Maybe We Need A Break

Start from the beginning
                                    

"Hari ini kamu berbeda sekali." Sang kekasih menoleh dan meneliti pakaiannya. Pakaian semi hangat yang rapi karena cuaca hari ini lumayan dingin untuk dirinya.

"Karena hari ini lumayan dingin." Ujarnya berbohong. Tidak bukan karena suhu di luar yang mulai menghembuskan angin dingin. Ia menyiapkan itu semua untuk kencan mereka.

Kaki mereka berhenti di persimpangan jalan setapak. Mata keduanya menatap taman dengan pohon rindang di sekitarnya. Hamparan rumput yang tidak terlalu tinggi adalah tempat yang cocok untuk melakukan piknik kecil-kecilan. Kekasihnya tersenyum lalu menatap dirinya. Tangan besarnya merengkuh jemari lentik itu. Ia berjalan menghantarkan mereka pada pusat cahaya matahari yang menjadi lampu sorot untuk mereka berdua. Tepat di tengah taman yang asri dan tenang.

Hari itu, mereka habiskan untuk bercengkrama. Walau dirinya yang lebih banyak berbicara ketimbang kekasihnya. Wajah tenang itu tetap tersenyum menanggapi semua ceritanya seminggu yang lalu. Semua cerita yang tertunda karena kesibukan mereka masing-masing. Rasanya lega namun mengganjal.

"Hei kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa."

Mingyu menatap kekasihnya. Mata rubah itu tidak bisa berbohong, ia tau kebiasaan kekasihnya. Mingyu berbalik, menghadap kekasihnya dengan satu kaki dilipat ke atas bangku panjang taman. Ia mengulum bibir, sebelum akhirnya bertanya tentang keresahannya.

"Apa kamu sakit?" Pria rubah itu menggeleng.

Mingyu menatap sekali lagi wajah yang menjadi candunya itu. Tangan di belakang punggungnya cemas menggenggam erat tali tas yang kini menganggur di belakang tubuhnya. Ia mengulum bibir lagi sebelum mengeluarkan benda itu dari persembunyian.

"Happy anniversary!"

"Wah, kau mengingatnya?"

"Tentu. Awal musim gugur, saat dedaun berjatuhan, saat itu juga aku jatuh cinta padamu. Wonwoo sayang."

Wonwoo, tersenyum simpul dengan mata berbinar. Wajahnya terlihat amat senang dengan hadiah pemberian Mingyu. Tapi senyum itu tak lagi mengembang dan sesaat membuat kekasih besarnya itu keheranan. Ia kembali menatap Mingyu dengan wajah bersalah.

"Terimakasih Mingyu. Maaf aku tidak membawa hadiah apapun."

"Tidak apa-apa."

Apa hanya aku yang mengingatnya? Apa hanya aku yang memperhatikanmu? Apa hanya aku yang mencintaimu? Semua pertanyaan itu muncul, namun ditepis Mingyu. Ia lalu membalas senyum yang lebih mengembang dari biasanya. Bahkan taring-taring itu menyapa kekasihnya di hari spesial mereka.

"Mingyu."

"Eum?"

"Tidak jadi." Wonwoo menunduk setelah matanya meneliti paras kekasihnya itu. Sedangkan alis Mingyu terangkat, ia heran dengan sikap Wonwoo yang sedikit pendiam dari biasanya. Pikiran Mingyu melayang seakan menanyakan hari spesial mereka yang sangat datar seperti hari kencan biasa.

"Katakanlah kalau kau kepikiran sesuatu." Wonwoo mengangguk tapi tak ada jawaban atas pertanyaan yang sedari tadi memenuhi pikiran Mingyu.

Bagi sepasang kekasih, keresahan merupakan sesuatu yang harus diungkapkan. Mereka akan berusaha saling melengkapi, menguatkan dan kembali mencintai. Berpegangan tangan dan berpelukan adalah jalannya. Memberikan tawa dan senyuman adalah obatnya. Namun tidak dengan membiarkan hening berhembus melalui keduanya. Dua insan yang kini sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

I can't wait forever
Voice what's on your mind to me
Why won't you open up?
I'm at the limit of my own patience too.

LIVING WITH MEANIE | ONESHOT STORIESWhere stories live. Discover now