'tuk' Hali menjitak kepala Ais, membuat sang empu kesakitan.

"Ish sakitlah" keluh Ais sambil mengelus kepalanya.

"Kan aku dah kata ‘itu aku punya’ " tegas Hali.

"Hmph kan tak de yang minum, aku minumlah" ujar Ais tak terima.

"Huh!" Hali mendengus kesal.

Mereka berdua menikmati hembusan angin di pagi hari.

Mentari terbit membuat langit yang tadinya gelap perlahan-lahan menjadi cerah.

Ais berjalan masuk ke dalam rumah. Udara dingin membuatnya enggan berdiam diri di teras.

Hali masih menatap langit yang berwarna biru.

Entah mengapa ia merasa kesepian, seperti ada yang kurang.

'kalau menyapu saja melelahkan, bagaimana jika pekerjaan ini ku kerjakan sendirian? Tidak-tidak! pasti melelahkan. Lalu kenapa 'dia' bisa mengerjakannya sendiri?' batin Hali.

Hali mengacak-acak rambutnya kesal.
Kenapa harus 'dia'? pergi lah!

Hali beranjak dari duduknya memasuki rumah yang ia tempati.....

                           ~★~★~                               

Ocho berjalan menuruni tangga perlahan. Tujuannya hanyalah untuk sarapan.

Sesampainya ia di bawah, ia melihat sang Atok sedang berada di ruang tamu.

Ocho berjalan mendekati sang Atok berniat untuk bertanya.

"Tok" Ocho memanggil sang Atok.

Sang Atok menoleh melihat ke arah Ocho.

"Ade ape Ocho?" Tanya sang Atok.

Ocho duduk disamping Tok Aba.
"Atok buat ape ni?" Tanya Ocho yang menyadari sang Atok sedang sibuk.

"Tengah isi formulir pendaftaran korang lah" jawab Tok Aba.

"Eh?? Gempa sekali ke?" Tanya Ocho meminta kepastian.

"Ha'ah lah, dia kan nak duduk sini. Mestilah kene sekolah" terang Tok Aba.

"Lepastu Mane Gempa-" ucapan Ocho terpotong saat mendengar suara sang adik.

"Akak Bell nak tolong boleh?" Terdengar suara Bell riang gembira.

Ocho berjalan menuju kearah suara.

Terlihat di dapur ada sang adik dan Gempa.

"Boleh. Bell tolong ambikkan nasi tu boleh?" Titah Gempa.

Bell mengangguk cepat, ia turun dari kursi dan mulai membawa piring berisi nasi.

Ocho menganga terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Ia berjalan mendekati Gempa, ekspresi bingung masih terpasang di wajahnya.

"Gem--- kau memasak??" Tanya Ocho terbata-bata.

"Ha'ah kenape salah ke?" Tanya Gempa menatap Ocho lekat-lekat.

"Tak, tapi siape yang ajar?" Tanya Ocho masih kebingungan.

"Atoklah" ujar Tok Aba yang berada tak jauh darinya.

"Eh?! Atok yang ajar?" Tanya Ocho masih tidak percaya.

"Ha'ah lah" jawab Tok Aba singkat.

Ocho memiringkan kepalanya, masih memproses kata-kata yang Tok Aba keluarkan.

hanya harapanWhere stories live. Discover now