Kegiatan tetap dijalankan sebagai mana mestinya. Hanya Lana sendiri yang pergi dari lapangan untuk mencari keberadaan Dili. Tampak salah seorang panitia terlihat kesal dengan keputusan Lana. Rencana yang dia buat untuk menjebak Dili karena merasa cemburu dengan kedekatan Dili dan Lana, malah digagalkan oleh Lana sendiri.

Lana berkeliling sekolah, dia memeriksa setiap ruangan dengan saksama. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran seseorang di ruangan kelas sepuluh, maupun ruang belajar lainnya. Meskipun lahan sekolah mereka sangat luas, tidak ada jalur berkelak-kelok yang akan menyesatkan murid baru. Semua bangunan hanya memiliki jalur lurus menuju lapangan sekolah dan lapangan olahraga di belakang sekolah. Lana mengingat saat terakhir kali dia melihat Dili, saat itu Dili bergegas untuk mengganti baju seragamnya dengan kostum MOS.

Lana berlari menuju kamar mandi perempuan. Dia menggedor pintu kamar mandi sambil memanggil nama Dili. Tidak ada jawaban di kamar mandi lantai satu maupun lantai dua yang terletak di area bangunan kelas umum, padahal kamar mandi inilah yang letaknya paling dekat dengan lapangan utama.

Lana kembali berlari menuju area bangunan fasilitas sekolah, tidak ada tanda-tanda kehadiran seseorang di sana, bahkan semua kamar mandi di lantai satu sampai tiga terkunci. Lana menyayangkan ponselnya yang tertinggal di kelas sehingga tidak bisa menghubungi Dili.

Tiba-tiba dia teringat saat mengelilingi sekolah bersama Dili, hanya tiga kamar mandi yang tidak dikunci. Tinggal satu kamar mandi yang belum Lana datangi, yaitu kamar mandi yang letaknya paling dekat dengan kelasnya. Lana menyesali rasa panik yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Tentu saja Dili akan memilih kamar mandi itu karena kamar mandi itulah yang paling dekat dengan lokasi terakhir Dili.

Sayangnya kamar mandi itu juga terkunci, terdapat sebuah papan penanda bertuliskan sedang dalam perbaikan. Lana merasa ada yang janggal, dia ingat dengan jelas kalau kamar mandi itu terbuka saat dia dan Dili melewatinya sebelum menuju kelasnya. Rasanya aneh kalau tiba-tiba rusak padahal semua murid kelas sebelas favorit yang merupakan panitia MOS sudah berkumpul di lapangan.

Tanpa Lana sadari, salah satu panitia MOS datang menghampiri. Dia langsung menunjukkan sebuah video kepada Lana, video yang tiba-tiba tersebar di semua ponsel panitia MOS serta layar di sisi kiri dan kanan bagian depan lapangan. Dalam video tersebut terlihat tangan seorang gadis yang mencoba untuk membuka pintu kamar mandi berkali-kali, lalu terekam suara gelak tawa gadis lainnya dari luar.

Sejenak kemudian, video hanya menyorot pintu kamar mandi dengan suasana hening selama beberapa menit, sampai kemudian sorot kamera berubah seiring dengan pergerakan si perekam. Dari sorot kamera yang semakin meninggi, bisa disimpulkan bahwa si perekam bergerak menuju plafon, masuk melewati bagian plafon yang telah digeser, lalu video menyorot nuansa hitam karena si perekam menjerumuskan diri ke tempat super gelap.

“Mungkinkah Ana ditangkap oleh hantu toilet untuk dijadikan tumbal?”

“Untuk ke sekian kalinya kukatakan, kamu laki-laki paling tidak rasional yang pernah kukenal, Khaidir. Sejak kapan ada gosip hantu di sekolah kita?” Lana merebut ponsel Khaidir untuk menghubungi petugas sekolah. Dia meminta petugas tersebut membawakan kunci cadangan secepatnya karena ada seorang murid yang terkunci di kamar mandi.

Tidak berselang lama, petugas sekolah segera membuka kamar mandi dan mengambil papan pengumuman perbaikan. Dia meminta maaf kepada Khaidir karena gagal mengamankan area jagaannya. Dia mengatakan bahwa kunci itu tidak dipinjam oleh siapa pun, sejak tadi tersimpan aman di dalam posnya. Sedangkan kunci duplikat ada pada kepala keamanan yang sejak tadi duduk bersamanya di pos depan bangunan kelas favorit.

Saat mereka sibuk menerka-nerka pelaku kejadian tersebut, Lana sudah turun dari plafon bersama Dili yang terlihat baik-baik saja. Plafon tersebut sangat bersih sehingga tidak ada debu yang menempel di baju mereka.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now