"Apa katanya?" tanya Jendra setelah Seno berada di sebelahnya.

"Katanya cuma ini yang masih kosong. Sama kayak yang dibilangin Pak Lurah tadi. Jadi yaa, mau nggak mau kita tetep bakal ambil yang ini."

Mereka semua saling diam, terutama anggota perempuan. Ingin sekali menolak, tapi sudah tidak ada lagi tempat yang bisa mereka tinggali jika bukan kontrakannya Bu Ayu.

"Yaudah sih, ini aja. Lagian kita tinggalnya barengan. Jadi apa yang kalian takutin?" Shasha ingin menimpali ucapan Renan, namun seorang wanita yang diduga adalah Bu Ayu datang menghampiri mereka lebih dulu.

"Permisi, ada yang bisa ibu bantu?"

"Perkenalkan kami mahasiswa KKN dari salah satu Universitas yang ada di kota. Kebetulan kita sedang mencari rumah untuk tempat tinggal kami selama di desa ini."

"Jadi kalian yang akan KKN di sini ya? Ibu pikir itu cuma desas-desus saja. Ternyata emang benar."

"Iya, Bu. Tapi sebelum itu, apa ini dengan Bu Ayu?"

"Benar, saya Bu Ayu."

Semuanya hanya mendengarkan Renan dan Bu Ayu berbincang tanpa berniat untuk memotongnya, "kalau boleh kami tau, rumah yang itu apa masih dikontrakan? Karena tadi kami dapat info dari Pak Suman sama salah satu warga kalau kontrakan milik Bu Ayu yang masih kosong."

"Kontrakan ini memang masih kosong. Dan Ibu masih menjadikan rumah itu kontrakan. Jadi kalian bisa menyewanya kalau mau."

"Apa boleh kami lihat-lihat dulu?"

"Boleh, mari-mari."

Semuanya berjalan memasuki rumah yang ada di sebelah rumahnya Bu Ayu. Rumahnya tidak terlalu besar dan bercat putih. Kalau dilihat dari arah depan memang terlihat masih bagus. Namun sayangnya ketika mereka sampai bagian dapur, ada beberapa retakan yang cukup besar di dinding dan lantai. Hal itu membuat Ajeng yang ada di sebelah Jev berbisik pelan.

"Ini seriusan gapapa ditempati? Nggak bakal robohkan? Kok gue tiba-tiba takut ya."

"Kayaknya sih gapapa. Mungkin nggak bakal roboh dalam waktu satu bulan. Udah gapapa, cuma sebulan doang."

"Temboknya emang udah pecah gini, tapi gapapa kok. Ibu bisa jamin. Di sini ada dua kamar, satu yang di depan, satu lagi yang ada di belakang..."

Meskipun jumlah kamarnya hanya dua, untungnya dua kamar ini cukup luas. Sangat cukup jika ditempati dengan jumlah 6 orang per kamar.

"...Setelah dapur ini ada kamar mandi. Nanti kalau misalkan kalian jadi sewa tempat ini, Ibu akan sediain alat-alat dapurnya."

Renan melihat temannya satu persatu untuk meminta persetujuan. Karena tidak ada tempat lagi jadi mereka mengiyakan saja. Urusan ada jurig atau tidak, itu urusan belakang.

"Iya, Bu. Kita jadi menyewa tempat ini."

"Syukurlah. Jadi kalian kapan mau pindahan ke sini?"

"Kalau untuk itu kami masih bicarakan. Nanti kalau misalkan sudah sepakat, saya akan menghubungi Bu Ayu."

"Untuk uang sewanya bagaimana, Bu? Apa kami bayar uang sewanya saja sekarang?" sahut Talia.

"Terserah kalian saja. Kalau mau bayar sekarang juga tidak masalah," ucap Bu Ayu sembari tersenyum ramah.

"Sekarang saja ya, Bu. Biar kita sama-sama enak."

Talia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya. Lalu memberikannya kepada Bu Ayu yang diterima dengan senang hati, "segini cukup kan, Bu?"

Dear, KKNWhere stories live. Discover now