RASA

42 20 2
                                    


"Vio kamu kenapa nak? Kok baju kamu basah semua? Ini juga lututnya kenapa?"

"Vio jatuh bu, gak hati hati tadi pas di kampus."

"Vio kenapa buk? Sambung ayahku"

"Iniloh yah. Liat deh!"

"Sesekali buk mungkin si vionya kangen main hujan-hujanan." Ucap ayah sambil tertawa.

"Ihh ayahh ada-ada aja deh!" Balasku berusaha tertawa.

Begitulah keluargaku meskipun dalam kesederhanaan tapi ada seorang ayah yang selalu membuat hariku bisa melupakan sejenak kejadian gila yang barusan terjadi. Malam itu ayah mengobati lukaku dan memijat kakiku.

"Duh!" Jeritku yang kesakitan

"Sakit nak?"

"Engga kok yah. Lebih sakit lagunya cita-citata malahan." Candaku.

Kamipun banyak tertawa malam itu. Aku bersyukur memiliki ayah sepertinya. Ayah yang selalu Perhatian, selalu menyanyangiku dan ibu. Aku sangat bersyukur kepada tuhan aku memiliki keluarga seperti ini.

*****

Pagi ini badanku sedikit lemah. Rasanya seperti berada di kutub utara. Aku tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur. Aku memanggil ibu dan ayah tapi sepertinya mereka telah pergi bekerja. Aku mencoba untuk mengerakkan badan dan kakiku. Aku harus cepat bangun karna hari ini juga ada ujian.

Pagi yang cukup cerah. Banyak awan di langit. Langit yang biru menambah indahnya langit hari ini. Aku berjalan menuju kampus sambil melihat sekeliling. Banyak orang berlalu lalang. Apakah hari ini ada acara? Tidak biasanya banyak orang disini.

*****

"Hey vio? Apa kabar?" Sapa rio kepadaku

Aku tersenyum mendengar perkataannya. Lucu sekali anak yang satu ini. Padahal setiap hari aku bertemu dengannya. Dia selalu mengajakku berbicara. Membicarakan hal-hal yang kadang aku tak mengerti.

"Guyssssss, hari ini pak doni gak dateng beliau berhalangan hadir. Jadi ujiannya diganti jadi tugas kelompok. Ini nama - nama kelompoknya gue bacain ya!"

"Asikkk din! Mantap!!" Sahut rio kepada dinda.

"Mantap - mantap! Apaan lu yang mantap - mantap?" Jawab dinda dengan ketus.

"Lah ko jawabnya ngegas sih. Santai dong!" Sahut rio.

"Terserah gue!" Sambil melanjutkan nama- nama kelompok yang dibacakan.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Rio dan dinda, Mereka seperti anjing dan kucing. Setiap hari tak ada yang namanya "damai". Mereka selalu bertengkar dengan hal - hal kecil.

"Kelompok berikutnya asih, doni, vio dan rangga!"

"Apaaaaa?" Aku shock mendengar nama kelompok ku. Kenapa harus rangga? Kenapa? Mengapa dunia ini sangat kecil? Aku ingin menghilangkan rasaku padanya. Oh tuhan tolonglah!" Gumamku.

"Udah ya! Tolong ya guyss duduk sesuai kelompok!"

Semua anak - anak mulai untuk duduk dikelompok masing-masing. Aku dengan rasa berat hati melangkah ke tempat adanya rangga.

"Vioo?" Sapa asih kepadaku

" hi?" Balasku dengan senyuman

"Untung ya kita sekelompok. Seneng banget gue! Happy banget. Apalagi ada si ganteng rangga! Makin betah."

Diary vioWhere stories live. Discover now