin. Ada yang langsung menuju kantin membeli sebotol minuman segar, ada juga yang langsung menuju kelas duduk manis di sana sambil menunggu guru datang.

Kanara sempat bilang, bahwa dirinya akan ke toilet sebentar dan Echa mengangguk mengiyakan. Kini Kanara berada di dalam toilet. Bukan tanpa sebab juga Kanara pergi ke toilet. Ia memang mudah buang air.

Sedang fokus mencuci tangan, seseorang masuk dan berdiri tak jauh dari Kanara berdiri. Gadis itu juga ingin cuci tangan dan bercermin.

"Kok mati, sih? Gembel amat airnya enggak ada!"

Kanara melihat gadis itu yang tak lain adalah Cheesy. Ia menawarkan Cheesy untuk bilas tangannya di wastafel yang sedang ia gunakan.

"Chee, pakai wastafel aku aja."

Lalu si pemilik nama menoleh dan mendapati Kanara. Mereka berada di satu toilet yang sama.

"Mungkin wastafelnya rusak. Jadi pakai aja. Ini, kan, milik umum jadi semua murid berhak ganti-gantian," ucap Kanara lagi.

"Ck, nyusahin gue aja tahu enggak. Minggir lo!" Cheesy memasang wajah kesal. Kanara menepi agar Cheesy punya ruang untuk membilas tangannya.

"Enggak usah sok baik ke gue. Lo cuma anak baru yang belum ngerti apa-apa," sahut Cheesy, Kanara tersenyum.

"Iya."

Beberapa orang belum cukup mengerti tentang ini dan itu. Karena dari mereka masih berusaha belajar. Entah dari yang kemarin, hari ini, bahkan untuk esok harinya. Dari itu, banyak yang membuat kita bingung.

Kanara tidak bermaksud apa-apa. Mungkin Cheesy memang sedari awal sedang kurang baik suasana hatinya. Ia hanya mampu tersenyum saja.

Di satu sisi, Cheesy sudah selesai. Ia keluar, namun diambang pintu ada Kanara yang menunggu dirinya usai. Cheesy menatap heran Kanara.

"Ngapain lo di sini? Nungguin setan?" ujar Cheesy.

Kanara menggeleng. Ia berniat menunggu dirinya. Entah pikiran dari mana, tapi Kanara mau menunggu Cheesy selesai. Aneh, bukan? Hatinya tidak sinkron dengan pikirannya.

"Nungguin siapa lagi selain kamu," ucap Kanara.

"Dih? SKSD lo ceritanya, haha!" Cheesy terkekeh sesaat. Ia tidak paham dengan anak baru ini yang kadang aneh dan sebaliknya.

"Ada yang mau aku tanyain."

"Kalau gue enggak mau gimana?" Kanara terdiam, lalu Cheesy menyeletuk kembali, "Gue enggak bakal terima kasih sama lo." ia pergi setelah mengatakan itu. Kanara tertinggal di belakang begitu jauh. Ia hanya menghela napas sambil melanjutkan kembali jalannya menuju kelas.

Ada yang mau aku tanyain ke kamu ....

Dia calon pacar Rey. Tapi apa aku berhak buat ikut campur? Maksudnya, kenapa aku jadi ribet sendiri? Aku ini mulai kenapa, sih?

Pada saat dalam perjalanan di area koridor ia tertabrak oleh seseorang. Ia sempat mengaduh sakit namun untungnya tidak terjatuh.

Eh, sorry. Gue enggak lihat ada orang di depan,” kata orang tersebut.

Kanara menggeleng, memaklumi. “Enggak apa-apa kok.”

“Beneran enggak apa-apa? Soalnya gue lagi bawa banyak buku jadi beneran enggak lihat.” orang itu menabrak Kanara karena tidak dapat melihat jelas ke depan. Ada beberapa tumpukan buku yang hampir menutupi seluruh wajahnya.

“Iya, santai aja. Mau ku bantu bawa buku-bukunya?”

Orang tadi dengan cepat menggeleng. "Enggak perlu, sebelumnya makasih. Tapi misal lo terluka, pulang sekolah bisa mampir ke UKS."

Kanara terkekeh kecil. “Oke, hati-hati ya untuk jalan ke sananya.”

"Oke."

Pertemuan itu singkat sekali. Orang yang menabrak Kanara sudah lebih dulu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena insiden kecil barusan.

Kanara berjalan lagi untuk sampai kelas. Di dalam kelas, Kanara tidak terlalu bisa fokus terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Tentang pertemuan yang tidak di sengaja itu pasti menimbulkan sesuatu.

to be continued....

jangan lupa tinggalkan jejak

KANARA (REVISI)Where stories live. Discover now