PROLOG

291 13 5
                                    

    Pagi hari yang hujan dan ditambah dengan suhu dingin pake banget membuatkan semua makhluk bernama 'manusia' di bumi fana' ini kembali memeluk guling serta menghempaskan tubuh ke atas kasur empuk mereka selepas menunaikan kewajiban mereka sebagai seorang muslim. Tetapi tidak untuk seorang gadis berhidung mancung yang sedang duduk manis memandang ke luar tingkap dari kamar kesayangannya. Nama yang diberi oleh orang tua tercinta, NUR AIMI INSYIRAH AL-ABQORI, nama yang cantik nan indah persis wajahnya. Tidak tau apa yang berada difikirannya sehingga tidak melakukan kedipan mata setelah beberapa minit. Terlalu lama mengelamun sesampai tidak menyadari kakaknya yang jahil fix no akhlak masuk ke kamarnya secara senyap. 

Dengan membaca basmallah, Amirul mengkagetkan adik kesayangannya.

"BWUAHHHH !!" 

"ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIMMMM !!!" kata Aimi tak kalah keras. 

Tawa Amirul  berlegar di seluruh penjuru bilik adiknya.

"Emang kak Yul udah puas jomblo? Mau mati awal ha?!" tambah Aimi.

     Iya kak Yul ialah kakak satu-satunya yang Aimi punya saat ini. AHMAD NUR AMIRUL AZ-ZAKI AL-ABQORI . Menurut Aimi nama kakaknya itu kepanjangan dan dia lebih memilih untuk memanggilnya dengan panggilan 'KAK YUL' tapi tidak diterima sama empunya nama. 

"Apapaan sih manggilnya kak Yul gitu? Nama kakak itu AMIRUL bukan TUYUL!" jawab Amirul dengan wajah memelas.

"Makanya jangan kagetin orang kaya tadi. Untung manggilnya KAK YUL bukan NING YUL. HAHAHAHAHAHAHA" ucap Aimi lalu ingin berlari keluar dari kamarnya menuju dapur untuk sediakan sarapan.

"YA NUR AIMI INSYIRAH AL-ABQORI! Kakakmu ini cowo sejati tauk!" Amirul berusaha mengejar adiknya yang udah berlari mau keluar seperti anak kecil ketauan makan eskrim ketika lagi flu secara senyap. 

"Astaghfirullah. Kok kejar-kejaran di dalam rumah toh nduk? Mau lomba lari tuh di padang pesantren sono",kata Kyai Ahmad Abqori As-Syafa yang kebetulan lalu di hadapan kamar anak gadisnya. "Mending nikah sono dari kejar-kejaran kaya anak kecil atuh", tambah Bu nyai  Siti Aminah Khadijah Al-Basyar dengan senyum manisnya. Mereka berdua adalah sosok yang sangat disayangi oleh Amirul dan Aimi dan dipanggil dengan sebutan Aba dan Umma. Iya mereka orang tua yang berjaya mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang dan perkara-perkara yang benar di jalan Allah.

     Mereka adalah pengurus pesantran Darun Najah. Di pesantren, Aimi dikenali dengan Ning Syirah manakala Amirul dikenali dengan panggilan Gus Zaki. Kenapa kok guna nama belakang sih? Ini semua karna Aimi yang mau dia saja yang memanggil kakaknya dengan nama Amirul. Biar spesial katanya. Dan begitu juga sebaliknya. 

      Aimi yang terbilang pinter itu sudah mengenggam gelar S1 di bawah jurusan Ilmu Al-Quran wal Qiraat  pada usia muda iaitu pada usia 21 tahun. Dia masuk kelas 1 SD pada umurnya 5 tahun. Jadi, disebabkan itu, dia bisa mengenggam S1 pada usia muda serta disebabkan kepintarannya dan kecergasannya. Dan sekarang usiannya bakal menginjak 23 tahun. Aimi masih berbakti kepada pesantren Abanya dan menggunakan ilmu yang telah dia dapatkan pada zaman kuliyah. Dia juga membangunkan empayar pakaian syar'i dengan membina sebuah butik di Jakarta. Lumayan dekatlah butiknya sama pesantren tapi Aimi bersih kukuh mau nyetir mobil merk Hondanya kalo mau ke butik. 

      Amirul barusan mengenggam gelar S2 beberapa bulan yang lalu. Dia adalah kelulusan Al-Azhar University, Mesir di bawah jurusan Syariah dan Undang-Undang. Dia bekerja sebagai seorang peguam dan menjadi guru di pesantren apabila malam menjelang. Amirul sih sebenarnya udah mau jadi bujang tua tapi sok muda. Udah mau masuk kepala tiga tuh umurnya. Tambahan 'masih jomblo'.

"Sejak kepulangan Amirul, hidup Aimi lebih berwarna ya ba", umma sedikit berbisik ke kuping aba dan mendapat anggukan semangat dari sang suami. Lalu senyuman bahagia terbit di muka orang tua Aimi dan Amirul.

Tawakkal CintaWhere stories live. Discover now