07. Boneka-boneka Hidup

5 2 0
                                    

PERHATIAN!
Cerita ini sedang diikutsertakan dalam acara parade uji nyali bersama Pena Baswara Publisher Jakarta.

.
.
.

Happy Reading❤️

.
.
.
.

Cuaca dingin datang ketika gelap menguasai alam. Angin-angin berembus menerbangkan sebagian daun-daun yang baru saja gugur dari pohonnya. Di tambah sinar bulan yang separuh tertutup awan, membuat suasana malam terasa mencekam.

Pukul 9 malam, lampu kamar Melati masih menyala. Jari lentik itu asyik mengetik di papan keyboard sampai tak terasa hujan telah turun mengguyur atap rumah.

Meskipun hujan rintik-rintik, tetap tidak bisa menghalangi pendengaran Melati yang teramat sensitif bila malam hari. Ada suara gelak tawa Denian di ruang tengah dan beberapa suara anak-anak yang lain.

Gelak tawa itu terlalu berisik. Fokus Melati pecah karena suara tawa itu terus saja masuk ke dalam saluran pendengarnya.

"Ih, Denian! Dia ngapain lagi, sih. Udah malam gini juga," gerutunya lalu bangkit dari duduk dan menghampiri asal suara.

"Bisa diam nggak, sih? Ini udah malam, buruan tidur, gih!" omel Melati lalu berjalan ke dekat dinding dan menekan saklar.

Boneka-boneka tertawa dan berjalan serta menari-nari terlihat ketika cahaya lampu memendar ke segala sudut ruangan.

Melati tercengang. Matanya membola melihat begitu banyak boneka hidup dan bergerak di lantai. Sontak mata boneka dengan berbagai jenis itu menatap dirinya. Satu boneka beruang itu berteriak dengan suara khas anak-anak.

"Ayo, bawa dia ke sini!" seru Bobi, ia boneka beruang kesayangan Denian.

"Ahhh!" Melati menjerit histeris kemudian berlari menuju kamar terdekat, kamar Denian. "Denian! Tolong kakak, Den!" pekiknya gemetar menahan takut.

Denian menggeliat di tempat tidurnya. "Kenapa, Kak? Denian ngantuk."

"Kakak liat hantu, Den. Kakak liat hantu," rengek gadis itu terus mengguncang tubuh adiknya.

"Hantu mana ada, Kak." Denian menjawab dengan mata yang masih tertutup rapat. "Kata guru Denian, hantu itu nggak ada."

"Ada, Den! Ada! Kakak barusan liat. Coba kamu liat sendiri di ruang tengah. Boneka yang tadi hidup semua." Melati panik, isakannya terdengar lebih menyedihkan dari Denian.

Dengan berat hati Denian bangkit. Kakaknya itu tidak akan berhenti menggoyang tempat tidurnya kalau tidak dituruti. "Mana hantunya? Sini biar Denian bantu usirin," katanya sambil berjalan paling depan.

"Itu!" Dengan mata terpejam Melati menunjuk ruang tengah, tempat di mana dia melihat kejadian diluar nalar itu.

Tatapan Denian menyisir ruangan dengan terperinci. "Mana hantunya?" Lirikannya beralih menghadap Melati di belakang.

"Hah?" Melati terbelalak. Di mana boneka-boneka yang tadi ingin mengejarnya? Bahkan satu pun tidak ada boneka yang tersisa di tempat itu sebagai bukti.

"Mana, Kak?"

"Tadi di sini. Kakak liat dengan jelas mereka mau nangkap kakak." Melati mencoba menjelaskan dengan segala kebingungan yang memenuhi isi kepalanya.

"Nggak ada tuh." Denian memutar matanya, kesal. "Kak Melati penakut banget, sih."

"Kakak nggak mungkin takut kalau nggak liat yang begituan. Tapi kakak beneran liat boneka ketawa trus jalan mondar-mandir. Suaranya mirip suara kamu," kata Melati. Dia langsung bergidik ngeri ketika kejadian aneh itu diputar lagi dalam kepalanya.

"Udah, Kak. Itu cuma halusinasi kakak aja. Guru Denian bilang, hantu yang kita lihat itu nggak nyata."

Melati terdiam dan memasang wajah cemberut. Kesal karena tidak ada yang percaya dengan apa yang dia lihat. Melati yakin itu bukan halusinasi. Itu nyata!

"Eh? Kok Bobi ada di sini?" Denian menemukan boneka Teddy Bear nya di bawah meja dekat sudut. Sebelum dia meraihnya, Melati berteriak histeris.

"Denian, jangan!"

Tunggu update selanjutnya❤️❤️

Boneka Teddy BearWhere stories live. Discover now