Capítulo Treinta y Cuatro ✔

17.9K 1K 24
                                    

MENGANDUNG BAHASA KASAR⚠
⚠WARNING 18+⚠

🚫Happy Reading🔥🚫
.
.
.

Plak.

Belvia menampar kembali pipi Pitaloka yang barusan di tampar oleh Alinka.

"Lo yang jalang! Liat aja. Setelah kebenarannya terungkap lo bakalan habis di tangan gua! Gua bakalan ngebuat lo ngebusuk di penjara!" Teriak Belvia lalu pergi meninggalkan kantin mencari Alinka.

Gladis masih terdiam di tempat. Ia masih tak percaya dengan perkataan Pitaloka. Ia harus mendengar penjelasan dari Alinka. Gladis pun menyusul Belvia mencari Alinka.

"Mana Alinka?" Tanya Gladis ketika melihat Belvia keluar dari kelasnya dan Alinka.

"Buat apa lo nyari Alinka? Mau ngehina Alinka juga?" Tanya Belvia dengan sinis.

"Gua khawatir sama Alinka. Gua gak percaya sama Pitaloka. Gua lebih percaya sama Alinka. Alinka udah sering di siksa sama Pitaloka. Udah pasti Pitaloka yang rencanaiin semua ini. Linka bukan perempuan murahan." Belvia tertegun mendengar perkataan Gladis. Ternyata Gladis juga tau tentang perbuatan jahat Pitaloka terhadap Alinka. Bahkan Gladis tetap percaya pada Alinka ketika Alinka menjauhinya.

"Lo ambil tas lo kalau mau ikut gua nyari Alinka. Kita bolos." Ajak Belvia pada Gladis yang di angguki oleh Galdis. Setelah mengambil tas mereka. Mereka berlari menuju parkiran sekolah. Namun, belum sempat mereka masuk ke dalam mobil seseorang memanggil Belvia.

"Sayang.."

Belvia menolehkan kepalanya dan mendapati Farrel, Melvin dan Alvariel berjalan kearahnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Farrel heran ketika melihat Belvia pergi membawa tasnya bersama Gladis.

"Cari Alinka. Dia kabur." Jawab Belvia singkat lalu masuk ke dalam mobil bersama Gladis. Mereka pergi meninggalkan Farrel, Melvin dan Alvariel yang kebingungan.

"Kita ke kantin. Tanya Kenan sama yang lainnya apa yang udah terjadi sampe Alinka kabur gitu." Usul Melvin yang membuat ketiganya pergi ke kantin. Namun, ketika sampai di kantin. Mereka tidak mendapati Kenan, Diego, Richard dan Ben.

Farrel pun mengeluarkan handphonenya menghubungi seseorang.

"Lo dimana?"

"Rooftop."

Setelah mendapatkan jawaban Farrel langsung mematikan telponnya sepihak membuat orang yang ditelponnya mengumpatinya.

"Mereka di rooftop."

Mereka bertiga pergi ke arah rooftop dengan berlari kecil.

Brak.

Alvariel membuka pintu rooftop dengan kasar.

"Kenapa Alinka?" Tanya Alvariel to the point.

Melihat keterdiaman teman-temannya Richard mengambil inisiatif untuk menjawab.

"Gua gak tau gimana reaksi lo setelah dengar ini. Mungkin lo bakal sedih, kecewa atau lebih tepatnya marah." Perkataan Richard membuat Alvariel, Farrel dan Melvin bingung.

"Maksud lo apa?" Tanya Farrel

"Alinka—dia hamil sama cowok lain."

Deg.

Alvariel, Farrel dan Melvin terkejut mendengar perkataan Richard.

Bugh.

Farrel menghajar Alvariel. Memberikannya sebuah bogeman di wajah Alvariel membuat Ben terpekik kaget begitu juga teman-temannya yang lain.

"Lo kenapa mukul Alva?" Tanya Diego menahan Farrel yang ingin menonjok Alvariel lagi.

Melvin membantu Alvariel berdiri. Namun, setelah Alvariel berdiri. Melvin justru memukul kembali wajah Alvariel dan menendang kaki Alvariel.

"Dimana otak lo njing!" Maki Melvin pada Alvariel.

Richard dan Ben pun menahan Melvin. Sedangkan Kenan membantu Alvariel berdiri.

Farrel menatap Alvariel dengan marah begitupun dengan Melvin.

"Lo bener-bener gak punya hati ya. Lo manfaatin Alinka! Bisa-bisanya lo gak pakek pengaman malam itu!" Bentak Farrel pada Alvariel yang membuat teman-temannya terkejut.

"A-apa? M-maksud lo apa Rel? Alinka? Alvariel? Pengaman? Malam itu? Maksudnya apa njing?" Tanya Ben sambil melepaskan pegangannya pada Melvin.

"Anak yang dikandung oleh Alinka itu anaknya Alvariel."

Perkataan Melvin sontak membuat teman-temannya menggeleng tak percaya.

"Va..Lo?" Tanya Diego tak percaya.

"Ada yang bisa ngejelasin apa maksud dari smua ini?" Tanya Kenan dengan nada dinginnya.

Farrel dan Melvin pun bergantian menceritakan kejadian malam itu. Dimana Alinka di beri obat perangsang oleh Pitaloka dan hampir di perkosa. Dan Alvariel yang membawa Alinka ke apartemennya.

"Anjing! Pitaloka bener-bener gak ada otak ya!" Maki Ben setelah mendengar penjelasan Farrel dan Melvin.

"Lo berdua gak bisa seenaknya mukul Alva. Alava pasti punya alasan kenapa dia sampe buat Alinka hamil." Perkataan Kenan membuat Farrel dan Melvin terdiam.

"Gua mau nikahin Alinka. Tapi, gua yakin Alinka gak mau. Jadi mau gak mau gua mesti buat Alinka hamil dulu biar dia mau nikah sama gua." Ujar Alvariel membuka suaranya.

"Tapi gak gini caranya Va!" Kesal Farrel pada Alvariel.

"Lo udah tau hidup Alinka itu rumit. Dia di serahin oleh Bundanya ke Ayahnya. Ayah yang sama sekali gak anggep dia ada. Dia di jadiin babu di sana. Dia selalu di siksa. Dia bahkan gak tau sampe detik ini kalau Bunda nya udah meninggal." Lanjut Farrel yang membuat teman-temannya kembali terkejut.

"Mending kita cari Alinka. Gua takut dia kenapa-napa. Apalagi dia lagi hamil anak lo Va." Ujar Melvin yang disetujui oleh semua nya.

Mereka berpencar mencari Alinka. Bahakan mereka menyuruh seluruh anak ARGON untuk mencari keberadaan Alinka.

***

///
Note :
Padahal mau UTS lisan lewat meet. Tapi, masih sempet-sempetnya mampir ke wattpad😂

VOTE AND COMMENT JANGAN LUPA!!

APRESIASI DONG, KARYA AUTHORNYA BIAR AUTHORNYA SEMANGAT LANJUTIN CERITANYA!!!

SEE U NEXT CHAP!!!

Alinka's Story! [Completo]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora