⁰⁴ Memories

91 10 14
                                    

Sorry, my book not best.
But, I hope you vote my book ☆

But, I hope you vote my book ☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

|

|

|

“Jika satu persatu orang-orang memilih pergi meninggalkanmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Jika satu persatu orang-orang memilih pergi meninggalkanmu. Aku akan menjadi satu-satunya yang setia berdiri di sampingmu. Dan jika aku meninggalkanmu, aku akan meninggalkan seseorang untuk menjagamu sebagai gantinya.”

- Lee Jeno -

Jeno pulang larut malam, tepatnya pukul setengah sebelas malam dirinya baru sampai di rumah. Pertama kali yang ia dapati ruangan yang begitu gelap.

Cahaya remang-remang dari sela-sela jendela memudahkan sedikit dirinya untuk melangkah ke dalam kamar. Namun, ketika baru membuka pintu kamarnya. Bukan kegelapan yang dirinya dapatkan. Melainkan, dua orang yang salah satunya suka membuat dirinya emosi setiap bertemu.

Kedua kakaknya, Jaehyun dan juga Jungwoo. Mereka berdua begitu asik bermain control game di televisinya. Sampai-sampai, eksistensi Jeno tidak disadari walaupun dirinya sudah menutup pintu kamarnya.

"Kalian ngapain di kamar gua?" tanya Jeno dengan mata yang menajam, siap menerkam siapapun yang mengganggu ketenangan hidupnya.

Mendengar suara adik bungsunya, Jaehyun dan Jungwoo mengalihkan matanya yang tadinya hanya menatap layar televisi.

Dengan tampang watadosnya, Jaehyun menyengir lebar. "Main game lah, apa lagi?" serunya dengan santai.

"Cuci muka dulu sana. Habis itu kita main game bareng." Jungwoo menginterupsi adiknya itu dengan santai.

Jeno menarik nafasnya kasar, keningnya yang tiba-tiba pusing ia pijat perlahan, "Kalian ngajak gua bergadang ceritanya?" tanya Jeno mulai pasrah dengan 2 kakak ajaibnya itu.

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now