2. Bunda, Bian pengin ketemu Ayah boleh?

55 6 0
                                    

"Bunda, itu ayah?"

Cali, wanita paruh baya itu menolehkan wajahnya ketika mendengar suara lembut anak perempuannya.

"Iya, ini foto ayah waktu masih muda."

Cali menunjukkan selembar foto kecil yang ada di dompet peninggalan suaminya.
Cali beruntung, Mark meninggalkan semua barang pentingnya di ransel itu. Ransel yang dibawanya saat berusaha melarikan diri dari kejaran para L-Corps.

"muda itu apa bunda?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"muda itu apa bunda?"

"muda itu, waktu ayah masih belum dewasa kaya sekarang. Ayah masih sekolah"

"Kalau sekolah itu apa bunda?"

Cali terdiam sejenak.
Dirinya baru ingat, tidak pernah menyebut kata sekolah selama beberapa tahun terakhir.

"Sekolah itu tempat untuk belajar dan bertemu teman-teman. Kurang lebih sama kaya Bian kalau belajar bareng Zach dan kak Beni"

"bedanya, sekolah itu lebih banyak lagi teman-temannya. Nanti ke sekolahnya juga pakai seragam gitu, ini ayah disini lagi pakai seragam sekolah"

"Kayaknya seru ya bun, Bian pengin nyobain sekolah"

Cali tersenyum tipis sambil mengusap puncak kepala anak perempuannya itu. Setelah mendengar kalimat dari mulut anaknya, Cali sedikit termotivasi untuk mendirikan sekolah di keadaan seperti ini.

Karena, sudah hampir 5 tahun pendidikan dari negeri maupun swasta diberhentikan.

Tidak hanya di lingkup pendidikan, lingkup lain seperti entertainment, pariwisata pun semuanya berhenti.

Tidak heran bukan, uang bahkan sudah tidak dibutuhkan lagi.

Saat ini, yang sangat dibutuhkan hanyalah makanan dan perlengkapan kesehatan.

Semua orang hanya ingin bertahan hidup.

Tidak ada lagi televisi, smartphone, liburan, mall.

Tidak ada teknologi, listrik maupun air.

Tidak ada lagi pendidikan.

Tidak ada lagi pemerintah yang turun tangan.

Masa depan negara ini bahkan tidak ada kepastian.
Negara seperti sudah tidak ada lagi.

Semuanya seperti sendiri-sendiri.
Hanya ada beberapa kelompok kecil untuk bertahan hidup.
Seperti kembali lagi ke masa purba.

Bedanya, mereka tinggal di sisa-sisa bangunan yang sudah mulai rapuh. Tanpa ada bantuan listrik, air dan teknologi lagi.

"Bunda, kira-kira ayah sekarang lagi apa ya?"

Cali terdiam lagi, bayangan wajah suaminya yang sudah terinfeksi muncul tiba-tiba.

Wajah pucat, bola mata memerah.

Mulut yang mengeluarkan darah yang menghitam.

Melihat ibunya yang tidak menjawab, anak perempuan itu kembali bertanya.

"Ayah udah makan belum ya?"

Cali tertawa miris dalam hati, makan? Makanan suaminya dan dirinya kini sudah berbeda. Jika bertemu pun, mungkin dirinya akan menjadi makanannya.

Cali masih saja terdiam, tatapannya kosong.

Bian menghela napas, berusaha tidak marah ketika ibunya melamun dan tidak menjawab pertanyaannya. Kejadian ini sering terjadi, jika Bian menanyakan hal tentang ayah, ibunya sering kali diam tidak menjawab.

Bian yang belum paham tentang kepergian, kematian, apalagi terinfeksi.

Hanya bisa menebak mungkin ibunya dan ayahnya sedang bertengkar. Sama seperti dirinya jika sedang bertengkar dengan Zach, dia akan diam saja jika ada yang membahas tentang Zach.

Tidak ingin menyerah, anak perempuan itu kembali bertanya.

"Bunda, Bian pengin ketemu ayah boleh?"

Berhasil, kali ini pertanyaan Bian berhasil membuat ibunya tersadar dari lamunannya.

Cali menatap wajah penuh harap anak perempuannya, lagi-lagi Cali sempat terdiam karena sibuk berkutat dengan isi pikirannya. Setelah mendapat titik temu, Cali membuka mulutnya sambil memasang wajah ceria.

"Besok"

"besok kita cari Ayah sama-sama"

Finding You or them?Where stories live. Discover now