Prolog : Asking Permission

2.2K 257 11
                                    

enjoy!

.

.

Agustus 1999

Harry berdiri di ujung tangga kayu dengan berbagai ukiran rumit pada pegangannya. Ia sesekali mengintip dari balik tembok yang dihiasi permadani itu. Dapat ia lihat Sirius dan Remus yang sedang duduk bersantai dengan teh yang masih mengepul di hadapan mereka. Sudah menjadi kebiasaan bagi kedua pria itu untuk menghabiskan waktu di ruang keluarga setiap sore. Remus dengan bacaan ringannya, dan Sirius dengan pemutar piringan hitam tua miliknya.

Harry bingung apakah ia harus melangkah atau tidak. Namun Draco sedang menunggu jawaban darinya. Bahkan pemuda pirang itu telah mendapatkan izin dari ibunya langsung. Dan saat ini giliran Harry untuk memperoleh izin dari kedua pria yang telah berperan sebagai orang tuanya beberapa tahun belakangan.

Jantung Harry berdetak dengan kencang. Ia tidak punya pilihan lain. Ia memang harus membicarakan ini pada kedua pria itu agar ia dapat memperoleh izin. Ia tak ingin membuat Draco menunggu terlalu lama.

Setelah beberapa saat bergelut dengan pemikirannya sendiri, ia akhirnya memberanikan diri untuk beranjak dari tempatnya. Dengan dada yang berdebar ia berjalan mendekati kedua pria itu. Namun kedua pria itu masih sibuk dengan kegiatan mereka. Remus masih sibuk menikmati bukunya, dan Sirius sibuk menikmati lagu country favoritnya dari pemutar piringan hitam miliknya sambil menutup mata dan bersandar di kursinya.

"Hai!" sapa Harry singkat berusaha menarik perhatian keduanya. Sirius yang sedang menyender di sofa tunggalnya dengan malas membuka sebelah matanya dan melihat Harry yang terbalut pakaian santainya.

"Prongslet! Sudah mendapat kabar dari Kementrian?" tanya pria berambut keriting itu. Sementara Remus yang duduk di sebelahnya hanya memandang dengan senyuman cerah.

Harry mengangguk. "Sudah, sebenarnya. Tapi ... errr ... aku menolak tawaran mereka," ucap Harry sambil tangan kanannya menggenggam pergelangan tangan kirinya. Kedua wajah itu kini terfokus hanya pada pemuda dengan bekas luka di dahinya itu.

"Kau benar-benar serius, Harry?" tanya Remus memastikan kebenaran hal yang baru saja ia dengar.

Harry menutup kedua matanya, kemudian mengangguk pelan. "Yah ... Kurasa istirahat setelah kelulusan bukan hal yang buruk. Lagi pula emas peninggalan kedua orang tuaku masih cukup untuk membiayaiku hingga ke cucunya cucuku," kata Harry sambil sedikit bercanda.

"Terkadang aku lupa kalau James benar-benar kaya," celetuk Sirius dengan wajah yang berandai-andai.

"Yah, ucap seseorang yang emasnya mungkin dua kali dari milik James," sindir pria bersurai cokelat madu itu sambil memutar kedua bola matanya.

"Karena itu aku memilih untuk menganggur!" kelakar Sirius dengan suara yang membahana memenuhi seluruh penjuru ruangan.

Remus kembali memperlihatkan wajah jengahnya. "Kau benar-benar menjadi contoh yang buruk untuk Harry," ucap pria itu sambil menggelengkan kepalanya. Dan kini ia beralih menatap ke arah Harry. "Tapi, jika memang itu adalah keputusanmu, kami tentu akan mendukungmu, Harry. Mengingat bagaimana caramu menghabiskan tahun kemarin."

"Terima kasih telah mengerti keputusanku," ucap Harry berterima kasih yang kemudian dibalas dengan anggukan serta senyuman tulus dari kedua pria di hadapannya. Kemudian keheningan kembali tercipta. Sirius kembali ke kegiatannya sebelumnya, bersandar di kursinya sambil menutup kedua matanya. Berbeda dengan Remus yang hanya menatap Harry sambil memutar-mutarkan jari telunjuknya di atas permukaan sampul buku yang ada di pangkuannya. Harry yakin Remus tahu kalau ia ingin mengucapkan sesuatu.

Setelah beberapa saat ia bergulat dengan dirinya sendiri, akhirnya Harry kembali buka suara. "Sebenarnya ada hal yang ingin aku katakan," ucap Harry terlihat bimbang.

Kedua pria itu melayangkan tatapan heran sekaligus meminta Harry untuk melanjutkan perkataannya. Harry menelan ludahnya untuk menenangkan dirinya. "Aku akan tinggal di London, mulai minggu depan," ucap Harry dengan nada yang terdengar sedikit ragu.

Remus terlihat bingung. "Harry, kalau kau lupa kau sudah berada di London sekarang," ucap pria itu menginterupsi.

Harry menarik napas perlahan kemudian membuangnya dengan perlahan juga. "Maksudku, aku akan pindah ke kawasan yang lebih dekat dengan pusat kota. Menyewa flat lebih tepatnya," jelas Harry.

"Dan bersama siapa kau akan tinggal? Atau kau tinggal sendirian nantinya?" tanya Sirius.

"Bersama Draco," jawab pemuda berkacamata bundar itu dengan singkat.

Reaksi berbeda ia dapatkan. Anggukan dari Sirius, dan gelengan dari Remus. Tentu saja reaksi yang sudah Harry perkirakan sebelumnya.

.

.

tbc


don't forget to listen to TDWP playlist. link on bio!

The Day We PromisedWhere stories live. Discover now