39 › jung jaemin arguing with jung sungchan, again

Start from the beginning
                                        

Sungchan menunduk agar bisa leluasa melihat wajah Renjun, senyum tipis ia sungingkan saat Renjun melepaskan perban.

"hanya.. latihan."

"latihan apa?" Renjun merasakan panik luar bisana namun sebisa mungkin mencoba biasa saja.

"latihan memukul."

"pabo-ya?"

"Renjun."

Renjun sedikit mendongak untuk melihat Sungchan yang ternyata tengah menatapnya, "apa?"

"may I hug you?"

dan hitungan detik berikutnya tubuh Sungchan sudah merengkuh tubuh Renjun, sementara yang direngkuh hanya bisa diam membeku, tangannya yang sempat terangkat untuk membalas pelukan itu diturunkan lagi.

"tidak perlu ijin kalau kau bisa melakukan itu secara spontan." kata Renjun.

Sungchan menelungsupkan wajahnya pada ceruk leher Renjun, menghirup aroma wangi khas Renjun sesekali memejamkan mata.

Renjunㅡtempat paling hangat, paling nyaman dan paling menenagkan bagi Sungchan sejak saat ini.

"can i get this for life?"

"for life?" tanya Renjun bingung.

Sungchan masih nyaman dengan posisinya, sedikit menunduk dan memeluk Renjun yang lebih pendek, lain lagi Renjun? pemuda itu sudah pegal tapi tidak ada niatan menepis ataupun mendorong tubuh Sungchan.

"yeah, can i?"

Renjun terhenyak saat deru nafas hangat Sungchan menyapa area kulitnya.

terasa aneh.

"explain please?"

brukkk

"aduh!"

"tuan Sungchan?!"

Sungchan membuka kedua matanya dan tersadar dari alam mimpinya, "jatuh yang tidak elit." gumamnya saat bangkit dari terjungkal kebawah dari atas sofa.

"gwenchana?"

"gwenchana apanya?" sambar Sungchan sinis.

Bangchan langsung menggeleng ragu, rupanya mood tuan mudanya masih buruk, masih sama seperti semalam saat datang, entah pertengkaran yang mana lagi sampai membuat wajah tuannya itu dipenuhi babak belur.

Sungchan meregangkan tubuhnya yang pegal dan berpikir pasal mimpinya tadi.

kata orang kalau kita memimpikan seseorang berarti orang itu merindukan kita, tapi apa mungkin Renjun merindukan Sungchan? ah, tidak mungkin.

dilihat kemarin saja, saat Renjun menatap keki pada Sungchan karena sudah mengambil secara lancang first kissnya.

tidak ada salahnya sih Renjun marah.

"tuan?" panggilan Bangchan berulang kalipun tak digubris Sungchan, "tuan?"

"Bangchan-ya.. "

"nee?"

"apa aku salah berbohong untuk membahagiakan orang terdekatku?" Sungchan bertanya tanpa menoleh kearah Bangchan yang kebingungan.

"maaf, apa maksud tuaㅡ"

dubrakk

"Sungchan-a! aku dan Mark mencoba menelponmu, tapi mengapa tidak kau jawabㅡ?!" Jaemin, putra ketiga keluarga Jung yang mendobrak pintu ruangan Sungchan.

semula raut sendu Sungchan berganti cepat menjadi raut datar, "apa pedulimu?"

"sejam lagi mereka pulang." saut Jaemin santai.

"ada atau tidak hadirnya aku kan tidak ada yang pedulㅡ"

Jaemin menghela nafas panjang, "tidak sepantasnya kamu melupakan Jung Junyi, dia akan sedih jika kamu tidak ada dirumah untuk menyambut kepulangannya."

"bohong, jujur saja jika kalian bertiga tidak ingin terlihat bertengkar dihadapan dad dan bubu." sangkal Sungchan yang tau betul watak ketiga hyungnya itu.

"iya, itu benar tapiㅡ"

"pergilah, aku ada urusan disini." usir Sungchan.

Jaemin mengumpat, mengapa Sungchan pendai merubah sikapnya? mengapa Sungchan pandai menutupi seluruh permasalahan? mengapa?

"Sungchan?"

"apa?" ketus Sungchan membelakangi Jaemin dan Bangchan.

"ayo pulang."

"aku ada urusan hyung." pelan tapi masih bisa didengar Jaemin.

Jaemin meringis karena Sungchan masih mau memanggilnya dengan sebutan hyung.

Bangchan yang mendapat gestur Jaemin untuk keluar dari ruangan pun menurut, keluar tapi bersiaga didepan pintu ruangan yang tertutup, takut jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.

seperti.. Sungchan membuat Jeno nyaris tak sadarkan diri karena pertengkaran hebat.

"Sungchan, aku serius ayo pulang."

"aku tidak mau!" tegas Sungchan, ia mengalihkan diri dengan membaca dokumen penting supaya emosinya tidak tersulut karena Jaemin.

"kau masih marah padaku pasal kemarin?"

"menurutmu? demi Renjun kau memukuliku tanpa ampun bahkan mengharapkan kematianku?"

Jaemin mematung.

"menurutmu apa aku tidak bisa sakit hati karena perkataanmu semalam?" Sungchan melirik Jaemin yang masih berdiri kaku, "hyung.. kata orang, biasanya saat orang dalam keadaan marah akan mengatakan suatu hal yang dipendam didalam lubuk hatinyaㅡ"

"Sungchan.. " lirih Jaemin.

"apa didalam lubuk hati hyung sangat menginginkan kematianku?" tanya Sungchan, "sejak aku dekat dengan Renjun? hyung mulai sangat mengingkan kematianku?"

nafas Jaemin tercekat kaku saat Sungchan berdiri dihadapannya, "bukan begitu Sungchan."

"hyung tau kalau aku bukan kau? aku Sungchan, seharusnya jika kau benar hyungku seharusnya juga kau tau aku, aku Sungchan." Sungchan menggeleng saat Jaemin hendak membuka suara, "aku tidak akan pernah lagi mencoba untuk menjadi egois."

Jaemin sadar, sadar sepenuhnya jika saat ini Sungchan sedang sengaja mengatakan hal itu untuk sekedar menyadarkan dirinya.

Sungchan tersenyum kecil pada Jaemin yang terdiam, "aku akan belajar cara berbagi tanpa terkecuali, bagaimanapun caranya."

2. How to share? Where stories live. Discover now