" Terimakasih Gus, saya pamit"

" Tunggu" aku mengernyit bingung.

" Jangan ragu, ambil keputusan yang menurutmu benar"

" Nggeh Gus"

Terkadang aku merasa kalau Gus Fariz adalah kakak kandungku sendiri.

Setelah menempuh perjalanan jauh aku sampai di Lasem, di rumah keluargaku.

" Assalamualaikum"

" Waalaikummus salam, ya Allah nduk.. " ibuk memelukku menyalurkan rindu.

" Ayo masuk.. kenap ndak ngomong nek mantuk, kan iso di jemput bapak"

" Kan kejutan buk"

" Kami istirahat wae"











***










Sekarang ini aku sedang duduk di depan bapak, pasti bapak mau bicara hal penting.

" Bapak nerimo lamaran kanggo awakmu Ra, umurmu iku pun pantes kanggo nikah, sampena nerimo kan pilihan e bapak"

Aku sudah bisa menduga hal ini, hal ini pasti akan terjadi cepat atau lambat buka.

Maaf Gus.. maaf..

" Pilihan e bapak pasti Ara tampi"

Flashback off...

" Dek"

" Kenap mas?" Itu Mas Dimas kakakku.

" Ngelamun opo?"

" Ndak kok" aku tersenyum padanya untuk menyembunyikan rasa ini.

" Di timbali bapak"

" Bapak teng pundi?"

" Ning ngguri"

Aku pun segera pergi ke halaman belakang menemui bapak, terlihat bapak tengah berbicara dengan seseorang di telfon.

" Nduk, iki calon mu arep ngomong" bapak memberikan henfonnya.

" Assalamualaikum"

" Waalaikummus salam" suara dari sebrang sana.

" Enten nopo nggeh mas?"

" Saya cuman mau tanya kamu mau minta mahar apa dari saya?"

Mahar? Bertemu dan meliaht wajahmu saja aku tidak pernah, dan mahar aku samasekali belum memikirkan itu.

" Saya cuman minta seperangkat alat sholat dan surat an-nisa"

" Itu saja?"

" Nggeh mas"








***









Kulihat pantulan diriku cermin.

Tak menyangka sebentar lagi aku akan menjadi milik orang..

Sampai detik ini aku masih merasa bersalah padamu Gus.. maaf..

" Mbak Ara cantik banget" ucap sepupuku.

" Mbak senyum dong, ini kan hari bahagiamu mbak" sepupuku satunya menyahuti.

" Iya nih aku senyum" aku pun tersenyum. Mencoba senyum yang terlihat tulus dan bahagia.

" Penganten cowoknya udah dateng" sepupu cowokku masuk ke kamar.

Sekarang tinggal lah aku sendirian di dalam kamar, tak lama dari itu aku mendengar suara suara penghulu.

My Story in Pesantren✔️Where stories live. Discover now