Kue yang dibawa ka Davin diletakannya di atas meja yang berada di restaurant itu. Kemudian dia datang memeluk gue kali ini, gue pun ikut membalasnya. Gue memeluk ka Davin dengan sangat erat.

"Thankyou banget vin".sahut gue begitu berada di dalam pelukannya.

"Sama sama. Happy birthday ya honey".sahutnya.

Gue melepas pelukan ka Davin. "Honey? Vin kita belum pacaran jadi jangan panggil gue Honey".jelas gue.

Ka Davin tertawa. "Yaelah liv, gitu aja masih ragu".sahut Katya dan alhasil gue ditertawain sama semua yang berada di restaurant itu.

"Makanya aku mau kita pacaran".ujar ka Davin.

"..ma-maksudnya?".tanya gue ragu.

Ka Davin meminta Katya sebuah bunga yang tadi dipegang oleh Katya. Kemudian dia menyerahkannya ke gue dengan posisi berlutut.

"Liv, gue merasa gue pengen cepet cepet buat ngisi hati lo yang kosong. Gue pengen jadi orang yang special buat lo, gue merasa kalau hubungan kita yang tanpa status begini jadi hubungan pake status. Jadi.. lo mau gak nerima cinta gue?".tanyanya.

Gue terharu. Terharu karena saat ini ka Davin begitu romantis mengucapkan kata kata seperti itu. Gue bahagiaaa banget.. mendengar apa yang selama ini gue impikan kini terucap di bibir ka Davin.

"Gue mau!".jawab gue sambil loncat loncat memeluk ka Davin.

Ka Davin hanya bisa tertawa melihat gue yang meloncat loncat sambil memeluknya. Setelah itu gue pun melepas pelukan gue dari tubuh bidang ka Davin itu.

"Aku ada hadiah buat kamu..".sahutnya sambil tersenyum.

"Apa?".tanya gue.

Davin menunjuk ke arah orang yang selama ini jarang gue lihat. Mama, papa, ka Anya dan ka Adri.

Gue cengo melihat mereka berempat yang sedang tersenyum ke arah gue dengan pakaian menengah ke atas itu. Lah kok mama papa ka Anya ka Adri bisa pakai pakaian yang mahal begitu? Bukannya harta mama dan papa udah gak ada lagi? Dan papa? Kenapa bisa papa keluar dari penjara? Ada apa ini semua..

Gue pun berlari memeluk mama dan papa yang selama ini gue rindukan. Orang yang selama ini jarang bertemu dengan gue. Gue pun menangis di pelukan mereka semua.

Sahabat sahabat serta ka Davin yang melihat gue memasang tampang terharu. Tak sedikitpun dari mereka semua mengeluarkan air mata.

"Ma, pa kakak kakak Via. Via kangen bangettt!!".sahut gue dibalik isak tangis gue ini.

"Iya sayang mama papa dan kakak kakak kamu juga kangen banget sama Via".sahut mama. Mama juga mengeluarkan air matanya sama seperti gue.

"Maafin mama dan papa ya sayang udah ngebohongin kamu..".sahut mama.

Hah? Ngebohongin gue?.

"Bohong? Bohongin Livia? Emang mama dan papa ngebohongin Via soal apa?".tanya gue polos.

"Soal kemarin kalau kita semua tiba tiba bangkrut".jawab mama.

Gue masih belum mengerti. "Ma-maksudnya apaan sih ma? Via gak ngerti".kata gue.

"Sebenarnya kita semua gak bangkrut sama sekali kok sayang. Mama, papa, ka Anya dan ka Adri ngerencanain ini semua supaya kami semua tau gimana kalau kamu ngerasa jadi orang susah. Kamu masih manja atau bisa bangun diri sendiri".jelas mama.

"Papa juga, sebenarnya papa bukan dipenjara kok vi. Papa dan mama serta kakak kakak kamu tinggal di apartment selama ini. Dan ternyata dugaan kami semua salah, kalau ternyata kamu itu gak manja selama ini".kali ini papa yang berbicara.

"Ja-jadi ini semua cuma menguji kemandirian Livia?".tanya gue tak percaya.

"Iya sayang. Maafin kami semua ya vi udah bikin kamu susah. Semua anak anak sekolah bukan ngejauhin kamu kok hanya saja mereka papa dan mama yang suruh. Dan soal Tarisya yang membully kamu itu bukan papa yang menyuruh tetapi itu emang Tarisyanya sendiri yang gak suka melihat kehadiran kamu di sekolah itu. Papa dan mama tau ini semua dari Davin. Davin yang pernah papa ceritakan untuk papa jodohin ke kamu".

Omongan papa langsung mengingatkan gue, kalau dulu papa pernah ingin menjodohkan gue kepada anak seorang pemilik perusahaan terkenal. Dan ternyata itu adalah Davin.

"Terus.. mereka semua tau tentang ini pa?".tanya gue ke papa.

Papa mengangguk. "Semuanya tau kebangkrutan kamu. Tapi itu hanya kebohongan, masalah berita dan spanduk kebangkrutan kita itu semua bohongan. Sebenarnya sahabat sahabat kamu serta Davin tau soal kebangkrutan bohongan ini. Hanya saja papa menyuruh mereka semua untuk tutup mulut".sahut papa lagi.

"Jadi, kamu jangan salahin mereka semua ya vi. Karena ini semua bukan salah mereka, tapi salah mama dan papa karena kami yang merencanakan. Maafin kami semua ya vi, mungkin berat bagi kamu buat maafin mama dan papa, tetapi maafin mama dan papa ya sayang".sahut mama.

Gue mengangguk. "Livia maafin kalian semua kok ma, Via tau ini demi kebaikan Via juga".sahut gue.

Kemudian gue memeluk mereka semua erat erat. Ternyata gue baru tau kalau kebangkrutan gue hanyalah sebuah kebohongan belaka.

*

LIVIA ✔Where stories live. Discover now