Bab 27: Flight to Fight

8 3 0
                                        

MALAM terakhir di Southland

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MALAM terakhir di Southland.

Entah mengapa suasana hatinya menjadi lebih sendu dan sedikit gelisah. Ada gejolak tak mengenakkan yang membuat Teresa kesulitan memejamkan mata. Harusnya ia sudah terbaring di kasur dan mimpi indah sekarang ini--apalagi besok mereka akan melakukan perjalanan panjang menuju Asiana Cardia.
Namun, tampaknya Teresa tidak diizinkan untuk sembarang beristirahat meskipun dirinya harus.

Ia menuruni anak tangga flat untuk mencari udara segar. Tidak punya tempat tujuan, Teresa berakhir duduk di anak tangga paling bawah, terdiam dalam riuhnya badai di benak pikirannya, melancarkan atensi yang tertuju pada selop hitam yang dipinjamkan Iris.

Besok, Teresa France akan kembali ke kota asalnya, Asiana Cardia--kota utopia tempatnya lahir dan tumbuh sehingga menjadi sosoknya seperti sekarang ini. Sejujurnya, ia tidak punya ide akan apa yang terjadi begitu sampai di kota tersebut. Segala macam pemikiran sudah berserak sampai meruah. Termasuk amarah dan dendam yang terpusat pada pria itu--Walikota Lionel Carter.

Pria licik nan jahat itu pasti sudah menyebarkan berita buruk tentang dirinya. Entah membuat 'Teresa France meninggal dunia' atau menjadikannya orang paling jahat se-Asiana Cardia.

Tapi perlu disadari, Lionel salah karena memilih membuang Teresa dari kota alih-alih langsung menghabisinya. Sebab di luar sini, Teresa punya rekan. Ia punya teman-teman seperjuangan dari Southland yang siap menggagalkan semua usaha dan rencana kejam pria itu.

Di sela-sela sesi merefleksikan peristiwa dalam hidupnya, pandangan mata Teresa menangkap bayangan sepatu kets hitam yang berdiri tepat di hadapannya. Ia mengangkat kepala. "Ten?" ucapnya spontan.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Eh? Em.... Cuma duduk," jawab Teresa kikuk.

Kemudian, tidak seperti dalam bayangannya, reaksi Ten justru berkebalikan. Ia pikir pemuda itu akan berlalu begitu saja dan pergi meninggalkan dirinya. Tapi tidak. Ten malah ikut duduk di sebelah Teresa. Membuat akses jalan tangga terhalang oleh mereka berdua.

Berusaha mencerna sedikit keterkejutan hal ini, Teresa spontan menolehkan kepala dan mengerutkan dahi heran. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Duduk. Memangnya tidak boleh?"

Oh, ayolah. Semua orang juga tahu kalau mereka berdua sedang duduk. Tapi, hei! Teresa hanya merasa ada sesuatu yang lain dengan hari ini. Tumben sekali bisa akrab dan Ten tidak melontarkan kata-kata pedasnya seperti biasa.

"Cemas untuk besok?"

Belum sempat merasa lega dengan keanehan malam ini, sudah muncul anomali lainnya--Ten membuka topik pembicaraan. Itu cukup langka. Mengingat setiap pertemuan atau obrolan Teresa dengan pemuda bersurai hitam legam itu selalu dihiasi dengan tatapan sinis, sarkasme, atau perasaa canggung.

Namun, menjawab pertanyaan Ten, gadis itu mengangguk kecil. "Tentu saja. Aku benar-benar cemas sampai tidak bisa tidur malam ini."

"Kita semua punya orang hebat. Percaya saja dengan mereka," jawabnya dengan nada suara datar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐀𝐒𝐈𝐀𝐍𝐀 𝐂𝐀𝐑𝐃𝐈𝐀Where stories live. Discover now