PROLOG

563 61 198
                                    

Gelapnya langit malam menjadi pertanda dimulainya pertarungan sengit antara dua anak manusia yang begitu terobsesi dengan sebuah kemenangan. Suara decitan antara kanvas rem dan dinginnya aspal jalanan menjadi saksi bisu betapa sengitnya persaingan pada malam ini.

Di balik kemudi, seorang gadis terlihat begitu piawai mengendalikan mesin beroda dengan suara deru yang begitu memekakkan rungu. Mobil canggih itu selalu bisa menghantarkannya pada sebuah pengakuan bahwa ia layak untuk diperhitungkan. Yeon Hyunji, gadis cantik penuh obsesi yang sangat sukar untuk ditaklukan.

Jiwa yang terpacu sebab hasrat sebuah kemenangan yang kian menggebu. Membuat gadis dengan surai hitam kecokelatan itu kembali memacu mobil kesayangannya jauh di atas kecepatan rata-rata.

Satu putaran terakhir, Hyunji semakin menambah kecepatan laju dari mobilnya meninggalkan mobil lain yang tengah berusaha untuk mengalahkannya. Dan lagi-lagi Dewi Fortuna kembali berada dipihaknya saat ia kembali berhasil mengambil alih tempat pertama pada pertandingan malam ini.

Dengan mengenakan jaket kulit hitam, celana ripped jeans, juga kacamata hitam yang bertengger manis di hidung bangirnya. Hyunji melangkahkan kaki jenjangnya beriringan dengan suara tepukan yang bergemuruh, membuat kurva senyum penuh rasa bangga terukir indah di birai tipisnya. Ya! Ia kembali berhasil, menaklukkan lawan hingga membuat mereka gigit jari karena lagi-lagi harus kehilangan hal yang sebelumnya telah dipertaruhkan.

Tungkai Hyunji terus melangkah, menghampiri seorang pria yang tengah menatap tajam ke arahnya. Senyum manis terkesan meremehkan terpatri di wajah cantiknya. Tepat saat ia berada di hadapan pria menyebalkan itu, tangan Hyunji bergerak merapihkan jaket denim yang menutupi tubuh atletis dengan bisep yang menyembul di kedua sisi lengan kekar milik pria itu.

"Bagaimana? Apa kau pantas disebut sebagai seorang pria? Karena lagi-lagi kau kalah oleh seorang wanita."

Dengan gerak cepat sang pria menarik kasar tangan Hyunji hingga membuat tubuh gadis itu bertubrukan langsung dengan tubuhnya, menatap dalam kilauan manik mempesona dari rival abadinya. "Apa kau mau aku membuktikannya? Yeon Hyunji-ssi?" tanyanya diselingi seringai tajam dari sudut matanya.

Hyunji tertawa, pria di hadapannya ini benar-benar lucu menurutnya. Lantas kembali merubah raut wajah kelewat serius hanya dalam hitungan detik. "Cepat! Berikan kunci mobilmu! Aku tak punya banyak waktu!" titah Hyunji sambil mendorong torso yang sudah jelas jauh lebih besar darinya.

"Tidak semudah itu, kau pikir aku akan memberikannya? Dasar gadis bodoh!" ujarnya lantas bergegas meninggalkan Hyunji yang masih menatap tajam ke arahnya.

Dengan gerak cepat tangan Hyunji menarik tangan kekar milik pria yang telah berani mencemoohnya, lantas membalikkan keadaan dengan menghimpit torso kekar milik pria brengsek itu. Hyunji tersenyum penuh kemenangan saat netranya menangkap bagaimana kelenjar tiroid itu bergerak turun manakala tangannya menyentuh dengan sensual dada bidang milik pria yang sangat ingin ia hilangkan dalam kamus hidupnya.

"Ryu-ssi, kau benar-benar seorang pecundang!" bisik Hyunji begitu sensual tepat di rungu pria Ryu itu, setelahnya mengurai jarak dan memberikan satu kedipan menggoda sebelum pada akhirnya benar-benar meninggalkan pria yang seringkali menguji kesabarannya.

Pria itu berkedip, setelah kesadarannya sepenuhnya kembali. Netranya dengan jelas melihat bagaimana jemari lentik gadis yang perlahan menjauh dari pandangannya, memutar kunci mobil yang tanpa disadari sudah tidak lagi berada dalam saku celananya. "YAK!! KAU!!! DASAR WANITA LICIK!!" ujarnya yang hanya dibalas sebuah lambaian tangan oleh gadis Yeon.

Sedangkan Hyunji sama sekali tak memperdulikan teriakan itu dan kembali melajukan mobilnya, meninggalkan pria Ryu yang ia yakini akan terus merutuki kepergiannya. Bagaimana tidak, kunci mobil dari pria itu kini ada di tangannya. Masa bodo, pria itu yang harus pulang dengan meminta tumpangan pada orang lain atau bahkan menunggu bus di sebuah halte yang ada di persimpangan jalan. Hyunji sungguh tidak peduli.

EFFLEURAGEWhere stories live. Discover now