O8. Survei Kedua

Mulai dari awal
                                    

Semua anggota kelompok yang awalnya sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri, kini langsung memusatkan perhatian kepada sang ketua.

"...jadi kalian tau kan tujuan kita ke Desa Weringin hari ini?"

"Buat nyerahin proposal kan ke Pak Lurah?" sahut Hilman percaya diri.

"Itu salah satunya. Kan gini guys, keberangkatan KKN tinggal satu mingguan. Nah nanti sehabis dari rumah Pak Lurah, kita langsung cari kontrakan aja. Tadi duitnya udah pada dimintai sama Talia, kan. Duit itu nanti buat bayar dp-nya dulu. Biar nggak bolak-balik."

"Ren, uang dari kampus kan udah cair. Kenapa nggak pake duit itu aja?" pertanyaan dari Shasha sukses membuat beberapa dari mereka menganggukkan kepalanya--artinya mereka juga memikirkan hal sama seperti yang Shasha pikirkan.

"Enggak bisa. Karena duit itu cuma dibuat khusus untuk kebutuhan progker aja. Sedangkan kebutuhan yang lain bisa pakai uang kas atau iuran pribadi seperti barusan. Gue tau dana yang diberikan dari kampus terbilang besar. Tapi gue nggak mau ngambil resiko kalau sewaktu-waktu ada kekurangan dana. Apalagi di akhir kegiatan KKN ini bakal ada yang namanya gebyar KKN. Kalau buat gebyar, ntar kita bisa bahas pelan-pelan waktu KKN-nya udah jalan."

"Uang kas? Mau bayar berapa kita?" ucap Seno yang ada di ujung meja.

"Kayaknya kalau buat uang kas, kita bahasnya nanti aja deh kalau udah nemu kontrakan. Kalau sekarang kita berangkat dulu. Waktunya juga udah makin siang. Takutnya kita nggak keburu buat ketemu sama Pak Lurah. Tadi juga udah lo hubungin kan beliaunya?" Talia melihat jam di tangannya. Harusnya jam segini mereka sudah berangkat. Rasanya tidak enak kalau harus bertamu terlalu siang. Takut mengganggu jam istirahat.

"Iya juga. Tapi ada yang kalian tanyain lagi nggak? Kalau nggak, kita bisa otw parkiran sekarang."

Tidak ada tanda-tanda dari mereka untuk mengajukan pertanyaan. Semuanya diam dan mulai mengemasi barang bawaannya masing-masing. Dengan begitu, Renan mengintruksikan kepada yang lain untuk segera beranjak dari kantin. Seperti dugaan mereka, kalau hari ini mereka akan melalui hari yang cukup panjang.

*

*

Suasana Desa Weringin masih sama seperti waktu pertama kali mereka mendatangi desa tersebut. Bedanya perjalanan kali ini terasa lebih cepat karena mereka tidak terjebak macet di jalan. Mereka semua juga langsung menuju ke kediaman Pak Sumandoko--Pak Lurah Desa Weringin yang kerap disapa Pak Suman. Untungnya ketika mereka sampai, Pak Suman sedang bersantai di depan rumah sembari memberi makan burung kenari peliharaannya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam..." Pak Suman bangkit dari duduknya dengan dahi yang sedikit berkerut. Seketika beliau ingat saat melihat logo universitas di almamater yang Jendra dan kawan-kawan kenakan.

"...Ini dari mahasiswa Neo City yaa? Yang kemarin sempat menghubungi Bapak kalau mau nyerahin proposal KKN?"

"Benar sekali, Pak."

"Ayo, masuk-masuk. Maaf ya rumahnya kotor banyak makanan burungnya. Bapak sampai lupa kalau kalian mau ke sini hari ini."

Kediaman Pak Lurah tidak jauh berbeda seperti rumah warga yang lain. Cukup minimalis untuk ukuran seorang petinggi desa. Untungnya kediaman Pak Lurah ini dekat dengan balai desa, sehingga mempermudah mereka jika nanti sedang mengurus sesuatu.

Setelah mendudukkan diri dan di tinggal sebentar oleh Pak Suman untuk memberikan jamuan, Renan dan Jendra berbisik pelan, "ini siapa yang mau ngomong, lo apa gue?"

"Lo aja, lo kan ketuanya. Ntar kalau ada tambahan biar gue yang nambahin."

"Ya nggak gitu juga an---"

Dear, KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang