16. Kisah kita

652 23 5
                                    

Ara pov...

Setelah Bu nyai Ainun meninggal aku memutuskan untuk pulang ke Lasem dan tidak kembali ke Jakarta, alasan utamaku melakukan ini karena bapak memintaku untuk pulang. Sebenarnya bapak sudah lama memintaku untuk pulang tapi aku selalu membuat alasan dan pada akhirnya aku menyerah untuk menunggunya, karena aku tahu kami tidak lah sebanding.

Itu sudah terlihat jelas sejak duku bahwa aku dan Gus Fauzi tidak lah sebanding, dia putra seorang kiyai dan aku hanya lah orang biasa. Banyak hal yang membuat kami bagai bumi dan langit.

Banyak orang di rumah, tentu saja karena besok adalah hari pernikahanku.. ya aku akan menikah dengan seorang pemuda yang menjadi pilihan bapak.. perjodohan adalah kisah klasik..

Maaf Gus Fauzi aku tidak bisa menunggumu lagi sekarang, karena aku akan menjadi milik orang lain..

seharusnya sedari awal aku tak mengenalmu, tapi aku tak menyesal telah mencintaimu Gus songong ku... Apakah aku masih berhak memanggilmu begitu Gus?

Aku tahu bahwa kamu telah kembali Gus, maaf karena tidak pamit padamu, aku tidak tahu apakah aku sanggup untuk berpamitan padamu..

Flashback on..

Bapak menelfonku..

" Assalamualaikum pak"

" Waalaikummus salam, sampean mantuk kapan nduk?"

" Pak, Bu nyai mboten enten, Ara mantuk sak wise 7 dinone Bu nyai"

" Innalilahi wa innailaihi rojiun, sampean riwangi ndalem nggeh, bapak tutup telfon e assalamualaikum"

" Waalaikummus salam"

Setelah itu aku kembali ke dapur ndalem untuk membantu mbak mbak masak pastinya..










***









Hari ini aku memutuskan untuk pulang, aku sudah berpamitan pada Abah yai, sakit rasanya harus meninggalkan pesantren.. aku harap bisa lebih lama lagi di sini..

Sebelum pergi aku juga menyempatkan untuk pamit pada Gus kecil dan Ning kecil...

" Bik Ara kenapa mau pulang?" Pertanyaan dari Ning Yana kecil.

" Bibik ada urusan Ning"

" Bibik bakal pulang kesini lagi kan?" Gus Juna kecil bertannya penuh harapan bahwa aku akan kembali.

" Bibik tidak akan kembali ke sini lagi"

" Bruk" Gus Alif kecil langsung menghamburkan pelukan nya padaku dan di susul Gus Juna dan Ning Yana.

" Bibik Ara senyum dong, kan mau ketemu bapak sama ibuk" ucap Gus Alif kecil setelah melepas pelukannya padaku.

" Iya bibik senyum nih"

" Bibik pasti pulang ke sini lagi" Gus Juan kecil.

" Iya bibik liat aja nanti, bibik balik sini lagi.." giliran Gus Alif kecil.

Sekali lagi aku memeluk mereka bertiga satu persatu.

" Udah ya biarin Bibik Ara pulang" ucap Ning Dila.

" Perlu dianter Ra?" Tanya Gus Fariz.

" Ndak usah Gus, Ara bisa ke terminal sendiri"

" Di anter Mas Fariz aja mbak"

" Aku anter aja Ra, kamu tuh udah kayak adik aku" kata Gus Fariz.

Aku ke terminal di antar oleh Gus Fariz.

My Story in Pesantren✔️Where stories live. Discover now