‧˚ ୭ halaman keempat

1.6K 442 63
                                    

° 。ㅤ→ 𝐅𝐞𝐬𝐭𝐢𝐯𝐚𝐥

•••

Wanita yang baru masuk ke dalam ruangan melirik bingung ke arah gadis di atas sofa. Gadis itu tengah menumpu kedua tangan di jendela, memandangi langit senja yang selalu ingin ia lihat dari dunia luar.

"Tutup jendelanya. Sebentar lagi musim dingin."

Kouyou mendudukkan diri di kursi samping kasur. Ia menaruh wadah kecil berisi ceri, dan membukanya.

Gadis yang tengah memandang ke arah luar menoleh. Ia tersenyum menatap kakaknya.

"Nee-san, ini masih oktober."

"Kubilang kan sebentar lagi."

(Name) terkekeh sejenak. Ia menutup jendela, berjalan perlahan menuju kakaknya.

"Hehe, jarang-jarang Nee-san kemari."

Kouyou memasukkan ceri ke dalam mulutnya. Setelah mengunyah dan menelannya, Kouyou menatap kosong wadah di atas paha. Tak ada senyum mau pun ekspresi lain. Hanya kekosongan.

"(Name) ...  dokter menyarankan operasi."

Tubuhnya tersentak. Tatapannya sedikit tidak fokus dan rasa takut terlihat samar.

"Apa?"

Wadah ditutup, kemudian ditaruh di atas nakas. Kouyou menatap (Name) di hadapannya.

"Aku tak yakin apa kau bisa bertahan sampai akhir tahun dengan kondisi seperti itu."

(Name) sudah mulai kesulitan berjalan, Kouyou tahu itu. Di wajah wanita yang membenci cinta, muncul satu kalimat tanda tanya.

"Sebentar lagi natal, apa kau tidak ingin keluar bersama kekasihmu?"

•••

Kemarin Keisuke tidak datang. Walau ia memang tidak setiap hari menjenguknya, tapi jarang sekali ia tak datang tanpa kabar.

(Name) khawatir, oleh karena itu ia memilih untuk mengambil ponselnya. Baru saja hendak memanggil nomor pacarnya, pintu kamar dibuka secara tiba-tiba. Menampilkan sosok yang dirindukan.

"Keisuke?"

Tatapan matanya bergulir, menatap pakaian bebas yang dipakai Keisuke.

"Tumben kau memakai baju bebas?"

•••

(Name) dengan semangat menunjukkan selembar kertas. Itu adalah poster festival tahun lalu.

"Lihat? Mereka bilang akan mengadakannya lagi tahun ini. Bagaimana kalau kita datang bersama?"

Walau kamu sendiri tak yakin apa bisa ke sana.

Keisuke mengukir senyum khas, menampilkan taring yang menjadi pesona.

"Boleh saja!"

Gadis itu kemudian turun dari ranjangnya. Ia berjalan menuju kaca dan menyentuh permukaannya perlahan. Ia menatap langit, dimana awan dilintasi oleh barisan burung. Ah, (Name) ingin waktu berhenti sejenak.

Ia tersenyum tipis.

"Tahun lalu aku tidak bisa melihat salju karena kondisiku yang buruk."

Keisuke diam di tempatnya. Ia hanya memperhatikan gerak-gerik gadis yang menjadi hidupnya.

"Tapi tahun ini ... "

Kemudian, wajah itu ditolehkan. Menatap Keisuke yang tersenyum, dan matanya menyipit. Mengukir kurva pada bibir. Ronanya terlihat jelas sebab wajahnya begitu pucat.

"Aku ingin melihatnya denganmu."

Keisuke bangkit dari duduknya. Ia tertawa lalu berjalan menghampiri (Name). Tanpa izin memeluknya erat. Menaruh dagu pada puncak kepalanya.

"Janji ya? Haha, kalau kau berhasil bertahan, aku akan membelikan apapun di festival itu."

Tanpa diduga, gadis itu berbalik. Puncak kepala tempat dagu keisuke ditaruh, kini ikut berputar. Lalu perlahan, ia melingkarkan tangan pada kekasihnya.

"Berikan apapun yang aku mau ya?"

Lelaki dengan surai hitam pajang melepas sesaat pelukannya. Ia kemudian menangkup pipi gadisnya. Tersenyum kala rona menjalar. Tersenyum kala bibir bersentuhan dengan kening.

Keisuke kembali tertawa. Ia kemudian melirik ke arah langit dari jendela. Menatap bintang senja yang terlihat samar.

"Apapun."

•••

10 Juli 2021

𝐕𝐄𝐍𝐔𝐒! bajiWhere stories live. Discover now