Je Te'aime part 2

474 120 16
                                    

Chapter 28

Sekitar dua tahunan yang lalu sekiranya kalau Joyira ga salah ngehitung (jangan main hitung-hitungan karena Joyi paling ga bisa), dia pernah ditinggalin. Pernah sakit hati. Tapi anehnya, ga sesakit dan sesesak sekarang ini. Dulu Arjuna, pacarnya yang dia sempat perjuangin pun pergi dengan alasan yang hampir sama kaya alasan yang Villani kasih ke Joyi sekarang. Bedanya dulu kepergian Juna itu unsur paksaan dari ibunya yang memang ga suka sama Joyira. Sedangkan Villani, pergi karena pure keputusan dari dirinya sendiri.

Tapi kenapa?

Emangnya Joyira seburuk itu sampai nasib pacaran ala remajanya mesti ditinggalin lebih dulu?

Kalau Juna pernah sempet ngira Joyira adalah tipe perempuan yang ga bisa bilang putus duluan, itu salah! Salah besar! Sebenernya Joyira mau-mau aja kok bilang putus duluan kalau memang Joyi udah ga sanggup. Tapi kenyataannya kan Joyira masih ngerasa sanggup buat ngejalanin hubungan-hubungannya itu. Joyira masih nyaman dan memang mau memperjuangkan hubungannya itu. Tapi mereka (para mantannya itu) justru menyerah. Mereka justru ga bisa mempertahankan Joyira.

They're like a cowards with no struggle at all !

Mereka yang pecundang, pengecut tapi Joyira yang tetap merasa kehilangan padahal seharusnya Joyira ngerasa senang karena lepas dari para pengecut itu.

Dengan wajah sembab, mata bengkak (bibir juga bengkak), Joyira ngebuka pintu kamar orangtuanya yang sebelumnya sempet dia ketuk beberapa kali. "Bunda... Ayah....!"

Kedua orangtuanya Joyi yang memang belum tidur dan Cuma rebahan di ranjang mereka, segera bangun dan ngedeket ke arah Joyira yang nangis menjadi-jadi. Ayahnya yang sampai lebih cepat dari bundanya kedepan pintu, meluk Joyira dengan ekspresi paling khawatirnya. "Kamu kenapa, kak?"

"Joyi diputusin Villani, ayah... Dia jahatin Joyira..."

"Ya ampun... Ayah kira kamu abis nabrak orang sampe meninggal di tempat."

"Ayah... Hua...!" Joyira makin ngencengin jerit tangisnya ga peduli kalau sekarang dia udah cukup dewasa buat ga nangis kaya Batita yang lagi dilarang jajan sembarangan sama orangtuanya.

Ayahnya Joyira ga tiba-tiba marah ke Villani, ga sembarang kasih komentar atau sembarang nuduh siapa-siapa kok. Ayahnya Cuma senyum sambil nepuk-nepuk pelan punggung putrinya penuh kesabaran. "Yaudah kamu nangis aja dulu sampai air mata kamu habis. Nanti kalau udah habis, kamukan ga bisa nangis lagi tuh."

"Iya, keluarin semuanya ya nak! Keluarin semuanya sampai dikemudian hari kamu bisa ketawain semua yang terjadi hari ini. Bunda yakin anak bunda pasti bisa kok." Bundanya Joyira seketika ikut memeluk Joyira, memeberitahu pada putrinya itu kalau Joyira masih punya ayah sama bundanya yang selalu mendukung dia disituasi apapun.

Toh ayah sama bundanya Joyira juga udah tau kalau hubungan anaknya itu bakalan berakhir malam ini sebelum Joyira sampai dengan derai tangisnya ke kamar mereka. Villani tadi udah sempet cerita ke bundanya Joyira. Udah sempet minta maaf karena pada akhirnya dia mengecewakan anaknya itu. Villani juga tadi udah pamit ke bundanya serta titipin salam pamitnya ke ayahnya Joyi lewat bundanya kalau dua minggu kedepan (alias setelah ujian semester selesai) dia bakalan pulang ke Jepang terus terbang ke Amerika. Villani ga ngomong kalau di Amerika dia mau berobat jalan masalah kesehatan mentalnya sih, Vi tadi bilang kalau dia mau lanjut study kedokterannya disana dan itu ngebuat bundanya Joyira ngedukung akan keputusannya Villani itu.

Disela-sela melukin putri mereka yang masih nangis kenceng, bunda dan ayahnya Joyi saling melirik terus tersenyum. Bukan karena mereka senang ngeliat anaknya menderita, tapi mereka merasa kalau anaknya itu pasti bisa melewati semua kesedihan putus cintanya itu. Dan sebelum itu benar-benar terjadi, mereka udah merasa bangga duluan. "Anak ayah sama bunda itu kuat. Sekuat Samson!"

Love Me, Love me Not?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang