12 ; Band - The fact

575 175 51
                                    

Haris menatap ruang UGD, perasaannya campur aduk, ia khawatir setengah mati. Bagaimana bisa Jennie pingsan setelah mimisan tadi? Ada apa dengannya? Apa yang disembunyikan.

Sementara raut wajah Delvin sudah tidak bisa dijelaskan. Ia jelas lebih khawatir.

Tak lama setelahnya, Dokter keluar.

"Dok, gimana adik saya?" tanya Delvin khawatir.

"Kenapa pasien tidak dirawat? Kenapa dibiarkan seperti itu? Kanker otaknya sudah menyebar hampir tujuhpuluh persen."

Jevon, Bobi, Cakra dan Delvin menunduk. Sementara Haris memasang wajah terkejut, "Hah? Dok, jangan bercanda!"

"Mana mungkin saya bercanda. Kondisi pasien sudah sangat buruk,"

"Maaf saya memutuskan tanpa izin dari kalian. Pasien akan menjalani perawatan intensif," ucap Dokter.

Seperginya Dokter, tubuh Haris lemas. Ia menatap keempat temannya, wajah mereka terlihat bersalah. Haris tertawa sumbang. "Lo semua udah tau?"

"Terutama lo Vin? Lo pasti tau, KENAPA GAK ADA YANG BILANG SAMA GUE?!" amuk Haris.

Haris mengusap kasar air matanya. "BRENGSEK LO SEMUA! LO SEMUA TAU, TAPI GAK ADA SATUPUN YANG KASIH TAU GUE!"

Haris berbalik, ia berteriak lalu memukul-mukul keras kaca pembatas.

Jevon langsung menarik tangan Haris yang mengalirkan cairan merah, beberapa serpihan kaca juga menancap di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevon langsung menarik tangan Haris yang mengalirkan cairan merah, beberapa serpihan kaca juga menancap di tangannya. Jevon mendorong tubuh Haris ke dinding, ia mendaratkan 1 pukulan kuat dipipi Haris.

"ISTIGHFAR HARIS! Lo cuma bikin keributan. Ini Rumah Sakit," kata Jevon menekan setiap kata-katanya.

"Kenapa lo bohongin gua? KENAPA?!"

"Kita bukan bohongin lo! Jennie yang minta buat nyembunyiin ini semua dari lo!" sahut Cakra.

Kaki Haris lemas, ia terduduk. Tangisnya pecah. Bobi menarik tangan Haris, membawa Haris ke UGD. Masuk ke dalam sana, untuk mengobati luka di tangannya.

Di dalam, ia melihat tubuh Jennie yang terpasang beberapa selang pernafasan. Ia menatap kosong tubuh Jennie yang terlihat lemah. Matanya menutup sempurna. Air matanya berkumpul di pelupuk matanya.

Setelah mengobati dan diperban, Haris kembali keluar. Lalu, ranjang Jennie dibawa keluar. Memindahkan keruangan rawat inap Semuanya membuntuti.

▪︎BꓥNꓷ▪︎

Semuanya bergerumul dalam pikiran masing-masing. Ada 5 orang yang masih baik-baik saja, namun tidak satupun dari mereka yang mau membuka pembicaraan. Semuanya membisu, terlebih Haris masih marah dengan semuanya.

Sudah pukul 6 malam, semuanya menginap. Entah karena memesan kamar VIP atau memang mereka memaksa, yang pasti mereka semua menginap.

Bobi bangun dari duduknya, "Gua laper. Ada yang mau nitip makanan gak?"

"Gua. Onigiri yang ayam teriyaki sepuluh. Sama teh kotak sepuluh." sahut Delvin. Bobi mengangguk, menarik tangan Jevon dan Cakra untuk ikut bersamanya. Tujuannya keluar memang lapar, tapi juga supaya Haris dan Delvin bicara.

"Waktu yang gue bilang, gue sekeluarga di Singapore. Itu emang bener, tapi bukan buat liburan, melainkan buat pengobatan Jennie. Dia minta buat gak cerita ini ke lo, karena dia tau lo bakalan sedih berkepanjangan." kata Delvin. Haris diam.

"Dari jaman dia maba, dia udah naruh hati sama lo. Sayangnya lo belum sadar atas kehadiran dia, dan lo baru tau siapa Jennie pas dia semester dua. Lo tau gak Ris? Dia cerita dia seneng banget bisa deket sama lo."

"Dan lo tau? Sejak lo tau keberadaan dia, dia jadi mau berobat. Sebelumnya dia gak pernah mau berobat. Dia bilang dia mau hidup panjang supaya bisa sama-sama terus sama lo. Saat itu hati gua hancur banget dengernya Ris, kenapa bukan gue yang sakit? Kenapa harus anak baik kayak dia yang sakit?"

"Dia ketauan punya kanker itu tepat diusianya yang ke tujuh belas tahun. Sekarang usianya udah duapuluh tahun, dia kuat ya Ris?" lirih Delvin. Haris menunduk.

"Ini pertama kalinya dia survive buat hidup, dan itu karena lo. Gue berterima kasih banget sama lo,"

"Setiap malam dia selalu nanya ke gue. Bisa gak aku hidup kata dia. Pertanyaan itu selalu keluar dari mulutnya. Gue mohon banget sama lo Ris, kuatin dia supaya bisa hidup. Gue belum siap kehilangan adik gue. Gue gak akan pernah siap."

Ini pertama kalinya Haris melihat Delvin menangis.

Mereka tidak sadar, jika sebenarnya Jennie sudah sadar dan mendengarkan obrolan mereka.

▪︎BꓥNꓷ▪︎

tbc..

Band - khb [au] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang