03. Bobi

10 3 2
                                    

PERHATIAN!
Cerita ini sedang diikutsertakan dalam acara parade uji nyali bersama Pena Baswara Publisher Jakarta.


Happy Reading❤️❤️❤️


Dari kejauhan, pria berkemeja biru kotak-kotak itu menjadi fokus utama sepasang mata. Sampai saat di dalam cafe, pemilik mata menarik kursi dan melabuhkan pantatnya dengan embusan nafas kesal. "Huh, panas!" keluh Melati sembari mengibaskan tangan kanan di depan wajah.

"Tumben tepat waktu." Arif, kekasih Melati menawarinya segelas air minum yang belum dia sentuh sama sekali. "Biasanya telat setengah jam, satu jam, bahkan kemarin kamu nggak datang."

"Baru duduk udah bahas hal begituan. Ini panas banget. Tolong beliin es!"

"Ini?" Arif menyodorkan minumannya, tetapi Melati menolak. "Kenapa?"

Menumpu wajah dengan satu tangan. Melati menjawab dengan senyuman manis mengembang di pipi. "Aku nggak mau kamu kehausan."

"Cieeeee," goda Arif. "Oke deh. Buat Tuan Putri, mau pesan es apa?"

"Kok Tuan Putri? Kenapa nggak sekalian Ratu aja?"

Arif terkekeh pelan, bangkit dari kursi lalu mengacak rambut Melati. "Polos banget, sih, Tuan Putri. Mau dipanggil Ratu, ya?"

Melati mengangguk.

"Nikah, yuk," ajaknya sampai mata Melati membola. "Katanya mau dipanggil Ratu. Ya harus nikah dulu, hehe."

"Beli es dulu!" ucap Melati gemas, telapak tangannya mendarat di lengan kanan Arif. "Kapan kamu mau beliin aku es?" tanyanya kesal. Buru-buru Arif memesan minuman untuk Melati.

Dengan rakus gadis berponi itu menyedot minumannya, sementara Arif, kekasihnya terus saja memandangi Melati sambil sesekali tersenyum.

Sikap Arif membuat Melati mengernyitkan dahi. "Kenapa liat-liat?"

"Nggak. Kamu ... lagi datang bulan, ya?"

Melati berhenti meminum es nya. "Kok tahu?"

"Soalnya hari ini kamu pakai mode singa, galak!" ejek Arif, lengannya mendapat satu pukulan lagi dari Melati. Namun pria itu malah terkekeh senang.

"Mau di dalam rumah atau di luar sama aja, nyebelin!"

"Emangnya kenapa di rumah?" Arif bertanya, wajahnya terlihat penasaran.

"Itu, si Denian!" sahut Melati ketus. "Kemarin dia ngambek dan marah-marah sama aku. Minta dibeliin boneka Teddy Bear segala. Jadinya nggak bisa datang ke sini."

Arif mengangguk paham. Mengurus adik laki-laki itu tidak semudah memelihara kucing yang kalau sudah diberi makan bisa ditinggal ke mana saja. "Yang sabar, ya."

"Kesel banget rasanya. Tapi kasian juga karena cuma aku yang Denian punya di rumah. Ayah sama ibu masih di Jakarta. Denian itu, kalau ibu nelpon selalu aja ngadu yang nggak jelas. Aku juga yang disalahin. Nyebelin banget!"

Arif tercengang menonton Melati yang mengoceh tidak jelas. Bahkan parahnya, suara gadis itu mengundang perhatian penghuni cafe yang lain.

"Hm, kayaknya kamu lagi nggak enak badan, ya?" tanya Arif. Melati melirik kiri kanan. Orang-orang menatapnya dengan wajah heran. "Mau aku antar pulang?" Arif menawarkan diri.

"Nggak!" sahut Melati kesal.

Sampai di halaman depan rumah bertingkat dua itu, Arif melambaikan tangan ke arah Melati yang sudah memasuki pekarangan rumahnya.

"Dah! Hati-hati di jalan, ya!" Melati balas melambai kekasihnya.

"Oke, siap Tuan Putri," sahut Arif sembari mengangkat jempolnya tinggi-tinggi.

Pada akhirnya Melati tetap luluh oleh bujukan Arif yang ingin mengantarnya pulang sampai tujuan.

"Kak Melati, baru pulang, ya."

Melati langsung berbalik menghadap asal suara. Sosok Denian berdiri di depan pintu bersama boneka Teddy Bear dalam pelukannya.

"Iya. Kenapa? Kakak capek banget, nih. Kayaknya nggak bisa main sama kamu sekarang. Maaf, ya," kata Melati memelas.

"Denian emang nggak ngajak Kak Melati main kok. Main sama Bobi lebih seru."

"Bobi?" Kepala Melati dimiringkan ke satu sisi. Nama itu tidak pernah Denian sebutkan sebelumnya.

Anak laki-laki itu mengangkat boneka Teddy Bear nya ke hadapan sang kakak lalu berkata, "Ini Bobi, teman baru Denian."

Melati bergeming. Tidak ada tanggapan sama sekali. Kemudian Denian tinggalkan kakaknya yang sedang terlihat seperti orang dungu, terdiam dengan tatapan hampa.

Ketika Denian sudah masuk ke dalam rumah, kelopak mata Melati seketika berkedip cepat. Tubuhnya berputar menatap sekeliling, merasa bingung dengan tempat yang dilihat.

"Kenapa aku masih di sini? Perasaan tadi udah masuk rumah."





Tunggu update selanjutnya❤️❤️❤️

Boneka Teddy BearWhere stories live. Discover now