-1-

6 0 0
                                    

Pagi yang suram.

Rumah yang seharusnya dipenuhi oleh tawa dan canda,sekarang hanya berisi tangisan dan duka,melihat dan mengenang mereka yang telah pergi untuk terakhir kalinya,mengantar raga tanpa jiwa dari orang yang teramat di sayangi ke tempat peristirahatan terakhir.

Tiga orang anak laki laki yang telah ditinggalkan dua orang yang paling disayangi,mengantar raga tanpa jiwa kedua orang tua mereka dengan mata yang berkaca kaca,berusaha untuk terlihat kuat saat berpisah dengan orang yang sudah merawat mereka sejak kecil,berusaha untuk mengikhlaskan kepergian mereka dengan lapang dada,yang justru mengundang tatapan sendu dan iba kepada mereka.

Mengantar kedua tubuh tanpa nyawa ke tempat peristirahatan terakhir.

Perlahan dua tubuh tanpa nyawa milik kedua orang tua mereka di masukkan ke dalam liang lahat yang gelap nan sempit.Pertahanan yang sudah di bangun perlahan runtuh ketika melihat kedua jasad orang tua mereka sedikt demi sedikit tertimbun tanah dan tak terlihat lagi.

Tidak ada lagi pelukan hangat,tidak ada lagi kata kata penyemangat dan lembut yang mengalun di telinga mereka,tidak ada lagi usapan lembut di kepala ketika ingin tidur,tidak ada lagi omelan serta nasehat yang akan mereka terima,tidak ada lagi moment menunggu kepulangan kedua orang tua ke rumah,tidak ada lagi tatapan lembut dari netra kedua orang tua.Semuanya sudah tak bisa lagi didapatkan,mereka hanya bisa mengenang dan mendoakan yang telah pergi,berharap semoga dapat tenang di sisinya.

Hingga prosesi pemakaman selesai ketiga anak itu tetap mencoba menahan tangisan pilu yang mendesak keluar,tetap berusaha kuat dan tegar.Perlahan satu persatu pelayat pergi meninggalkan dua gundukan tanah basah yang sudah mereka doakan,para pelayan pun perlahan menjauh dari dua nisan sang majikan,tetap mengawasi tiga tuan muda yang masih hidup.

Tiga anak itu pun kemudian berjongkok dan mulai mendoakan kedua orang tuanya,kedua tangan diletakkan ke depan dada,memejamkan mata dan mulai berdoa untuk ketenangan kedua orang tua sambil menahan air mata yang terus mendesak keluar.

5 menit berlalu,perlahan mereka membuka kedua mata mereka memperlihatkan netra yang basah dan sembab karena air mata.

Perlahan menghapus air mata yang mengalir tanpa di sadari,menarik nafas panjang agar lebih tenang lalu mulai menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan.

"Ma,pa semoga kalian tenang di sisi tuhan ya,aku janji bakal jagain dan lindungin adik adik seperti kalian bahkan lebih,aku janji akan membanggakan kalian atas semua prestasiku,aku akan melanjutkan apa yang seharusnya papa kerjakan,sekarang adik adik adalah tanggung jawab aku dan aku akan selalu menyayangi mereka lebih daripada diriku sendiri,maaf kalau selama ini aku sering bikin kalian repot,aku sayang kalian berdua" ucap sang kakak tertua.

"Ma pa aku janji bakal jadi anak yang pintar,aku juga janji ga akan usilin adek lagi,aku mau jadi kakak yang baik untuk adek dan seorang adik yang baik untuk kakak,aku ga akan biarin ada orang yang nyakitin adek,aku juga bakal jadi lebih baik lagi di sekolah,aku sayang mama dan papa,mama sama papa yang tenang ya" ucap si kakak.

"Aku tau aku pasti sering repotin kalian,aku minta maaf ma,pa,mulai sekarang aku bakal makan apapun yang di masakin sama mba Hana termasuk sayurannya juga,aku bakal jadi orang yang lebih baik dan nurut kata kata kakak,aku bakal jadi lebih pintar dan bisa bantu kakak untuk kerja nanti,Makasih ya ma,pa,karena kalian udah jagain dan ngajarin aku banyak hal,semoga mama sama papa tenang di sana,aku sayang kalian" ucap si bungsu yang di akhiri dengan mencium nisan kedua orang tua mereka lalu tersenyum.

