Kedua nya berjalan kedalam istana menuju kamar tidur masing-masing. Tanpa mereka ketahui, mereka selalu melakukan hal yang sama. Saat pintu kamar tertutup, keduanya sama-sama bersandar dibalik pintu sambil tersenyum lebar. Kemudian sama-sama berbaring di ranjang menatap langit-langit kamar dan entah mengapa kedua nya membayangkan wajah orang yang mereka kagumi. digo membayangkan peri sisi, begitupun sebalik nya. Kedua nya sama-sama berucap 'Aku ingin tidur. berhentilah berputar di kepalaku' dan selang beberapa menit kemudian keduanya tertawa kecil.

***

Sinar matahari telah menyinari seluruh fairytale. Seorang perempuan telah bersiap-siap di kamar. memasukkan beberapa baju dan flute kesayangannya. Ia pun berjalan menuruni tangga menghampiri ruang rahasia. Dengan sidik jarinya ia bisa masuk ke ruangan itu. Sepasang suami-istri tampak terlelap di ruang itu. Perempuan itu mendekat.

"Ayah, bunda.. sisi harus berangkat mengambil krystal kehidupan itu. sisi berjanji akan pulang dengan selamat. Fairytale akan kembali seperti semula. sisi janji" ucap perempuan bernama sisi itu sambil mencium dalam kening orangtuanya.

Peri sisi berjalan keluar menuju halaman. menghampiri pria muda yang sedang memegang gitar berwarna biru pekat.

"Kau mau membawa itu?" tanya peri sisi sedikit mengejutkan pria yang sedari tadi sibuk memainkan gitar.

"iya. bolehkan aku meminjamnya?" tanya pria itu. peri sisi mengangguk mengiyakan. pria itu berdiri sambil membawa ransel berisi makanan pemberian dayang-dayang istana.

"Mari berangkat digo" ucap peri sisi sambil berjalan mendahului digo.

"Kau berjalan?" tanya digo dengan tiba-tiba.

"Tentu. sayapku akan menghilang ketika keluar dari fairytale. kita tak mungkin menunggangi keylee. dia terlalu lemah untuk perjalanan jauh" ucap peri sisi. Digo hanya diam memandangi perempuan itu. Dia masih cantik dengan gaun putih selutut tanpa lengan. flower crown tersemat indah di rambut panjangnya. Mata hazel peri sisi berbinar-binar.. amat cantik.

"digo..digo. kau tak apa-apa?" tanya peri sisi yang sedari tadi memahami bahwa digo hilang fokus.

"Aku tak apa-apa. mari kita jalan" ucap digo.

Keduanya berjalan ke barat mengikuti gulungan awan pekat. sangat kontras dengan fairytale yang terang benderang. Peri sisi berjalan dengan pelan, sesekali memainkan flute nya. Hutan mati adalah tujuan pertama keduanya. Hutan yang tandus dan banyak pohon tumbang. Jangan kira seperti hutan pada umumnya. Hutan ini sangat gelap tentu nya banyak rintangan yang akan menghadang keduanya kapan saja.

"Hutan mati" gumam peri sisi. Digo menoleh kearah perempuan itu ,menggenggam erat tangan peri sisi. keduanya berjalan beriringan.

"Kita akan baik-baik saja" ucap digo penuh dengan penekanan. Kaki mereka telah melangkah di dalam hutan mati. sayap peri sisi pun telah menghilang.

"sayapmu" gumam digo.

"sudah ku jelaskan tadi. hutan mati bukan wilayah fairytale" ucap peri sisi dan hanya di balas anggukan oleh digo.

"Kau lebih cantik tanpa sayap. kau seperti manusia sesungguhnya" ucap digo sambil menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Peri sisi hanya mengatupkan mata nya.

"Awas" teriak peri sisi sambil menarik tangan digo kuat-kuat. Hampir saja digo terperosok di lubang yang sangat dalam. Lubang itu tertutup oleh daun-daun meranggas.

"Terimakasih" ucap digo.

"Sudah kubilang. gunakan sepasang matamu dan mata hati. Melihatlah lebih tajam dari biasanya. Seluruh hutan ini hanya kamuflase belaka, ratu zora telah memasang banyak perangkap untuk kita. Buka mata hati mu, gunakan dengan tajam. Berfikir lah lebih keras dari biasanya" ucap peri sisi panjang lebar.

"Iya aku mengerti. Aku akan lebih berhati-hati" ujar digo dengan mantap.

Keduanya melanjutkan langkah dengan lebih berhati-hati. Hutan itu kian sunyi bahkan mereka kini telah sampai titik pusat hutan itu. Tak tahu arah barat timur selatan utara, mereka hanya mengandalkan iring-iringan awan pekat itu. Saat mereka melangkah terdengar bunyi ranting terinjak,

"Siapa itu?" tanya peri sisi penuh curiga. Keduanya memandang lebih tajam.

"Keluar dari persembunyian mu pengecut" desis digo sambil berputar memandang sekitarnya. busur panah melesat ke arah keduanya namun dengan cepat digo menarik peri sisi hingga terjatuh di tanah. Sementara busur itu telah menancap di batang pohon.

"Gerakan yang sangat cepat anak muda" ucap sebuah suara bass yang kian mendekat. Seorang pria paruh baya dengan rambut tergerai panjang tengah berdiri di depan keduanya.

"Siapa kau?" tanya digo penuh selidik. rahang nya mengeras.

"Nama ku zedric. satu-satu nya penghuni Hutan mati.. hal apa yang membawa kalian memasuki wilayah terlarang ini?" ucap pria itu.

"Aku ingin ke istana ratu zora. " ucap peri sisi.

"Kau sudah bosan hidup,hah? kau ingin mati konyol di tangan perempuan bengis itu" desis zedric dengan sorot penuh dendam.

"Urungkan niatmu atau kau akan mati. Aku bicara bukan tanpa alasan. Dulu hutan ini sangat hijau dan teduh, namun zora meluluh lantahkan semuanya. Hanya aku yang masih bertahan hidup" ucap zedric dengan tatapan sendu.

"Aku tak akan mundur. negeri ku buruh krystal kehidupan dan sekarang krystal itu berada di genggaman ratu zora" ucap sisi dengan raut muka percaya diri.

"Kau sangat keras kepala nona" desis zedric.

"Aku hanya tak ingin ingkar janji. Aku akan kembali kan fairytale seperti semula" ucap peri sisi.

"Semoga berhasil" ucap zedric sambil berlalu meninggalkan sisi dan digo yang masih duduk di batang pohon.

----------

Note : maaf jika banyak typo. ngetik nya setengah sadar. mata udah lengket banget pengen merem.

Gimana dengan part ini????

FairyTaleWhere stories live. Discover now