Jaemin berdiri dari duduknya dan segera pergi ke kasir untuk membayar. Sedangkan Reese berjalan keluar dari kedai untuk menunggu Jaemin.

"Reese?"

Baru semenit Reese berdiri di luar kedai tersebut, seorang laki-laki memanggilnya. Lantas Reese menoleh ke samping dan Ia mendapati Jeno di sana.

"Eh, Jeno. Kok bisa di sini?" Wajah Reese yang mulanya merungut seketika kembali berseri setelah kehadiran Jeno.

"Rumah gw kan deket sini. Harusnya gw yang nanya, lo ngapain di sini? Rumah lo kan jauh dari daerah ini." -Jeno.

"Diajak Jaemin. Gw juga bingung ngapain tuh orang ngajak gw beli makan sejauh ini." -Reese.

Raut wajah Jeno berubah datar saat Reese menyebut nama Jaemin. "Trus mana Jaemin?"

"Ngapain lo nyari gw?" Jaemin tiba-tiba muncul di belakang Jeno.

Jaemin berjalan mendekat pada Reese. Laki-laki tersebut juga melayangkan tatapan sinisnya pada Jeno. Sepertinya Jaemin tidak menyukai keberadaan Jeno di dekat Reese.

"Lo ngapain sih nunggu di luar?" Tanya Jaemin pada Reese.

"Biasanya kan juga gitu." Balas Reese.

"Yaudah pulang." Jaemin menarik tangan Reese membuat gadis itu sedikit terhuyung ke depan.

"Jen, gw balik dulu ya." Pamit Reese yang masih setia ditarik oleh Jaemin.

Jeno hanya tersenyum menatap Reese hingga gadis itu masuk ke dalam mobil. Saat Jaemin juga hendak masuk ke dalam mobil, Ia menatap Jeno dengan sangat tajam begitu pula dengan Jeno.

Selama diperjalanan menuju Apartement Reese dan Jaemin kembali melanjutkan adu mulut yang sempat tertunda di kedai makanan tadi.

"Lo tuh apa-apaan sih nyeret gw tadi depan Jeno." -Reese.

"Siapa suruh lo nunggu di luar trus biarin gw bayar sendirian, lo kira gw babu!" Nada bicara Jaemin naik beberapa tingkat.

"Biasanya kan juga gitu! Udah deh, Jaem. Gw laper, capek, jangan diajak gelud njing."

Merasa nada bicara terdengar lebih tinggi, Jaemin memilih diam dan kembali fokus menyetir. Reese yang di sebelahnya cuma bisa mengomel sekaligus berdoa dalam hati agar bisa cepat sampai di Apartement. Perutnya sangat lapar.

Mitos tentang waktu perjalanan pulang lebih cepat dari pada saat pergi ternyata ada benarnya juga. Terbukti hanya dalam waktu 10 menit Jaemin dan Reese sampai di Apartement. Reese tidak peduli apa mitos itu yang benar atau karena do'a nya tadi dikabulkan oleh Tuhan, yang jelas dia bersyukur akhirnya bisa memberi makan perutnya.

"Makan pelan-pelan, Ree." -Jaemin.

"Shut up!"

Jaemin cuma menggeleng mendengar jawaban Reese. Sedikit ada rasa bersalah padanya karena sudah membuat gadis tersebut kelaparan.

"Laper banget kayaknya." Gumam Jaemin tapi masih bisa didengar oleh Reese.

"Emang." -Reese.

Drrtt...drrtt...

Jaemin menoleh pada ponselnya yang bergetar di atas meja makan. Ia mengambil benda persegi panjang tersebut lalu mengangkat panggilan masuk di sana.

"Halo?"

"....."

"Gak bisa."

"....."

"Ada Reese. Lain kali aja."

Merasa namanya disebut, Reese refleks berhenti mengunyah dan menatap Jaemin yang ternyata juga sedang menatapnya balik.

"....."

"Kalo gw bilang gak bisa ya gak bisa! Gak usah banyak tanya!"

Setelah itu Jaemin mematikan panggilannya sepihak dan meletakan kembali ponselnya agak kasar.

"Cewe mana lagi, Jaem?" Reese menatap Jaemin dingin.

"Areum."

Reese meletakan sendok dan garpu menandakan Ia sudah selesai makan. Jaemin melihat piring Reese yang masih banyak sisa makanan.

"Kok gak diabisin?" -Jaemin.

Alih-alih menjawab, Reese lebih memilih membawa piring bekas makannya untuk di cuci. Tentu saja timbul rasa penasaran pada Jaemin. Padahal tadi Reese terlihat sangat berselera makan, kenapa tiba-tiba gadis itu menyudahi makannya?

Jaemin berinisiatif menghampiri Reese yang sedang mencuci piring. Laki-laki tersebut berdiri di belakang Reese menatap punggung gadis itu dalam diam.

"Lo kenapa?" Tanya Jaemin.

Lagi, Reese sama sekali tidak menjawab.

"Ree, kalo gw nanya tolong dijawab."

.....

"Gw ada salah?"

.....

"KENAPA SIH ANJING?"

Pergerakan tangan Reese terhenti mendengar Jaemin membentaknya. Gadis itu menggertakan giginya sebelum berbalik menghadap Jaemin.

"Kapan sih lo berhenti kayak gini? Gw gak masalah kalo lo ml but please, jangan gonta-ganti cewe gitu. Gak bisa apa lo stuck sama satu cewe aja? Lo gak takut penyakit?" -Reese.

"Gw gak bisa. Gw belum nemuin yang bikin gw betah sama satu cewe."

"Oh, jadi lo bakal cobain satu-satu sampai lo nemuin yang bikin lo betah? Bullshit tau gak lo!"

"Gw bullshit?"

"Cowo mana ada yang betah sama satu lobang njing. Lo emang benar bakal ketemu sama satu yang bikin lo betah, tapi rasa penasaran lo buat nidurin cewe lain bakal tetap ada!" -Reese.

"Gak semua cowo gitu." -Jaemin.

Reese mengusap wajahnya lalu menghela nafasnya dengan kasar. "Terserah! Capek gw ngasih tau lo."

Selanjutnya Reese masuk ke dalam kamar Jaemin dan mengambil tasnya yang ada di atas ranjang.

"Lo mau kemana?" Jaemin bertanya saat melihat Reese membawa tasnya keluar dari kamar.

"Gw mau balik." Reese menjawab tanpa menatap Jaemin.

Jaemin mendengar hal tersebut segera berlari menahan Reese. "Gak ada. Lo udah janji mau nemenin gw malam ini."

"Gw males sama orang yang gak dengerin gw." -Reese.

"Oke. Gw bakal dengerin lo, gw gak akan gonta-ganti cewe lagi."

"Janji?" -Reese.

"Syarat dan ketentuan berlaku." Ujar Jaemin membuat Reese terkekeh.

"Iya, besok gw bantuin bikin tugas."

"Bukan itu syaratnya."

Reese menautkan alisnya mendengar ucapan Jaemin. "Trus apa?"

Mata Jaemin yang awalnya menatap mata Reese perlahan beralih turun ke bawah menatap bibir gadis tersebut. "This."

"Ha?"

Chuuup...

☆☆☆

I'M WITH YOUWhere stories live. Discover now