Setelahnya mereka bertiga beringsut mendekat ke satu sama lain lalu berpelukan untuk menguatkan satu sama lain.Kemudian mereka perlahan berdiri dan menatap dua gundukan tanah basah di depan mereka lalu tersenyum sebaik mungkin.

"Sampai jumpa lagi,kami akan mampir lagi ke sini nanti,we love you mom dad" ucap mereka bertiga bersamaan lalu tersenyum.Para pelayan yang mengawasi pun perlahan mengulas senyum tipis,bersyukur ketiga tuan muda mereka tidak terlalu terpuruk atas kepergian sang majikan.

Perlahan tiga anak itu beranjak pergi keluar dari area pemakaman umum di ikuti para pelayan di belakangnya.Tanpa ada yang tau,dua makhluk tak kasat mata yang sedari tadi memperhatikan tiga anaknya yang sudah bisa menerima kepergian mereka,dua makhluk tersebut pun mengulas senyum tenang dan haru sambil berpelukan lalu perlahan menghilang.

                          ____o0o____

Malam hari pun tiba,di ruang makan yang biasanya akan selalu terdengar candaan dan cerita kini hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu tanpa ada sedikit pun suara lain.Sunyi,tak seperti biasanya.

Merasa tidak tahan dengan kesunyian yang tercipta,si bungsu mulai membuka suara untuk mengakhiri suasana hening yang ada.
"Kak,kak Hatz" panggil si bungsu ke salah satu kakaknya.

"Iya de,kenapa?" sahut sang kakak

"Kak,lusa kakak bisa dateng ke sekolah?" tanya si bungsu dengan pelan

"Emang ada apa de?" sang kaka bertanya kembali

"Itu,bu guru bilang katanya suruh bawa orang tua ke sekolah buat ngehadirin rapat sama guru,kakak bisa dateng?" tanya si bungsu kepada sang kakak tertua dengan hati hati,takut jika omongannya menyenggol luka yang masih baru di hati kakaknya.

Sang kakak tak langsung menjawab,dia berpikir terlebih dahulu,mencoba mengingat apakah dia ada kegiatan atau tidak lusa nanti.

"Bisa kok de,lusa nanti kaka bebas jadi bisa dateng" ucap sang kakak dengan lembut lalu tersenyum di akhir kalimatnya yang juga di sambut senyuman oleh si bungsu.Namun,sepertinya si anak tengah sedikit bingung.

"Than,emang bu guru ada ngomong begitu ya?aku ga tau tuh" tanyanya kepada sang adik.

"Ada kok,kamu nya aja yang ga dengar padahal bu guru udah ngomong,aku udah tegur kamu tapi kamu ga denger dan lebih asik sama gadget" jawab si adik.

"Areun,kamu main gadget waktu jam sekolah?kenapa begitu?kakak kan udah bilang kalau di sekolah jangan main gadget,kenapa ga kamu dengerin?" tanya sang kakak tertua beruntun.

"Itu kak,soalnya kata areun males mau bel–hmph" ucap si bungsu yang tertahan karena mulut nya sudah di bekap oleh kakak kembarnya sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"Yah than,jangan di kasih tau dong" ucap Areun—kakak dari si bungsu—sambil membekap mulut adik kembarnya.

"Areun,lepasin tangan kamu kasian Althan ga bisa nafas nanti,biarin Althan ngomong kakak mau tau kebenarannya" ucap sang kakak tertua yang hanya di balas dengan cengiran oleh adik nya lalu melepaskan bekapan tangannya dari adik kembarnya.

"Hmph—ah kamu kebiasaan,kalo aku kehabisan nafas gimana hah?!orang mau ngomong malah di bekap!" marah althan.

"Ya maaf,lagian kamu main ngomong aja sih kan aku jadi refleks" bela areun.

"Hish,nyebelin!" ucap althan.

"Udah udah,habisin dulu makanannya,nanti lanjut lagi ya ngomongnya,kakak belum selesai dan lagi pr kalian belum di kerjain kan?sekalian kita kerjain bareng bareng" ucap Hatz mencegah keributan berlanjut lebih lama.

"Iya kak" jawab si kembar.

Merekapun melanjutkan makan malam mereka dengan tenang di selingi oleh pertempuran saling ejek antara areun dan althan serta teguran dan gelengan heran dari Hatz sebagai kakak tertua.

                            ___o0o___

To be contiuned....




08/07/2021

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Twins Where stories live. Discover now