Taeyong terpanjat, bukan tak asing lagi. Sungchan jika memang sedang serius seperti sekarang memang emosinya agak tidak terkendali bahkan sulit dikendalikan.
"Sungchan.."
mendengar bias suara tak asing, Sungchan berdiri menghampiri Taeyong yang berdiri didepan pintu kamar. "Masuk."
"ya, bubu kesini mau mengobati lukㅡ"
"maaf, bu."
Taeyong menepuk sofa sebelahnya, mengisyaratakan Sungchan untuk segera duduk. "Buka kemejamu."
Sungchan pasrah melepas satu persatu kancing bajunya baru kemudian duduk membelakangi Taeyong, menampakan semburat lebam baru menutupi semburat yang sudah nyaris hilang.
tangan Taeyong dengan telaten memberi salep pada lebam yang dibuat Jaehyun ditubuh Sungchan, ia tau jika suaminya itu memang gila. "Sungchan.." lirihnya menyelesaikan olesan, "kontrol emosimu."
"ya." singkat Sungchan berjalan menuju laptop tanpa ada niat kembali memakai kemeja, ia berjalan menuju almari mengeluarkan satu kaus oversize dan memakainya.
"kemana?" tanya Taeyong menyusul Sungchan yang sudah keluar dari kamar setelah memakai kaus, padahal salepnya belum kering.
"ada hal penting dengan dad."
Taeyong menelan ludah kasar, nyali Sungchan memang besar, baru saja dihajar masih saja ada keinginan menghadap langsung pada sang kepala keluarga Jung.
klㅡ
tangan Taeyong menyingkirkan tangan Sungchan yang hampir membuka pintu ruang kerja Jaehyun, "biar bubu saja."
"aku tau dad, bu." balas Sungchan sebelum membuka dan masuk kedalam ruangan pribadi sang ayah, Jung Jaehyun.
ㅡhow to share?ㅡ
Jaehyun duduk santai diatas kursi kerjanya sambil memandang keluar jendela yang dimana Junyi tengah asik bermain dilapangan belakang rumah dengan beberapa bodyguardnya.
klek
atensi pandangan pria itu teralihkan pada pintu ruangan yang dimana pemuda berstatus putranya masuk tanpa ada beban sekali.
"gudang senjata dibobol."
alis Jaehyun tertukik tajam dengan ekspresi berubah menjadi serius setelah mendengar pengakuan putra bungsunya.
"aku tidak bisa melanjutkan hukuman kalau masalah kebobolan ini belum selesai."
"ya, selesaikan baru lanjutkan hukuman." celetuk Jaehyun santai, "omong-omong kamu sudah tau letak kesalahanmu?"
Sungchan mengangguk tanpa menatap wajah Jaehyun, "maaf."
"minta maaflah pada Junyi dan bubu, kamu membohongi Junyi pasal ingin menjemput dan makan es krim bersama." tukas Jaehyun dari kursinya.
"ya." singkatnya Sungchan sebelum langsung keluar dari ruangan pribadi Jaehyun.
perlahan Jaehyun menghembuskan nafas, ia tau betul watak keras satu persatu dalam diri anaknya dan kalau balas melawan sudah pasti Sungchan bisa membabat habis tubuhnya tapi hal itu tidak dilakukan Sungchan tadi yang berarti putra bungsunya masih menghormatinya sebagai ayah.
bukan menghormati tapi takut.. -areussi.
Sungchan itu versi Jaehyun. Tapi, dua kali lebih seram jika sedang marah besar. Coba tanyakan pada Mark dan Bangchan yang tadi menjadi saksi pembunuhan masal anggota keamanan undermask, Jaehyun tau semua itu dari Mark.
Jaehyun punya caranya sendiri untuk memberi pelajaran kepada setiap putranya termasuk Sungchan yang memang dari kecil sudah mendapat pengasuhan keras dari dirinya.
"maaf, Chan-a."
ㅡhow to share?ㅡ
"hyungie!" panggil Junyi melihat Sungchan jalan ketengah lapangan golf.
Sungchan jadi merasa sedikit bersalah karena sudah tidak menepati ucapannya pada bocah itu, "kalian pergi saja." titahnya melihat beberapa bodyguard yang sepertinya kecapekan karena menemani Junyi bermain.
"baiklah, tuan."
baru setelah tiga bodyguard itu pergi, Sungchan menggendong Junyi.
"panggil hyung bukan hyungie!"
"uyung? um?"
Sungchan tersenyum tipis, "h-yung."
"hyungie!"
"ya, terserah."
"hyungie boong! tadi bilang ingin maam es klim tapi hyungie nda ada!!" Junyi bersedikap didepan dada sembari memalingkan wajah, merajuk ceritanya.
Sungchan terkekeh gemas, "hyung sedang menunggu dua lusin es krim terkirim!"
mata Junyi membulat dengan binar senang, "sungguh?!"
"yaaaa, jangan marah lagi! hyung, minta maaf." ujar Sungchan sembari berjalan masuk kedalam rumah. Tadi sebelum menghampiri Junyi yang bermain di lapangan, ia sudah meminta Kun untuk pergi membeli dua lusi es krim ditoko terdekat komplek mansion mereka.
YOU ARE READING
2. How to share?
Fanfiction"Aku hanya belajar berbagi tapi tidak ada niat untuk berbagi." Semua berawal dari perintah Taeyong pada ke empat anak laki lakinya untuk berbagi apapun pada sang adik maupun sang kakak. Namun, kalimat itu disalah konsep kan oleh si sulung, Mark. Mem...
21 › huang renjun with jung jaemin
Start from the beginning
