Huriccane

14 1 0
                                    

Hurricane atau badai adalah angin yang berputar disertai hujan dan petir dengan kecepatan angin lebih dari 119 kilometer perjam. Mendengar namanya saja sudah cukup membuat merinding ketakutan, apalagi merasakannya. Bagi Kalani badai terbesar dalam hidupnya terjadi di lima tahun yang lalu...

Jakarta, Awal Juli 2015
"MBAK MEGA.. BANGUN MBAK!!" teriak Kalani histeris, saat melihat kakak kandungnya yang tengah hamil besar tiba-tiba jatuh terkulai dijalan. Badan Mega tampak bergerak kejang sebentar. Kemudian berhenti dan kembali terkulai lemas.

    Sambil berurai air mata, kedua tangan Kalani terus mengguncang bahu Mega, berharap dapat membuatnya sadar. Pikiran Kalani benar-benar takut dan kalut, ia hanya gadis kecil berusia 15 tahun.

    "TOLONG!! TOLONG!!!" Kalani berteriak sekuat tenaga, setelah melihat sekeliling tidak menemukan sesosok orang pun disekitarnya, ia juga tidak bisa menelepon siapapun saat itu karena memang setelah kedua orang tuanya meninggal hanya Mega saudari satu-satunya yang tinggal bersamanya, sementara suami Mega yang juga seorang anggota Angkatan Darat tengah ditugaskan ke Myanmar sejak minggu kemarin.

    Jalanan tempat Kakaknya tidak sadarkan diri ini memang terlihat cukup sepi karena agak jauh dari jalan utama, ditambah saat ini juga waktu mulai menunjukan petang hari dan mulai gerimis kecil. Diam-diam ia menyesali keputusan Kakaknya yang bersikeras menjemputnya disekolah tadi usai ia pulang dari bekerja. Terbayang kembali wajah Kakaknya yang tampak sedikit pucat dan mengeluh sedikit sakit kepala dan mual, bahkan ia sampai meninggalkan mobilnya di Kantornya karena merasa tak sanggup menyetir sendiri. Meski begitu ia tetap memaksakan diri menjemput adiknya yang pulang lebih sore karena tengah mengerjakan tugas kelompok di Masa Orientasi Sekolahnya.

    Tiba-tiba sebuah tangan maskulin menyentuh pundak Kalani dari belakang "Permisi, coba bisa saya lihat kakaknya". Ditengah isak tangisnya Kalani spontan menoleh, mencoba menatap sosok pria yang tengah berbicara dengannya saat ini.
Tampak sesosok pria berpostur tubuh tinggi tegap dengan kemeja biru mudanya, rambutnya ikal pendeknya tampak sedikit berantakan.

    "Saya dokter residen kandungan" Sadar menatap tatapan bingung dari Kalani, pria itu mencoba menjelaskan dirinya sambil tetap mengamati baik-baik keadaan Mega. "Ibu.. ibu bisa dengar saya?" panggil pria itu mecoba mengecek kesadaran Mega, sambil mengecek pernafasannya dan mengecek denyut nadinya.

    Melihatnya Kalani kembali menangis, namun tangisannya kini bercampur dengan rasa sedikit bersyukur merasa Allah begitu baik, mengirim seorang dokter kandungan ditengah keadaannya saat ini.

    "Kamu tolong berhenti menangis dan telepon ambulans sekarang! Cepat!" dengan tegas Pria itu memberi perintah kepada Kalani, sambil tidak mengalihkan tatapan matanya dari Mega. Seperti terhipnotis dengan suaranya, Kalani dengan cepat merogoh ranselnya dan meraih ponselnya. Dalam hati Kalani sedikit merutuk kebdohan dirinya, kenapa ia tidak terpikir memanggil ambulan sejak tadi.

    "Saya izin melonggarkan pakaian Kakak kamu ya, agar pernafasannya tidak terhambat" ucap pria itu, yang hanya dijawab Kalani dengan anggukan kepala. Diperhatikannya pria itu dengan cepat namun hati-hati melepaskan syal yang melilit leher Mega, lanjut membuka kancing kardigan dan membenarkan letak kepala Mega.

    Kejadian selanjutnya berjalan lancar, ambulan yang ditunggu datang lebih cepat dari perkiraan Kalani, pria yang membantu memeriksa Kakaknya juga dipuji oleh perawat Ambulan telah melakukan penanganan awal yang baik, bahkan tanpa disangka ia juga ikut mendampingi sampai ke RS. Kalani merasa lebih tenang, bahkan tanpa ia sadari dirinya sudah berhenti dari isakan tangisnya.

    "Berapa usia kakak mu? ini kehamilan keberapa? kapan perkiraan lahirnya? sebelumnya pernah dibilang ada riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan? ada riwayat kejang juga sebelumnya?" Entah sudah berapa pertanyaan yang dilontarkan pria ini kepada Mega selama di ambulan dalam perjalanan menuju RS. Untunglah Kalani cukup sering menemani Kakaknya periksa kandungan, jadi sedikit banyaknya ia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang