1. Pandemi L-Corps

71 6 1
                                    

7 tahun kemudian.

"Ayah pulang~~~~~"

"Ayah?!"

"BIAN AYO KITA BALAPAN YANG DULUAN SAMPE PINTU TIDUR SAMA AYAH MALAM INI!"

"Siapa takut!"

Dug.

Dug.

Dug.

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar hingga ke arah dapur, tempat seorang wanita berambut cokelat sedang memasak sesuatu. Mendengar suara kegaduhan dari kedua anaknya, wanita itu pun mematikan kompor dan berjalan menyusul kedua anak mereka.

"Zach, Bian jangan lari-lari! Bunda habis pel lantai!"

Wanita itu berjalan dengan hati-hati karena lantai rumahnya yang masih basah. Kemudian kedua kakinya berhenti ketika melihat seorang pria berambut pirang kotor sedang menggendong kedua anaknya.

"Mark..."

Wanita itu kembali berjalan, kini berjalan dengan cepat sambil tersenyum dengan lebar.

Wanita itu terus berjalan hingga tak sadar dia sudah berlari, namun seperti ada sesuatu yang janggal.

Dia merasa semakin berlari namun jarak pria berambut pirang kotor itu semakin jauh. Wanita itu terus berlari hingga tak sadar kini dirinya berada di sebuah tempat kotor yang tidak asing.

"Mark, i cant--"

"Cali, pergi sekarang!"

"Hahhh, hahhh, hahhh"

Wanita itu terbangun dari tidurnya. Keringat sudah membasahi wajahnya.

Dia menoleh ke kanan dan kiri tubuhnya, dilihatnya seorang anak laki-laki berambut pirang kotor sedang menatapnya khawatir.

"Bunda mimpi jelek lagi?" tanya anak itu.

"buruk sayang, mimpi buruk sebutannya"

"Oke, bunda mimpi buruk lagi?"

Wanita itu mengangguk sambil mengusap wajahnya yang basah dengan keringat. Dia menoleh ke sebelah kirinya, seorang anak perempuan dengan warna rambut yang sama persis dengan rambut si anak laki-laki sebelumnya, anak perempuan itu kini sedang menatap wajah si wanita dengan tatapan khawatir juga.

Tuhan.

Mengapa wajah mereka sangat mirip dengannya.

Bahkan warna rambut mereka sangat persis.

Lalu apa arti mimpi tadi?

Mengapa aku terus memimpikannya, ini sudah 7 tahun.

Aku bahkan tidak tahu dimana dia sekarang.

"Bunda, Zach udah belajar berantem sama Om Jisung. Nanti Zach akan jaga bunda terus"

"Bunda jangan takut lagi"

Wanita yang dipanggil bunda itu tersenyum sambil menggerakkan tangannya untuk mengusap rambut si anak laki-laki.

"Iya, bunda gak takut lagi. Kan sekarang bunda punya Zach sama Bian"

"Sini peluk bunda"

Mereka bertiga pun berpelukan di atas kasur lipat tipis di sebuah ruangan gelap dan lembab.

Ya, jika kalian bisa menebaknya.

Keadaan saat ini tidak lebih baik dari keadaan saat itu, bahkan semakin buruk.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Pemerintah Pusat menetapkan kejadian virus L-Corps sebagai pandemi.

Virus L-Corps?

Ya, begitulah kata para ilmuwan.

Mereka menyebut virus yang mengubah orang-orang menjadi seperti monster dengan L-Corps virus.

Pandemi L-Corps sudah berlangsung sekitar 7 tahun.

Berawal dari kota Neo dan kini merebak ke berbagai kota hingga negara tetangga.

Tidak hanya para peneliti yang berusaha untuk berkembang, berusaha menemukan vaksin, namun virus L-Corps juga terus berkembang. Semakin kesini, mereka membentuk virus dengan jenis lain.

Setelah 7 tahun, sudah ada 3 jenis virus L-Corps. Setiap jenis virus, memiliki gejala terinfeksi yang berbeda-beda.

L-Corps A-1

- Mata merah, ketidakberfungsian fungsi mata

- Darah menghitam

- Kecepatan lari seperti manusia

- Masih ada keberfungsian otak, hanya saat-saat tertentu

- Hanya tertarik pada otak manusia hidup

L-Corps B-1

- Seluruh gejala dalam L-Corps A-1 kecuali keberfungsian otak

- Penciuman tajam

- Tertarik pada otak dan daging

- Kecepatan lari seperti kuda

L-Corps C-1

- Seluruh gejala dalam L-Corps B-1

- Pendengaran tajam

- Tertarik pada manusia hidup dan mati

- Kecepatan lari seperti cheetah

.

"Kak! Ayo sarapan, Bethany udah masak" sebuah suara berhasil menyadarkan si wanita yang tadi sempat melamun.

"Bukannya hari ini jadwal masaknya Jaena?" tanya si wanita.

Bukannya menjawab pertanyaan, pria bertubuh kurus dengan rambut kecoklatan itu terdiam.

Setelah diam beberapa detik pria itu berjalan mendekati si wanita kemudian berkata dengan sangat lirih "Jaena terinfeksi semalam"

terinfeksi

Satu kata yang selalu membuat siapapun yang mendengarnya merasakan sesak.

Apalagi jika disandingkan dengan nama orang terdekat.

Wanita itu kini ikut terdiam, dadanya seketika merasakan sesak. Kedua matanya mulai memanas, dia ingin menangis. Namun dua anak yang kini masih memeluknya membuatnya mengurungkan niat untuk menangis.

"Zach sama Bian makan duluan ya? Tante Bethany udah masak tuh. Nanti bunda sama Om Jisung nyusul oke?"

"Okedeh, yuk Bi"

Kedua anak itu pun berdiri dan berjalan beriringan menuju ruangan lain.

Kini tersisa si wanita dengan pria berambut kecoklatan bernama Jisung.

"Ji, kakak cape sumpah"

"Tahun lalu kak Jungwoo, sekarang-, Jaena"

"Mau sampe kapan kita gak ada kejelasan kaya gini?"

"Sampe seluruh penghuni disini terinfeksi?

Pria bernama Jisung itu terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk di atas kasur lipat tipis, di samping ibu dari dua anak kembar tadi.

"Kak sabar ya, dikit lagi"

"Setelah Zach dan Bian lulus tes escape, aku janji akan ikut kakak ke Neo"

"Aku gak bisa biarin kakak ke Neo sendirian. Apalagi kota itu kota kak Mar-"

"Iya, kakak paham. Yuk sarapan dulu"

Jisung mengangguk kaku.

Dia sadar, dirinya tadi hampir salah bicara.

Seharusnya dia tidak menyinggung nama suami kakaknya lagi.

Nama itu, sudah hampir 7 tahun tidak disebut.

Namun sebenarnya masih terus teringat di hati dan otak mereka.

Mark Lee.

20 Juli 2021

Finding You or them?Where stories live. Discover now