Plester & Obat Merah

Start from the beginning
                                    

Saat ingin pergi dari area kampus tiba-tiba saja Lexi bertemu dengan orang yang tidak ingin dirinya temui, siapa lagi kalau bukan Jessi orangnya.

"Kak Lexi! Baru sampe ya? Pantes Jessi enggak liat kakak tadi pagi" tukasnya tersenyum melihat pujaan hatinya.

Lexi mebuang nafasnya kasar "Kapan si lo berhenti gangguin guenya? Lama-lama risih tau enggak!"

Jessipun yang mendengarnya hanya bisa tersenyum dengan raut wajah cerianya. "Jessi akan berhenti gangguin kak Lexi, kalau misalkan tugu monas udah pindah ke kalimantan" ucapnya yang membuat laki-laki yang ada dihadapannya itu langsung kebingungan dan terheran-heran.

"Lo gila ya! Bahkan sampe kapanpun tuh tugu monas enggak bakal bisa pindah ke kalimantan" sambung Lexi dengan alisnya yang saling bertautan.

"Yaudah! Berarti sama halnya kayak Jessi yang selalu ganguin kak Lexi, sampe kak Lexi sadar kalo Jessi itu suka sama kakak" tutur Jessi melihat pujaan hatinya itu dengan tatapan matanya yang dalam.

Lexipun yang mendengarnya hanya bisa manarik nafasnya dan juga menggelengkan kepalanya secara bersamaan. "Mimpi apa gue bisa ketempelan sama nih cewek" ucapnya membatin sambil memijat pelipisnya.

🌲🌲🌲

Angin berhembus menerpa dedaunan kering yang jatuh dari pohonnya, terik mataharipun semakin terasa panas jika terkena kulit.

Seorang mahasiswi terlihat sedang menyendiri sambil melihat keatas langit. "Jadi awan tuh enak ya! Enggak pernah ngalamin yang namanya masalah. Tugasnya cuma mengambang dilangit biru yang cerah" kata Diva.

Kemudian semilir anginpun berhempus yang membuat Diva memejamkan matanya. Mahasiswi itu kembali berucap "Emang enggak salah ya! Kalo pahitnya obat itu, masih aja kalah sama pahitnya hidup"

Diva mulai merebahkan kepalanya dimeja taman tersebut dengan tangan kanannya yang menjadi bantalan. Matanyapun dibiarkan terpejam karena sudah terlalu banyak mengeluarkan air mata beberapa hari ini.

Taklama Diva terlelap karena hembusan angin yang menerpanya. Bahkan dengan cahaya matahari yang menerpanya saja tidak membuatnya terganggu sedikitpun.

Kemudian terdengar langkah kaki yang mendekat kearahnya, taklama orang tersebutpun ikut duduk disamping mahasisiwi yang tengah terlelap.

"Bisa-bisanya gue mutusin buat lakuin ini! Dan lo malah enak-enakan tidur disini" kata orang tersebut.

Seseorang yang sedang duduk disamping diva adalah Dallas orangnya. Mahasiswa itu datang dengan membawa obat merah dan juga beberapa handsaplash ditanganya.

Kemudian Dallaspun mulai mengobati luka ditelapak tangannya Diva dengan hati hati.Setelah mengobati telapak tangan sekertarisnya, dirinya juga mengobati lututnya yang juga terluka.

Divapun tidak bergerak bahkan bangun dari tidurnya saat Dallas mencoba mengobati lukanya. Selesai mengobati lukanya Diva mahasiwa itupun duduk disampingnya dan ikut merebahkan kepalanya juga.

Dallas dapat melihat jika Diva tertidur begitu lelapnya. Bahkan dirinya saja sampai tidak sadar jika sudah tersenyum saat memperhatikan sekertarisnya itu.

"Gue minta maaf! Karena gue, lo jadi terluka" ujarnya sambil melihat luka yang ditelapak tanganya.

Taklama Dallaspun juga ikut tertidur disamping Diva, bahkan keduanya juga tak sadar jika menjadi pusat perhatian anak kampus lainnya.

Divapun tersadar karena dirinya merasakan lapar akibat belum sempat makan siang. Saat membuka matanya betapa terkejut dirinya setelah melihat Dallas sudah berada didepannya, dengan jarak yang terbilang cukup dekat.

"Astaga! Nih orang kenapa bisa tidur disini?" tukas Diva yang langsung saja berdiri saat melihatnya. Sadar akan pergerakan Dallas membuatnya cepat-cepat pergi dari tempat tersebut.

Belum sempat Diva pergi tiba'tiba saja tangannya ditahan oleh Dallas "Mau kemana?"

Divapun seakan mematung mendengarnya, kemudian senior menyebalkannya itu bangun dan membuka matanya.

"Lo mau kemana? Kaki lo enggak sakit emangnya?" tanya Dallas sambil melihat luka yang ada di lututnya Diva.

Divapun tersadar dan langsung melihat  lulutnya, dan disana lututnya itu sudah diobati. Kemudain dirinya juga melihat luka yang ada ditelapak tangannya yang juga sudah terobati.

Seakan bingung siapa yang telah mengobati lukanya itu Tiba-tiba saja dallas berkata "Lo harus berterima kasih sama gue! Karena gue udah ngobatin luka lo"

"Makasih kak" ucapnya sambil melihat Dallas. Mendengar Diva berterima kasih kepadanya entah mengapa membuatnya tersenyum lebar.






>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now