Our life as friends

610 38 8
                                    

Ketika keberadaan mu antara ada dan tiada. Seseorang yang bisa merasakan hadir dan hilangnya dirimu, dia lah tempat mu untuk pulang.
.
.
.

Di sebuah sekolah elit, ada seorang siswa yang selalu menyendiri. Dia seorang introvert yang tidak suka bergaul, Jeon Jungkook namanya. Keberadaannya antara ada dan tiada. Hingga suatu hari seseorang hadir dan merubah segalanya.


"Anak-anak kita kedatangan murid baru, dia bersekolah di luar negeri sebelumnya. Jadi mohon dibimbing ya." Kata seseorang yang diketahui sebagai guru di depan kelas.

"Halo semua, nama saya Kim Seokjin. Mohon bimbingannya." Siswa baru memperkenalkan diri, badannya membungkuk sebagai bentuk sopan santun.

Kim Seokjin, berbanding terbalik dengan Jeon Jungkook. Dia mudah bergaul dan seperti memiliki magnet yang membuat orang-orang ingin selalu dekat-dekat dengannya. Seokjin bahkan bisa menarik atensi seorang Jeon Jungkook yang tidak tertarik terhadap hal lain selain belajar.

Tanpa sadar Jungkook mulai tertarik dengan keberadaan manusia di sekitarnya. Perhatiannya kini tak hanya tertuju pada buku. Matanya sesekali mencuri pandang pada seseorang yang selalu menjadi pusat perhatian. Ia melakukannya setiap hari di setiap kesempatan. Sampai, suatu hari mata mereka bertemu.

"Jeon Jungkook" panggil Seokjin di lorong sekolah.

"Hadir" karena tak pernah ada yang memanggil nama Jungkook sebelumnya kecuali guru ketika melakukan absen, Jungkook jadi refleks menjawab hadir.

"Eh,... Mpptt Bwahahaha" Seokjin tak bisa menahan tawanya dan tertawa terbahak.

Jungkook terlihat sangat malu. Muka hingga telinganya dihiasi semburat merah saking malunya.

"Ah maaf kan aku" kata Seokjin sambil masih sedikit terkekeh.

"Bisa ikut aku sebentar?" Lanjut Seokjin setelah tawanya benar-benar terhenti.

"Mm kemana?" Tanya Jungkook bingung.

"Ikut saja, ayo" kata Seokjin sambil menarik Jungkook untuk pergi ke suatu tempat.

Seokjin melepaskan tangan Jungkook ketika sampai di atap sekolah. Ia berjalan ke ujung atap untuk melihat pemandangan di bawah, meninggalkan Jungkook di belakang.

"Jungkookie.." panggil Seokjin lembut masih menatap pemandangan di bawah.

Jungkook heran, bagaimana mungkin orang yang tidak dikenalnya itu berbicara santai terhadap dirinya.

"Ah kau tak mengingatku?" Pertanyaan retoris yang tak memerlukan jawaban itu mengudara.

"Aku mencari mu kemana-mana" Seokjin bangkit, lalu kembali menghampiri Jungkook yang masih di tempatnya semula.

"SD Big Hybe, Los Angel." Seokjin berkata tepat di depan Jungkook.

***

"Hei Kookie... Jungkookie.. tunggu aku." Seokjin kecil berteriak sambil mengejar seorang anak lainnya yang berjalan cukup jauh di depan.

Jungkookie atau anak yang dipanggil Seokjin kecil berhenti lalu menoleh. Ia berhenti melangkah sekedar untuk menunggu Seokjin sampai ke dekatnya.

"Ya.. Jungkookie, aku ini temanmu satu-satunya tapi kau tak perhatian sekali pada ku." Seokjin berujar sebal sambil merangkul bahu Jungkookie.

"Salah mu sendiri tidur saat jam pelajaran."

"Yak.. aku gak tidur, mataku hanya terpejam."

"Jungkookie.. Hari ini aku tak mau pulang, aku ikut kamu aja ya."

"Jika kamu mau bantuin aku beres-beres dan udah izin sama orang tuamu, aku yakin ibu kepala akan mengizinkan"

Jungkookie aka Jungkook memiliki sifat yang dingin dan datar. Namun sebenarnya ia adalah anak yang hangat dan ceria. Hanya saja kehangatan dan keceriaannya itu bersembunyi sejak kepergian kedua orang tuanya. Sejak saat itu, ia tinggal di panti asuhan.

Kim Seokjin, terlahir di keluarga kaya yang berkecukupan. Walaupun begitu, ia kekurangan satu hal. Cinta dan kasih sayang. Kedua orang tuanya selalu sibuk untuk terus menambah kekayaan mereka.

Keduanya dipertemukan dalam sebuah pertemuan singkat untuk saling mengisi kekosongan masing-masing.

Takdir yang senang dengan perpaduan antara keduanya mempertemukan kembali mereka yang telah lama terpisah. Namun, sesungguhnya bukan hanya takdir yang menyatukan mereka. Tetapi usaha dan perjuangan yang dilakukan pun turut andil di dalamnya.

***

Di atap sekolah, dua orang siswa berpelukan dengan senja sebagai latarnya. Satu orang mendekap orang yang lainnya dengan begitu erat, seakan takut raga itu menghilang dari dekapannya.

Sedangkan yang didekap erat hanya pasrah menerima, membalas dekapan erat dengan elusan lembut yang menenangkan sambil berusaha mencerna informasi yang belum sepenuhnya ia pahami.

"Aku telah mencari mu kemana-mana, betapa senangnya aku bisa bertemu dengan mu di sini." Seokjin semakin mengeratkan pelukannya.

Jungkook bingung, ia berusaha melepas pelukan mereka untuk membaca raut wajah Seokjin. Ia bingung, mengapa Seokjin bersikap seolah mereka tidak saling mengenal dari awal?

"Aku hanya tak ingin kau merasa canggung terhadapku." Seakan bisa membaca isi hati Jungkook, Seokjin menjelaskan begitu mata mereka bertemu.

Kenapa? Jungkook justru akan merasa sangat senang jika mengetahui lebih awal bahwa orang yang menarik perhatiannya ini adalah sosok yang sama dengan yang dahulu selalu memikat atensinya.

"Maaf ..." Penyesalan dan rasa bersalahnya yang menyelimutinya Seokjin luapkan dalam sebuah permintaan maaf yang sangat dalam.

"Tidak." Setelah keheningan yang begitu lama Jungkook mengeluarkan suaranya.

Seokjin kaget dengan respon Jungkook, tangannya yang semula berada di lengan atas Jungkook kini lemas dan merosot dari sana. Badannya bersiap untuk mundur.

"Aku yang minta maaf, meninggalkan tanpa berpamitan," lanjut Jungkook.

Begitu mendengar kata yang terlontarkan, sekali lagi Seokjin menerjang Jungkook dengan pelukan eratnya.

Fin

........

Iya tau, gak jelas🤧😂 ya udah lah, intinya Jinkook bahagia.

The Story of the Moon and Earth (Kumpulan Cerita One Shoot Jinkook)Where stories live. Discover now