Prolog

105 28 181
                                    

10 tahun silam

Pada masa perang di sebuah kerajaan sekitar abad 364 SM yang terletak di dekat lereng gunung di tepi jurang dan laut adanya kegiatan desa dengan rakyatnya yang amat makmur dan juga tentram. Namun, tiba-tiba "Bukankah telah ku peringatkan kau untuk berjaga diam diluaran sana?!" suara itu bergemelatuk dengan rahang yang mengeras.

"Ma-af tuan tapi ada seorang pria yang menghabisi seluruh pasukan kita hanya dalam waktu 10 detik." jelas si penjaga terakhir yang selamat dari maut tersebut.

"Bagaimana bisa, Apa kau tak becus bekerja melihat kondisi sekitar?!" tekan Avander mencekram kuat kerah si pengawal yang bergetar ketakutan dengan tatapan penuh mengintimidasi dan memperlihatkan kuku-kukunya yang panjang dan tajam siap untuk mencekik korban hingga mati. Mengangkat leher si pengawal dengan sebelah tangan kanannya tinggi-tinggi hingga tak mampu menapaki tanah yang ia pijak.

"Tu-an ma-afkan s-aya." ringis si pengawal dengan sisa nafas yang tercekat. Avander membanting tubuh sang korban ke samping menubruk dinding istana sisi kanan lantai dan terjatuh dengan keras mengumpulkan oksigen dengan nafas yang tersengal.

"Ikut aku." tekan Avander sambil berjalan keluar dari ruangan singgasana menuju tempat kekacauan itu berada.

"Ba-ik tuan" si pengawal mengikuti langkah Avander dengan gerakan lebar terburu-buru di belakang.

Sesampainya di luar area istana ia dikejutkan dengan banyaknya pasukan yang sudah menjadi mayat bergelimpangan memenuhi seisi tiap ruangan yang ia dan pengawal itu lewati.

Keanehan semakin terjadi takala Avander tak melihat satu pun makhluk hidup selain dirinya dan sang pengawal yang mencari siapa pelakunya yang berani memasuki kawasan istana dan membunuh semua pasukannya.

Tiba-tiba muncul asap hitam menyerupai tubuh manusia yang diam berdiri di lantai atas lorong tengah istana dalam kondisi cahaya semua ruangan istana gelap gulita sambil tersenyum menyeringai memperhatikan dibawah sana Avander dan pengawalnya yang ketakutan sambil terus mengikutinya di belakang.

Tak kala pengawal yang mengikutinya di belakang terdorong ke samping dinding istana sambil meringis kesakitan karna ada sebuah tusukan mengenai perutnya yang teramat sakit.

Avander yang menyadari bahwa pengawalnya tidak ada di belakang seketika menoleh kan kepalanya "mengapa ia tidak ada?!" batin Avander.

Avander dibuat terkejut karena pengawal itu meringis kesakitan sambil memegang  perutnya yang sakit dan tangan kirinya yang mencoba mencabut tombak yang menusuk perutnya dengan begitu kuat.

Dengan cepat Avander menjentikkan tangan kanannya dan terlihatlah seorang pria yang menusukkan tombak itu tepat di perut si pengawalnya. Avander membantu pengawal tersebut dan menghempaskan sihirnya tepat di depan orang yang tak kasat mata itu. Namun, pria itu tidak berubah dari posisinya semula yang tetap semakin kuat menikam pengawalnya.

Avander dengan cepat memukul wajah pria itu yang pada akhirnya terhuyung beberapa langkah dari posisinya dan pegangan dari tombaknya pun mengendur tidak sekuat tadi.

Pria itu maju lagi geram menahan amarah dengan memukul wajah dan perut Avander secara bertubi-tubi. Avander dengan cepat tak kalah melawan si pria itu yang disebut-sebut bernama sebagai Lascca menangkis semua pukulan dan mulai membaca mantra.

Avander kembali menghampiri pengawalnya yang diam sambil meringis kesakitan berusaha mengeluarkan tombak yang menikam perutnya. Si pengawal malah berbicara yang menurut Avander itu tidak penting di saat dia sedang kesakitan karena kehabisan banyak darah di bagian usus dalam perutnya.

"Tuan cepat pergi dari sini! Kota ini sudah dikepung oleh pasukan bayangan kegelapan dari timur. Jangan pedulikan aku, Segera pergi tuan!"

†_†_†

"Krrr..."

"Kkkrrrrtt...,"

"Krtt... Awas kau gadis kecil aku akan membunuhmu dengan menggunakan cakar ku, Kita lihat saja nanti sampai kapan kau bisa bertahan."

Monster itu terkikik geli dengan wajahnya yang terlihat puas, melihat bagaimana mangsanya jatuh terkulai lemas dalam kondisi tubuh yang sekarat dan bergetar hebat diiringi isak tangis ketakutan bergejolak dalam diri si gadis kecil tersebut.

"Sudah berapa lama aku mengincar dirimu untuk memancing seorang pria sialan itu kemari?! Namun, tetap saja dia tak pernah menampakkan batang hidungnya barang sedetik pun dan kau dengan mudah mencari tempat persembunyian yang sangat muak untuk ku kunjungi"

"Jangan kau sa-sakiti warga per-kam-pu-gan disana shstt."
lirih si gadis sambil menekan kalimat yang terakhir dikatakan karena saking menyayanginya dia pada desa itu dengan ringisan kecil menahan luka pada sekujur tubuhnya yang terasa amat ngilu akibat pertarungannya tadi melawan monster di depannya.

Dengan angkuhnya monster itu akan kembali menyerang si gadis tapi sebelum semua itu terjadi lalu muncullah atmosfer kabut berwarna hitam pekat yang membuat pandangan disekitar seketika menjadi buram dan gelap.

Tiba-tiba tubuhnya terangkat ala bridal style oleh si pria dengan membawa senjata yang ia gunakan untuk mengelabuhi musuh disekitarnya.

Tanpa banyak bicara mereka hilang dari pandangan dan monster itu terlihat menelan kemarahan yang begitu dalam.

"Aaaarggghh! Awas saja kau, Nanti aku akan membunuhmu gadis kecil. Urusan kita belum selesai sampai disini."

"Kini aku tahu siapa pemilik teknik kabut ini."

Seringai tercetak jelas di wajahnya dengan tertawa sumbang khas si monster.

__•__°__•__

Hari masih pagi namun, gadis itu belum juga terbangun dari tidur lelapnya setelah dibawa sang pria menuju ke rumahnya yang berada di ujung bukit désa terpencil beberapa minggu lalu.

Beberapa saat kemudian kini gadis itu telah siuman dan untuk pertama kalinya melihat ruangan dengan nuansa yang sangat klasik di ingatannya.

"Awshh... Aku ada dimana ini?" ringis si gadis sambil memegangi kepalanya. Tak lama datanglah si pria muda nan tampan memasuki ruangan si gadis.

"Kau ada di ujung bukit jauh dari hal yang berisik disini, dan oh iya bagaimana keadaanmu sekarang? Apa merasa lebih baik?"

"Aku baik. Apa maksudmu jauh dari hal berisik?" tanya si gadis dengan kebingungan.

"Ah itu maksudku, Kita sedang berada di ujung bukit dekat dengan lereng pegunungan."

Unforgettable Beautiful MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang