Junyi tak menangis sebab ia sudah tau fakta mengenai dirinya yang sudah dibuang ke panti, dinegeri orang pula hidup asing sendirian, awalnya ia pikir karena keluarganya tak mampu membiayai hidupnya setelah kematian kedua orang tuanya namun mendengar penuturan bubunya ia jadi tau, "hak waris?"
"yeah.. kamu penerus resmi dari perusahaan aprication corp." celetuk Mark disudut ruangan, "dan paman brengsekmu itu ingin kamu memindahkan seluruh warisan kepada anaknya."
"anakmu? Guo Dianjia.. " Junyi menatap nanar sang paman, "benar???"
ㅡhow to share?ㅡ
Sudah dua hari lewat pasca kejadian bertemu sang paman, Junyi menjadi pendiam bahkan enggan menerima ajakkan Sungchan yang ingin bertemu dengan Renjun.
malam ini, dipojokan kamar luasnya, Junyi duduk diam tanpa minat sama sekali menatap tuxedo baru yang dibawakan Doyoung, "aku.. tidak ingin ikut."
"tuan muda.. permasalahan itu sudah dua hari lalu dan anda masih menjadi pewaris kuat aprication corp.. " ujar Doyoung, mendengar kabar kalau anak angkat sang tuan merupakan pewaris perusahaan ternama di China, sedikit membuat Doyoung tak percaya, "tuan mari saya bantu.. yang lain sudah siap dan menunggu andㅡ"
cklek..
pintu kamar Junyi terbuka mengalihkan atensi kedua laki-laki berbeda usia itu.
Doyoung langsung berdiri dari posisi bertekuk lututnya dan segera keluar kamar, "maaf tuan.. tuan Junyi masih tidak ingin ikut.."
Junyi membuang muka saat bayangan itu berada didekatnya, "hyung.. aku tidak ingin keluar kamㅡ"
Sungchan dengan balutan stelan tuxedo putih hitam itu menghela nafas kasar, "hari ini kita menghadiri acara penting keluarga Renjun, masih menolak?"
"aku.. tidak mau." Junyi kukuh tak menatap Sungchan.
"apa yang membuatmu seperti ini? karena tau Dianjia anak paman brengsekmu itu? huh, benar?" Sungchan menaikkan nada bicaranya.
ia tidak bisa sesabar yang lain, ia tidak bisa membiarkan Junyi terus menerus mengurung diri, ia tidak tega bahkan setelah membentak, ia melihat jelas raut wajah sang adik berubah menjadi pucat karena ketakutan.
dengan tampang terpaksa datar, tangan Sungchan terulur menarik lengan kurus Junyi menuju kamar mandi sambil mengoceh, "aku bukan Mark hyung yang bisa membiarkan kau semaumu,"
"sekarang pergi mandi dan bersiap, sepuluh menit hyung tunggu dibawah bersama yang lain." ujar Sungchan telak sembari melirik arloji sebelum meninggalkan Junyi didalam kamar.
"kau membentaknya?"
Sungchan tersentak sebelum berbalik untuk melihat orang yang menfitnahnya tanpa dasar, "fitnah jenis apa lagi itu?"
orang itu.. Jaemin, berdiri angkuh dibelakang Sungchan yang baru saja menutup pintu kamar Junyi.
"aku mendengar kau berteriak, Sungchan.. aku ingatkan lagi padamu jika Junyi masih kecil, jangan berteriak dihadapannya atau itu akan bisa memunculkan sebuah trauma mental." sebagai dokter jelas Jaemin mengerti mengenai kesehatan.
"apa pedulimu pada keluargamu sendiri? urus saja keinginanmu itu." setelah mengatakan itu dengan wajah tanpa ekspresi, Sungchan melengang pergi begitu saja meninggalkan hyungnya, Jaemin yang terdiam kaku didepan pintu kamar si bungsu, "maaf untuk luka fisik yang aku berikan pada kalian."
terlalu lama terlarut sampai tak sadar pintu dihadapannya terbuka dari dalam.
"Jaemin hyung?"
"e! kamu, sudah selesai?"
"ya, Sungchan hyung hanya memberi waktu sepuluh menit." jelas Junyi dibalas anggukan Jaemin, "turun sekarang hyung? aku takut kalau Sungchan hyung marah padaku."
"kenapa takut?"
keduanya jalan beriringan menuju lift.
"menakutkan, ya benar! Sungchan hyung menakutkan."
"menakutkan bagaimana?"
"aku pernah tidak sengaja melihat Sungchan memukuli bodyguard dilapangan golf, " Junyi menunduk memainkan kuku karena merasa bersalah dengan bodyguard yang dipukuli Sungchan.
"karena apa?" tanya Jaemin.
"Sungchan hyung marah menyalahkan dan memukuli bodyguard yang bermain denganku, padahal yang salah aku karena tidak hati-hati."
haduhhh, kenapa anak sekecil Junyi harus melihat adegan kekerasan? terutama orang yang melakukan kekerasan itu kakaknya sendiri? secara tidak langsung memberikan contoh bukan? ah, sepertinya Jaemin harus memberi petuah pada Sungchan nanti..
Jaemin menoleh kebawah saat jemari Junyi menarik tuxedonya, "ada apa?"
"jangan katakan Sungchan hyung mengenai ini, karna sebelum memukuli bodyguard itu Sungchan hyung menyuruhku masuk kedalam rumah tapi aku penasaran jadi mengintip dari jendela.." Junyi mempoutkan bibirnya.
"ya, tidak akaㅡ"
ting!!
"sepuluh menit lewat, lama sekali?" tanya Sungchan yang ternyata benar ada dibawah bahkan tepat berada didepan pintu lift yang perlahan terbuka.
Jaemin langsung merapatkan bibirnya sebelum menyelesaikan perkataannya tadi begitu juga Junyi yang langsung mati kutu.
"kenapa diam? keluar, yang lain sudah menunggu didalam mobil." titah Sungchan menarik keluar Junyi juga Jaemin.
Jaemin ngeblank, kalau perkataannya tadi didengar Sungchan bagaimana?
"Junyi, kamu masuk mobil itu ya? didalam ada dad dan bubu." Sungchan menunjuk mobil hitam yang berada paling depan diantara dua mobil lainnya.
Junyi menurut begitu saja, berlari kecil menuju pintu mobil yang terbuka saat ia sudah sampai didepan pintu, "bubu!"
beralih pada Jaemin yang masih blank.
"hyung, masuk." pinta Sungchan.
Jaemin mengerjap sambil menujuk dirinya sendiri gelagapan, "aku dan kau? satu mobil?! tidak, aku dengan Jeno saja."
dibantah, Sungchan tak menyukai planing yang sudah tersusun ditolak begitu saja, "kenapa hyung terlihat tegang? aku kan belum memiliki niat untuk membunuh hyung."
"ya!" Jaemin melotot.
"masuk, mobil dad dan bubu sudah pergi." kata Sungchan datar membuat Jaemin heran, posisi Sungchan sekarang kan membelakangi mobil yang ditumpangi kedua orang tuanya.
Jaemin pasrah, "ayo."
lagian Sungchan tidak terlihat setega seperti yang ada dipikiran Jaemin, jadi mana mungkin Sungchan tega menyakiti sampai membunuh keluarganya sendiri?
Sungchan memang tak setega itu,
Ia masih memiliki hati, dan hatinya itu bisa merasakan sakit juga.
camkan itu, Jung Jaemin.
YOU ARE READING
2. How to share?
Fanfiction"Aku hanya belajar berbagi tapi tidak ada niat untuk berbagi." Semua berawal dari perintah Taeyong pada ke empat anak laki lakinya untuk berbagi apapun pada sang adik maupun sang kakak. Namun, kalimat itu disalah konsep kan oleh si sulung, Mark. Mem...
42 › jung jaemin interaction with jung sungchan
Start from the beginning
