Edgar keluar dari ruangan osis terlebih dahulu, di susul oleh Nathan yang kemudian mengunci ruangan itu. Nathan mencoba mengatur cara berjalannya yang sedikit aneh.

~•°•~

~•°•~

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

~•°•~

Nathan membuka ruangan putih itu, saat ini Nathan tengah berada di rumah sakit umum tempat di mana ayahnya di rawat.

"Ayah" terlihat seorang pria paruh baya terbaring dengan beberapa alat di tubuh kurusnya.

Nathan menatap ayahnya yang terlelap, masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Ayah Nathan mengalami koma panjang karena kecelakaan di tempat kerjanya.

Nathan menggenggam tangan ayahnya yang terpasang infus, mengusap tangan pria itu dengan perlahan. Cairan bening mulai keluar dari sudut mata Nathan.

Terisak kecil sambil menatap ayahnya yang terbaring lemah, Nathan merasa dirinya tidak berguna. Nathan lelah harus pura-pura kuat.

"Nathan?" Suara berat itu membuat Nathan menghentikan tangisannya menyisakan suara sesegukan kecil. Dokter Riyan menatap pemuda itu, baru kali ini dia melihat Nathan menangis, hampir 3 tahun setelah kejadian yang nenimpa ayahnya.

"Ada apa?" Tanya Riyan. Nathan menggeleng pelan, menghapus air matanya secara kasar. Dokter Riyan mendekati Nathan, mensejajarkan dirinya lalu menghapus pelan air mata Nathan yang masih tersisa.

"Jangan di gosok kayak gitu, nanti matanya sakit" Nathan hanya diam, membuat Dokter Riyan tersenyum manis.

"Mau cerita sama dokter gak?" Tawar Dokter Riyan membuat Nathan menggeleng pelan, dia tidak mungkin bercerita kalo dia ketahuan menonton film gay dan seseorang pria membantunya keluar. Itu memalukan.

Dokter Riyan terkekeh, lalu berdiri mendekati ayah Nathan. Memeriksa kondisi pasiennya yang masih saja terlelap lama, "kondisi ayah kamu sudah stabil, kemungkinan besar beliau akan sadar beberapa bulan lagi" kata dokter Riyan.

Nathan hanya terdiam, dia tidak ingin bereaksi berlebihan seperti satu tahun yang lalu. Dokter Riyan menatap Nathan sendu lalu mengelus pelan kepala Nathan.

"Kamu sudah makan?" Tanya Dokter Riyan, Nathan hanya terdiam.

Dokter Riyan tersenyum, lalu menggenggam tangan Nathan. Membawa pemuda tampan itu pergi mencari makan malam. Sering kali Dokter Riyan mendapati Nathan yang masih dengan seragam sekolah berkunjung ke rumah sakit menemui ayahnya.

Terkadang dokter itu meringis ketika tau Nathan hanya makan sekali saja dalam sehari, membuatnya terkadang kudu ekstra menjaga anak itu, Dokter Riyan sendiri tidak tahu kenapa dirinya sangat ingin menjaga Nathan.

"Mau makan apa?" Tanya Dokter Riyan ketika sampai di tempat makan langganannya yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit.

Terlihat seorang waiters wanita di samping meja mereka dengan sebuah buku kecil dan pulpen untuk mencatat pesanan mereka.

Nathan membaca buku menu yang ada di tangannya, "nasi goreng seafood sama air putih" kata Nathan, dia merasa aneh jika saat makan dia tidak minum dengan air putih.

Nathan memberikan buku menu ke Dokter Riyan, "samakan saja, minumannya di ganti sama teh hangat" waiters itu mengangguk lalu mulai membacakan ulang pesanan keduanya.

Sebelum waiters itu pergi terlebih dulu dia mengedipkan matanya kearah Nathan, membuat Dokter Riyan menggeleng pelan sambil terkekeh geli.

Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang, sesekali Dokter Riyan mengajak Nathan berbicara yang hanya di balas Nathan seadanya saja.

~•°•~

~•°•~

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

~•°•~

"Terima kasih" kata Nathan ketika sampai di depan rumahnya, tadi sehabis makan Dokter Riyan memaksa agar dia mengantar Nathan pulang.

Pemuda tampan itu merasa tidak enak sudah terlalu banyak membebani Dokter Riyan, "tidak apa-apa, jadilah anak yang baik, oke" kata Dokter Riyan sambil mengusap kepala Nathan.

Nathan mengangguk, Dokter Riyan pamit untuk pulang kepada Nathan. Pemuda tampan itu mulai memutar kunci rumahnya, membuka rumah bergaya sederhana itu.

Nathan mulai merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu polos.

Nathan sedikit cemas soal esok, bukannya dia tidak percaya dengan Edgar. Hanya saja pria itu orang yang baru dia temui, bisa saja kebaikannya tadi hanyalah kedok semata.

Untuk menjernihkan pikirannya Nathan akhirnya pergi mandi, berniat agar semua pemikiran buruknya tentang Edgar sirna. Namun nyatanya pemikiran buruk itu terus-menerus mengusiknya.

Memikirkan hal itu membuat Nathan terjaga hingga jam 2 pagi, Nathan sudah pasrah jika kelakuannya terbongkar, dia akan pergi dari sekolah itu, dan akan mencari sekolah di kota lain dengan uang tabungannya.

.

.

.

Tbc

Tbc

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Secret Side Ketos (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant