"DASAR KAU ADIK MEREPOTKAN!" Sahut Yoruna dengan nada tinggi dan langsung melompat turun dari gerobak meski dirinya memakai rok kain selutut, "Jangan kau coba - coba menyembunyikan apapun dari keluargamu! Kau pikir kami ini apa? Boneka?!" Serunya penuh kekesalan, mencubit kedua pipi Asahi tepat ketika pria itu mengangkat wajahnya.

"Kakak! Aku tidak bisa turun!" Pekik Akiko dengan wajah cemberut yang bertumpu di atas pagar gerobak.

Asahi pun terus merintih kesakitan hingga menepuk - nepuk Ayahnya yang masih memeluknya itu untuk meminta tolong. Namun sang Ayah hanya tertawa dan justru menghampiri Akiko dan menurunkannya. Asahi pun tanpa sadar sudah dapat berdiri dengan tegap tanpa merasa oleng sana - sini, diapun mencoba menyingkirkan tangan kakak perempuannya yang masih kesal padanya itu.

Jaehyuk pun menghampiri keluarga kecil itu dengan wajah kikuk. Matanya bertemu dengan mata Hamada. Jaehyuk pun menganggukkan kepalanya sopan, begitu pula Hamada.

"Terima kasih." Ucap Hamada sembari tersenyum.

Jaehyuk yang sedikitnya tidak mengerti pun memiringkan kepalanya, "Terima kasih untuk apa?"

"Karena sudah mengabari kami, dan merawatnya dengan baik." Jawab Hamada, masih dengan senyum dan mata berkaca - kaca yang tulus.

Jaehyuk pun sedikitnya tersipu akan ucapan Hamada, membuatnya hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menekuk kedua bibirnya masuk. Asahi pun menoleh ke arah Jaehyuk dengan tatapan memohon 'bantu aku lepas dari kakak perempuan gila ini!' yang sangat terlihat jelas di wajahnya. Yoruna yang melihat tatapan Asahi ke arah Jaehyuk pun kini malah semakin mengencangkan cubitannya dengan senyum miring yang semakin lebar.

"Oh begitu! Sudah jadi sepasang kekasih tapi tidak memberitahu kami?!"

"Kakak!" Pekik Asahi.

Wajahnya seketika memerah padam, namun Yoruna tetap melontarkan kalimat - kalimat yang cukup menguras pikiran dan energinya. Entah seperti 'Sudah sampai mana hubungan kalian? Berapa kali kalian berkencan?' dan yang paling parahnya menanyakan 'Kalian tidak kelewatan kan?', pertanyaan terakhir itu berhasil membuat wajah Asahi menjadi semerah kepiting rebus.

Jaehyuk pun tak kalah malunya, wajah pucatnya itupun ikut memerah. "Tidak- tidak- kami tidak sampai sana-"

Untuk Jaehyuk, dia tahu bagaimana hubungan dua makhluk dalam hal seperti 'itu', namun tidak pernah yakin bagaimana caranya karena Jaehyuk hanya mengetahui sebatas teori dan materi, dan tidak mungkin juga dirinya mengintip saat ada orang melakukannya. Sementara untuk Asahi, arti dari kelewat batas baginya jauh lebih dangkal dari umumnya, Asahi tidak begitu tahu akan hal 'itu' dan baginya pribadi, berciuman panas yang pernah beberapa kali dia lakukan dengan Jaehyuk, seperti ketika dirinya baru saja terbangun tadi sudah dia hitung sebagai melewati batas terakhir keamanan dalam mengencani seseorang.

Asahi yang menyadari Yoruna sedang lengah pada cubitannya karena terlalu asik menggodanya pun langsung menarik wajahnya menjauh, menutup wajahnya kedua kedua tangannya seolah itu akan membuatnya menghilang dari hadapan keluarganya. 'Jika bukan kakak perempuanku sendiri aku benar - benar ingin mengcakarnya!' batin Asahi. Begitu pula dengan Jaehyuk, dirinya hanya bisa mengalihkan pandangannya tak tentu arah ke kanan dan kiri. 

Hamada yang melihat betapa tersipu malunya kedua laki - laki itupun hanya bisa tertawa, sementara Akiko yang tak mengerti dan masih polos itupun hanya berlari kecil menuju kakak laki - lakinya dan memeluknya.

"Kakak! Kenapa wajah kakak merah?" Tanyanya dengan polos.

"Bukan apa - apa!" Jawab Asahi cepat lalu menggendong adik perempuannya, sembari berusaha mengendalikan wajahnya.

Then and Now ; [Jaesahi]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon