14 ; Band - No, please

566 156 49
                                    

Jennie merintih, ia meremat jari-jemari Delvin. Berusaha menyalurkan perih disekujur tubuhnya. Air matanya terus mengalir, namun senyum di bibirnya masih tercetak jelas.

"Kak.. rasanya kayak ditusuk-tusuk.." lirih Jennie.

"Kepala Jennie sakit banget. Pusing.."

"Kenapa Allah jahat banget ya sama Jennie? Allah kasih Jennie penyakit yang gak bisa Jennie tahan. Allah gak akan kasih Hamba-Nya cobaan melewati batas kemampuannya kan kak?" tanya Jennie.

Delvin menangis. Ia mengangguk tipis. "Allah tau, pasti Jennie kuat makanya dikasih cobaan banyak.." sahut Delvin.

"Tapi Jennie gak kuat.." lirihnya.

Keadaan sudah tidak kondusif, Kris sudah membawa istrinya kedalam dekapannya. Jika sudah seperti ini, Delvin lah yang paling pintar acting. Ia akan berusaha bersikap baik-baik saja, meskipun ulu hatinya tertusuk parang.

Jennie melirik Haris di sisi kanannya. "Haris lucu rambutnya sedikit."

Haris tersenyum, ia mengusap surai Jennie yang semakin hari semakin menipis. Haris melirik telapak tangannya, bahkan rambut Jennie rontok hanya dengan usapan lembut.

"Iya, sama kan? Jennie gak sendiri yang punya rambut sedikit."

Jennie mengangguk. "Mah.." panggil Jennie.

"Iya sayang? Kenapa?"

"Allah sayang kan artinya sama Jennie? Allah pengen cepet-cepet ketemu Jennie. Itu artinya Jennie di sayang banget ya?"

Michelle memalingkan wajahnya. "Iya.. Allah lebih sayang sama Jennie. Tapi Jennie tau kan kalo mama juga sayang banget sama Jennie?"

"Tau. Kalo gitu artinya Allah jahat atau baik? Dia mau rebut Jennie dari mama.."

"Allah baik banget. Dia bukan rebut kamu dari mama, tapi Allah mau kamu kembali."

"Tapi Jennie masih mau sama mama papa." ucapnya, air matanya kian mengalir.

"Mamaa.. sakitttt.." rengek Jennie, ia memperat rematan tangannya.

"Jen, aku mohon jangan pergi.." ucap Haris.

"Sakit Haris.."

"Papaaa,"

Kris membisikan doa di telinga kiri Jennie. Kris bahkan memejamkan matanya, ia menahan air matanya, karena ia tahu, tetesan air mata itu akan terasa menyakitkan jika terkena permukaan kulit Jennie.

"Ma.. sakit.." rengek Jennie sambil menatap langit-langit rumah sakit.

Air mata yang ditahan Delvin sudah berderai. Ia berlutut, menyamakan letak bibirnya pada telinga adik bungsunya.

Michelle terus mengusap tangan dingin Jennie, menangis sejadi-jadinya.

"Adek bisa.. ikutin kakak ya.." kata Delvin lembut.

Kepala Jennie mengangguk lemah. "Ma.. ada cahaya.."

"Ayshadu An-la ilaha illallah.." ucap Delvin.

"Ays–ayshadu an–la ilaha il–illallah.." ikut Jennie.

"Wa Ayshadu Anna Muhammada Rasulullah.."

"Wa–wa ayshadu an–anna Muhammada Rasulullah.."

Delvin terus merapalkan doa, menuntun Jennie yang sebentar lagi nampaknya akan tercabut nyawanya. Jennie melihat sekitarnya, perlahan menggelap. Ia menatap satu-persatu orang yang mendampinginya. Ia tersenyum hangat, menatap mata Haris yang sudah memerah.

"Je–Jennie izin ma–ma.."

Selanjutnya, mata indahnya tertutup. Denyit suara alat penanda detak jantung berbunyi keras.

"No, please Jennie.. back!" seru Haris.

"Sayang.. please.."

Delvin menarik Haris menjauh, "JENNIE DELVIN! JENNIE!"

"Jennie udah pulang Haris."

"JENNIE! GUE YAKIN DIA MASIH HIDUP! KAKAK MACAM APA LO?! LEPASIN GUA!" teriak Haris, tubuhnya di dorong Delvin keluar.

Ya, gadis cantik itu berpulang. Berpangku manis, menatap sendu orang-orang yang menangisinya.

Adriana Jennie Agatha, berhenti bernafas tepat pukul 14.00 WIB. 14 Desember 2021.

▪︎BꓥNꓷ▪︎

tbc..

Band - khb [au] ✔Where stories live. Discover now