1| Beasiswa

92 3 2
                                    

"Papa buka beasiswa lagi? Kenapa?" Ucap ibu paruh baya berbaju dress formal, Naura menatap ibunya.

"Mama gasuka lagi ada murid baru miskin yang masuk kesekolah kita?"

"Naura.." Ucap Mamanya, Naura menatap tajam Mamanya, ia selalu benci mamanya yang selalu seperti itu, yang selalu berpikir keluarga mereka lah yang paling kaya.

"Iya papa buka beasiswa lagi karena permintaan Naura." Jelas Papa yang membuat Mamanya menatap tajam.

"Naura kamu kenapa sih suka banget bergaul dengan orang miskin? Sampai kapan?"

Naura terkekeh palsu, konyol mamanya berkata seperti itu, "Mama juga sampai kapan ngerasa kita keluarga paling kaya? Sampai kapan ngatur-ngatur hidup Naura? Diatas langit masih ada langit Mah."

Naura segera berdiri, memakai tasnya dan pergi. Sementara mamanya masih menatap tajam Naura, Naura sudah lelah hidup seperti ini, ia kangen ibunya yang dulu, yang hidup sederhana dan bahagia, tak gila harta seperti ibu yang barunya.

Ibu Naura terkena insiden kecelakaan sehingga membuat nyawa Ibu Naura melayang, dulu hidup Naura sangat sederhana, bahkan dibilang miskin, makanya Naura tidak mau sombong dengan kekayaannya yang sekarang ia miliki.

Setelah 2 tahun ibunya meninggalkannya, Papa Naura berusaha bangkit dan mengelola perusahaan dan mereka berhasil, Papanya bertemu dengan perempuan itu, dan akhirnya Naura terpaksa harus tinggal satu rumah dengan perempuan itu.

Ia tak suka ibunya digantingkan. Sangat.

**
"Silahkan perkenalkan namamu." Ucap Pak guru menatap lelaki itu, Naura menatapnya dari tadi, menurutnya ia lumayan tampan dengan alis tebal dan juga lesung pipi.

"Perkenalkan nama saya Agam Abraham. Murid beasiswa, bercita-cita menjadi Jaksa."

Alea tertawa kecil, "Cielah anak miskin mau sok-sok an mau jadi jaksa." Seluruh kelas kecuali Naura menertawakan Agam juga.

"Emang anak miskin gaboleh punya mimpi juga? Emang yang boleh anak kaya doang? Yang justru lebih buruk kalian yang orang kaya tapi gapunya attitude."

Ucap Agam tajam yang membuat seluruh kelas berhenti menertawakannya, Naura menatap Agam, terdapat senyuman kecil di bibirnya.

Agam langsung berjalan menyuri kelas mencari bangku kosong, Naura menatap kursi sebelahnya yang kosong, Agam menatap Naura yang menatapnya tersenyum.

Bukannya duduk di sebelah Naura, ia malah duduk dibangku belakang Naura.

Naura menatapnya.

Agam juga menatapnya, "Apa lo liat-liat? Mau ngehina gue juga?" Singkat Agam begitu.

"Gue Naura, gue gak kaya orang lain kok."

Agam hanya menatap tangan Naura yang ingin berjabat tangan dengannya, dia justru memilih untuk tak mengubris omongan itu.

Naura tersenyum kecil.

**
  Agam berdiri, ini sudah waktu istirahat dan ia sudah menyelesaikan pelajaran pertamanya, Sejarah. Dia baru saja ingin keluar kelas, tangannya ditahan oleh Naura.

"Lo mau kemana?" Agam menatap Naura yang berdiri di sebelahnya sekarang.

"Bukan urusan lo buat tau."

"Ayo mau gue temenin ga muter-muter sekolah?" Ucap Naura menawarkan seraya tersenyum menatap Agam yang hanya diam.

"Gue bisa sendiri."

Naura menarik tangan Agam, "Udah ikut gue, gue yang punya sekolah." Agam menatap tangan itu, dia hanya diam daripada membantah omongan perempuan satu ini.

Agam menarik tangan Naura dari tangannya, "Jangan pegang." Jawabnya, Naura hanya tersenyum, mereka menyusuri sekolah yang sangat besar itu, Agam tampak kagum menatap bangunan sekolah yang elegan.

Tak seperti sekolah lamanya yang kumuh.

"Sekolah lama lo dimana?" Tanya Naura menatap Agam.

"Kenapa lo nanya?"

"Emang orang nanya harus ada maksudnya ya? Kalo cuma mau nanya doang gimana?"

Agam hanya menatapnya.

Dia berlalu meninggalkan Naura, Naura pun berlari menyusul Agam.

"Gue mau jadi temen lo, boleh ya?"

Agam menatapnya, "Ngapain mau temenan sama gue? Gue orang miskin."

"Diem lo. Daritadi ngomong kaya miskin terus. Gue ga mandang itu anjir. Gue suka sama lo."

Agam menatapnya aneh.

"Gila nih orang."

"Emang gue gila, gue juga gapunya temen, jadi gue mohon lo jadi temen gue!"

Agam menatapnya lagi, ia sungguh bingung dengan perempuan satu ini, padahal jujur saja ia cantik, tapi kok gila?

"Plis yaaa, kek gue tuh kesepian banget."

"Gaboleh."

Naura menatap sebal, "Ih gue kan cuma mau temenan sama lo Gam, masa gaboleh sih?"

"Kenapa dulu lo mau temenan sama gue? Oh apa jangan-jangan lo bikin tantangan kan sama temen lo?" Ucap Agam lagi tanpa ekspresi.

"Gaboleh nuduh orang sembarang gitu Gam, gue ga jahat gitu anjir. Udah ah pokoknya gaada penolakan, lo udah jadi temen gue."

"Cewek gila."

"Emang gue gila." Ucap Naura, Agam menggeleng tak percaya menatap Naura, mereka melanjutkan lagi menyusuri sekolah itu.

**

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AgamWhere stories live. Discover now