‧˚ ୭ halaman kelima

1.5K 438 49
                                    

° 。ㅤ→𝐁𝐮𝐣𝐮𝐤𝐚𝐧

•••

Keisuke duduk dengan sedikit canggung di depan Kouyou. Keduanya berada di kafe dekat rumah sakit. Wanita itu membawanya ke sana tanpa berbicara sepatah katapun. Keisuke hanya diam dan ikut dengan patuh. Takut tidak direstui kalau membantah.

Tatapan aneh dilayangkan ke arah wanita di hadapannya. Wajar, lihat saja pakaiannya yang seperti itu.

"Jadi, Ane-san," panggil Keisuke. Laki-laki itu menatap wanita yang tengah menyeruput minumannya. "Ada apa membawaku kemari?"

Ketika cangkir itu ditaruh di atas meja, sang pemilik mahkota merah ceri tak kunjung mengangkat kepalanya. Ia masih dengan nyaman menatap pantulan samar pada air dalam cangkir.

"Ini tentang (Name)," kuku yang dicat terlihat indah kala jemari memutar perlahan pada bibir cangkir. "Aku ingin minta tolong."

Alis Keisuke terangkat. Ia tidak begitu mengenal Kouyou, apalagi dia tidak begitu sering menjenguk adiknya sendiri. Tapi dari yang ia lihat, Kouyou menyayangi adiknya dengan cara yang berbeda. Juga, dia memiliki harga diri tinggi. Apa hal yang membuatnya sampai meminta tolong begini?

"Apa itu?"

Bulu matanya bergetar ringan, dan irisnya bertubrukkan dengan manik hitam.

"Apa kau bisa membujuknya?"

Tangannya sedikit bergetar, walau seulas senyum khas terulas.

"Aku sudah mencoba membujuknya," wanita itu bergumam. "Tapi sepertinya aku akan gagal. Aku tidak tahu harus minta tolong pada siapapun lagi."

Wajah Keisuke begitu serius, ia mendengarkan dengan seksama.

"Hanya kau yang terpikirkan. Kau memiliki alasan yang cukup, Baji."

•••

Meski bingung dengan Keisuke yang tidak mengenakan seragam Touman, melainkan jaket putih dengan lambang malaikat tanpa kepala—gadis itu tidak bertanya apapun.

Lara keduanya belum beralih. Tidak mengatakan apapun, hanya ingin terlihat baik di depan sang terkasih.

"(Name)."

Keisuke secara tiba-tiba mendudukkan diri di bibir ranjang rumah sakit kekasihnya. Tubuh itu terlihat semakin parah tiap hari berlalu.

"Aku mohon," gumam laki-laki itu. Tak ada raut bercanda maupun jahil di matanya. Hanya ada cemas serta sakit di sana. "Bisakah kamu mencobanya?"

Apa egois seperti ini diizinkan baginya?

Tanpa mengatakan lebih jelas, (Name) tahu apa maksud Keisuke.

Tangan yang bergetar kala digenggam, kini bibirnya ikut dikulum. Matanya terpejam. Menyembunyikan diri dari kenyataan yang membuatnya ingin lari.

"Aku takut, Keisuke."

Bahu itu mulai bergetar tatkala jari meremas telapak tangan.

"Aku takut aku tidak bisa bertahan."

Kepala di sandarkan pada bahu sang terkasih, mencoba mencari kenyamaan. Sementara itu, Keisuke mengerutkan keningnya.

"Kemungkinannya hanya lima puluh persen."

Tangan Keisuke perlahan terangkat. Tanpa ragu merengkuh lembut gadis dalam pelukan. Takut jika ia eratkan, sosoknya akan hilang dalam sekejap mata.

"(Name) ... tolong biarkan aku egois kali ini saja. Setidaknya masih ada lima puluh persen kemungkinan berhasilnya. Aku akan ada di sisimu."

Perlahan, tangannya mengelus surai merah ceri. Disisir dengan penuh kasih sayang. Begitu pula dengan tangannya yang mulai mengelus pelan punggungnya. Menenangkan hati gadis yang tengah gelisah.

"Bagaimana jika aku tidak bisa, Keisuke? Aku takut. Aku benar-benar takut ... aku tidak ingin mati. Aku belum ingin mati. Banyak yang ingin kulakukan denganmu. Ada banyak mimpi yang belum bisa kujadikan nyata. Aku masih ingin bersamamu ... "

Jaket bagian dada diremas, dan kaos hitamnya basah. Dirasakan cairan hangat merembes, membuat dada Keisuke tanpa sadar seakan diremas.

"(Name) ... bukankah kita sudah berjanji untuk bermain saat natal bersama?"

Tangan yang menyisir rambut berhenti, dan kepala disembunyikan pada ceruk leher. Dimana rambut hitam panjangnya menggelitik kulit bahu.

"Kau bilang ingin melihat salju bersamaku. Kau bilang ingin datang ke festival tahun baru denganku. Ingat itu?"

Keningnya berkerut dalam, menimbulkan guratan halus kala mata dirasa memanas.

"Kau sudah berjanji, begitu pula aku. Jadi, jangan takut."

•••

11 Juli 2021

𝐕𝐄𝐍𝐔𝐒! bajiWhere stories live. Discover now