Why Can't I Have You?

40 3 7
                                    

(25 Januari 2021)

Jenny : Jadi sekarang masih sibuk?
Danish : Iya, nih. Aku lagi ngebangun bisnis baru sama temen-temen.
Jenny : Jaga kesehatan. Jangan sampe lupa makan!
Danish : Ok, babe. Kamu juga, yaa!
Jenny : Okay :)

(30 Januari 2021)

Jenny : Danish
Jenny : Gimana bisnis kamu, lancar?

(8 Februari 2021)

Jenny : Danish?

(17 Februari 2021)

Jenny : Kayaknya kamu lagi sibuk banget, yaa. Oke, deh. Chat aku lagi kalau udah nggak sibuk. Ok?

Aku terduduk di bibir ranjang sambil memandangi smartphone-ku dengan tatapan kosong. Lagi-lagi dia menghilang. Sudah berhari-hari chat terakhir yang aku kirim tidak dibalas. Dan ini sudah terlalu lama dia menghilang. Biasanya dia hanya akan hilang paling lama beberapa hari atau satu minggu. Tapi ini bahkan sudah hampir sebulan! Tetapi aku memilih untuk tidak terlalu sering mengirimkan pesan padanya. Sebab dia bilang padaku kalau dia bukanlah orang yang sering mengecek ponselnya dan akan mengabaikannya jika dia sedang mengerjakan sesuatu. Dia tidak suka diganggu ketika dia sibuk dan banyak pikiran, atau sedang fokus pada sesuatu. Dan karena itulah, sering terjadi hari di mana aku berpikir belasan kali hanya untuk mengirimkan pesan padanya. Aku takut dipandang terlalu sering mencarinya dan menahan diri untuk tidak mengirim pesan padanya walau sangat ingin. Sebab aku tidak ingin dia melihatku sebagai cewek penganggu. Dan aku takut dia akan ilfeel padaku.

Aku merebahkan tubuhku ke atas kasur. Ponselku kulempar sembarang ke samping tubuhku. Ternyata menunggu rasanya sesesak ini. Aku tidak tahu mengapa aku masih bertahan menunggunya. Meski sejak awal kami dekat, dia tidak benar-benar bisa kujangkau setiap hari dan sering menghilang begini. Tetapi dia sudah menjelaskan padaku bahwa dia memang orang yang seperti itu. Dan aku mencoba memahaminya karena kupikir hanya akulah cewek yang memahaminya, yang akan bertahan di sisinya, tidak seperti cewek kebanyakan yang meminta dihubungi setiap hari. Apakah logika ini masuk akal? Namun tetap saja rupanya aku tetap merasa sesak begini meski aku sudah berusaha menyibukkan diri supaya pikiranku tidak terlalu fokus padanya. Namun tak bisa dipungkiri, setiap hari dia berada di pikiranku.

Setiap dia menghilang begini aku selalu penasaran akan banyak hal. Seperti, apa yang sedang dia lakukan? Dengan siapa dia sekarang? Apa dia sedang merasa bahagia atau sedang sedih? Apa dia sedang kesusahan? Semua itu selalu berputar di kepalaku. Tidak terasa air mata menetes melalui pipiku. Dadaku menjadi sesak meski aku sudah meringkukkan tubuhku. Lagi-lagi aku menangis seperti ini. Padahal aku harus kuat. Aku harus bertahan jika aku ingin bersamanya, kan?

***

Sekarang sudah tanggal 25 Februari. Dan malam ini Danish meneleponku! Jantungku berdebar kencang dan bibirku sudah tersenyum tanpa bisa kukontrol. Buru-buru aku mengangkat telepon darinya. Lalu suara berat itu, suara yang aku rindukan, menyapaku dari jauh sana.

"Hai, apa kabar?"

"Hei! Baik, kok. Kamu?" balasku dengan nada ramah.

"Gitu, deh. Aku sibuk banget akhir-akhir ini. Maaf ya lama nggak ngehubungin kamu."

Ada jeda yang aku ciptakan sebelum aku membalasnya. Ada perasaan marah yang aku rasakan saat dia menghilang selama itu, lebih lama dari biasanya. Namun aku tahan kuat-kuat perasaan itu sebab aku tahu bahwa aku tidak berhak melakukannya. ".... Iya. Kamu kan emang lagi sibuk. Aku ngerti kok."

"Aku kangen banget, nih...," katanya dengan suara yang rendah, dan dengan nada yang sedikit manja. Dan seperti biasa hatiku selalu terasa hangat setiap mendengar kalimatnya yang menurutku paling manis itu.

The Story Behind The SongOnde histórias criam vida. Descubra agora