✧ ✨ೃ༄Meanwhile*ੈ✩🌤

56 12 0
                                    

"...tidak, tidak! Mereka bahkan tidak memberi tahuku kabar apapun! Sudah sekian kali aku kesana."

"tenang, Quinnie. Aku tau ini berat, tapi bukan hanya bagimu tapi kita semua, mereka bahkan tak pernah berada disana sebelumnya, bahkan tak pernah mau."

"maaf, tapi Quinette.. Kenapa kau baru memberi tahu kita saat ini? Kau bilang ini sudah berminggu-minggu. Aku pikir selama ini Louis masih meradang atas itu, aku jadi berpikir mereka-"

"stop! Jangan tanyakan hal itu, aku bahkan tak ingat untuk memberi tau kalian apapun, dari awal memang seharusnya kita tak memaksa mereka."

"baiklah, akan ku hubungi Warren, kau pasti belum menghubunginya kan? Ah ku mohon jangan jawab iya."

"benar. Aku belum menanyakan apapun pada Warren karena sibuk menghubungi putriku"

"Holy sh*t!"

✧ ೃ༄*ੈ✩

"Sadie! Ah akhirnya kita bertemu lagi, i miss you, dodger!" Millie meletakan hand-bag nya di tempat duduk, sambil bangun ia mulai bercepika-cepiki dengan orang yang ia tunggu beberapa hari terakhir.

"i miss you too, Mills!" membalas jabatan tangan Millie, Sadie pun ikut duduk dihadapan Millie.

"kamu kapan sampai kesini?" ucap Millie sebagai pembuka.

"sudah empat hari, tau!" jawab Sadie enteng.

"ah sayangnya aku bukan orang pertama yang melihatmu keluar dari bandara. Tapi tak apa, aku ada-"

"tak apa. Ngomong-ngomong ini aku bawakan sesuatu" ucapnya memberikan satu paperbag ungu muda ukuran sedang ke Millie.

Millie pun membuka isinya, setelah mengucapkan terima kasih tentunya. Ia mendapat t-shirt serut hijau green-tea dan sebuah kotak. Memandang Sadie sebentar, Millie pun membuka isi kotak itu. Benda melingkar seukuran pergelangan tangan yang sepertinya sudah diatur bertengger didalam kotak itu. Tak lupa tiga jarum dan beberapa digit angka yang menghiasi lingkaran mutiara dipinggirnya. Warna hijau green-tea yang manis menambah kesan sempurna di jam tangan itu. Millie menutup mulutnya terkejut, ia menatap Sadie yang sudah tersenyum sejak tadi. Tak hanya itu Sadie juga menunjukan jam yang sama seperti itu tengah melingkar di pergelangannya, bedanya ia menggunakan warna merah muda.

"bestie!" sorak Sadie.

Millie bangkit dan berpindah posisi ke tempat Sadie lalu memeluknya, "Thankyou Thankyou! I love you so much!" erangnya dipelukan mereka.
Saat Millie kembali ke tempat duduknya, seorang waitress pun datang menghampiri mereka, bertujuan untuk menanyakan pesanan pastinya. Setelah puas memilih dan memesan minuman mereka, mereka pun hanyut dalam obrolan hangat khas kedua sahabat.

"Mills, sahabatmu yang waktu itu siapa namanya?" tanya Sadie pada akhirnya, entah karena mereka tak memiliki topik yang panjang lagi untuk dibicarakan walau sebenarnya tidak mungkin, atau karena Sadie memang tak melihat Millie yang sibuk membicarakan sahabat barunya itu.

"ah maksudmu Louis?" Sadie pun mengangguk.

"yah, Louis." ucap Sadie.

"tumben kamu tidak menyebut namanya kali ini, kalian sedang musuhan?" tanya Sadie lagi.

"tidak, tidak. Kami baik-baik saja, pertama aku sudah memberi tau kalau dia sudah mempunyai pacar, kedua kami hanya sahabatan, ketiga dia sedang pergi. Jadi jelas kan?" ujar Millie panjang lebar.

EPIPHANY | lpWhere stories live. Discover now