Nothing like us

Mulai dari awal
                                    

Mark sedikit membantu gadis dihadapannya untuk menempatkan nenek pada kursi yang ia serahkan. Lantas dia berakhir berdiri disebelah gadis itu.

"Terima kasih."

Dua kata yang terucap oleh bibir gadis dihadapannya di hiasi dengan senyuman manis dan mata miliknya yang melengkung indah. Mark berani bersumpah bahwa mata itu adalah mata paling indah yang pernah ia lihat seumur hidupnya.

Cantik sekali

Namanya Park Hana, Mark tahu itu dari name tag yang terpasang di seragam putih milik gadis itu. Nama yang cantik sama seperti pemiliknya.

Dan ia sadar ada yang salah dari jantung nya kini, ia berdebar lebih kencang dari biasanya dan saat itu Mark tak tahu perasaan apa itu.

Rasanya Mark benar-benar tidak percaya dengan apa yang telah dirinya sendiri lakukan. Jam sekolah sudah hampir dimulai namun dia memilih untuk turun di halte yang tidak seharusnya menjadi tempat tujuannya dan itu ia lakukan demi mengikuti Hana dan nenek tadi.

Tatapan Mark masih tertuju pada Hana yang kini berjalan kearah seberang jalan sembari menggandeng tangan nenek tua tadi.

Baru kali ini ia begitu penasaran dengan sesuatu yang terjadi pada dirinya, tentang jantung nya yang berdebar kencang, dengan mata indah gadis itu yang masih terekam jelas dipikirannya saat itu meski sudah berkali-kali Mark coba hapuskan.

Ada apa dengan dirinya? Sebuah pertanyaan yang belum bisa Mark temukan jawabannya saat itu, meski rasa ingin tahunya membesar untuk saat ini Mark memilih sementara waktu mengubur rasa ingin tahunya.

"Semesta, tolong kembali pertemukan aku dengan gadis itu."

Kata yang terucap ketika Mark sudah berada kembali didalam bus yang baru saja datang. Dan lagi, tatapannya masih tertuju pada gadis diseberang jalan sana.

_______________

Bayangan tentang bagaimana Hana dirangkul oleh laki-laki bernama jaemin siang tadi, masih terpatri dalam kepala Mark dan menjadi penyebab dari rasa sakit pada hatinya kini.

Mark menghela nafas pelan, tatapannya terpaku pada langit-langit kamar, menatap poster besar bergambar Michael Jackson yang Haechan pasang waktu lalu.

Haechan ini merupakan salah satu penggemar penyanyi legendaris itu konon katanya Haechan juga bercita-cita menjadi sosok yang sama seperti Michael jackson. Dan Mark menjadi korban dari kesukaan nya pada penyanyi itu, kamarnya di hias paksa oleh Haechan seolah-olah kamar itu adalah kamar milik Haechan sendiri, Memaksa dia untuk menempelkan berbagai poster Michael Jackson di dinding kamar miliknya.

"Muka lo kenapa? Suntuk banget lo?"

Tanpa aba-aba, tiba-tiba saja Haechan memasuki kamar milik Mark yang pintu nya memang sedang tidak ia kunci. Ia datang dengan menenteng gitar berwarna coklat kesayangan nya yang sering dia bawa kemanapun bahkan ketika mereka disekolah.

"Kalo gue bilang gue sakit hati lo percaya nggak?"

"Sakit hati karena apa? Lo ditolak sama Hana?"

"Seratus persen bener."

"Sakit hati pertama lo dong? Kok bisa dia nolak lo? Wah parah tuh cewe seleranya setinggi apa? Sampe temen gue yang ganteng ini ditolak."

"Asal lo tahu aja dia bilang dia udah jatuh cinta sama cowo lain dan cowo itu bener-bener bukan tandingan gue Chan. Gak heran dia nolak gue."

"Terus lo mau gimana? Udah nyerah gitu?"

"Kalo gue masih mau berusaha boleh nggak? Salah nggak?"

Somewhere in Canada || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang