1- Kayana dan Air

13 2 0
                                    

Kayana, hari ini tidak usah ke laut ya? Cuaca sedang tidak bagus, ombak di pantai pasti lagi ga bersahabat."

"Tapi, kan Ayah sudah janji, kalau setiap Kayana ulang tahun, Ayah mau ajak Kayana sama Gara sama Bunda ke pantai!"

.
.
.
"Kayana!!!! Tolong aku!!"

"Gara!!"

"Ayah!"

"Kayana!"

.
.

Tet Tet Tet Tet

Bunyi alarm seakan menjadi penyelamat dari mimpi yang entah mengapa terasa sangat nyata di dalam sana.

Mengingatkan Kayana pada memori nya yang sudah 10 tahun menghantui setiap malam. Kayana tidak bisa memilih mimpi apa yang harus di alami nya pada hari itu, jadi Kayana tidak bisa menghentikan Ayah dan Adik nya yang sudah 10 tahun hilang ditelan lautan datang ke dalam mimpinya.

Kayana senang, melihat kembali Ayah dan Adik nya, serta keluarga yang utuh dalam satu frame bersama meski dalam mimpi, tetapi bagian selanjutnya adalah apa yang ingin ia lupakan sejak dulu.

Bagian pada saat ia membunuh semuanya.

Ayahnya
Adiknya, Gara

dan juga Hati Bunda terhadap dirinya.

Ia mencoba duduk, dan meminum segelas air yang tersedia di nakas samping kasur. Mencoba menetralkan detak jantung yang sebelumnya berdetak tidak beraturan.

Kemudian barulah ia ingat, hari ini adalah hari terakhir ujian praktek. Bukan menjadi masalah bagi Kayana jika itu adalah praktek pencampuran larutan larutan dan asam dari cairan kimia, ataupun menyanyikan sebuah lagu di depan kelas. Yang menjadi masalah, ialah hari terakhir itu artinya jadwal untuk olahraga.

Dan yang membuat nya menjadi beban, hari ini adalah jadwal praktek renang pada kolam dengan kedalaman 2 m.

Kayana benci hal itu.

Jika di kolam 1 meter, bukan lah masalah, sebab tingginya yang mencapai 165 cm, masih bisa menapakkan kaki di dasar kolam dengan kepala yang masih bisa melihat sekitar.

Untuk 2 meter, Kayana ragu.

Ia belum pernah mencoba sama sekali untuk menenggelamkan kepala secara keseluruhan di dalam kolam. Ujian ujian yang selama ini ia lewati, atas dasar hati nurani guru olahraga nya yang hanya menyuruh Kanaya untuk melintas tanpa perlu berenang.

Tapi kali ini lain.

Tidak tau bagaimana cara melintasi kolam sedalam 200  sentimeter sedang tingginya hanya 165 sentimeter.

Memberi nilai padahal ia tidak berenang saja Kayana sudah sangat sangat berterimakasih pada guru olahraganya. Mana mungkin ia menawar lebih.

Mencoba merilekskan pikiran dengan menjalani kegiatan persiapan sebelum berangkat sekolah. Rumah nya terasa dingin, hanya terdengar dentingan kecil dari jam kuno yang terletak di ruang tamu. Satu satu nya yang diperbolehkan ia bawa oleh Bunda dari rumah lama mereka di Yogyakarta.

Lupakan tentang Yogyakarta yang penuh dengan memori, Kayana ingin fokus pada ujian nya pada hari ini.

Bagaimana caranya untuk melintasi kolam sedalam 2 meter tanpa takut tenggelam di dalamnya?

Tak henti Kayana memikirkan itu hingga tidak sadar ia sudah berdiri dengan gelisah di pinggiran kolam renang menunggu giliran nya datang.

"Irdi! Jonathan! Dan,"

The Surfer Boy Who Met KayaWhere stories live. Discover now