xviii. pelangi

115 34 12
                                    

pelangi mengajarkanku bahwasanya, segala kesedihan akan berakhir dengan kebahagiaan. dan faktanya aku tengah menantikan saat, saat itu. —Kala

—hari ini hujan terus turun tiada henti, sedari pagi. aku hanya berlalu lalang tidak jelas dilantai bawah gedung falkutasku. kelasku sudah selesai sejak satu jam yang laku.

Lila, sahabat perempuanku setelah selesai kelas tadi. langsung pergi lebih dulu untuk meyelesaikan tugas kosongnya. juga beberapa kewajiban yang sempat ia lalaikan beberapa waktu lalu.

ia sibuk sekarang ini, tidak mungkin aku memberatkan pekerjaannya. guna meminta tumpangan pulang bersama. ia akan mampir ke fotocopy ataupun toko buku lebih dulu sebelum pulang, akan merepotkan kalau aku ikut bersamanya.

aku harus tau diri disini. lagi-lagi aku merutuki kebodohanku. lupa untuk mengisi daya ponselku sebelum berangkat tadi.

ditambah tidak membawa power bank didalam tas punggungku. biasanya aku akan mengisi daya dikantin atau tempat yang memiliki fasilitas stop kontak pengisi daya. sedang, sekarang ini banyak mahasiswa/i yang terjebak hujan.

tidak dapat kembali pulang atau melanjutkan aktivitasnya. sebab, mungkin lupa membawa jas hujan. atau alasan lain aku tidak tau apa itu.

kurasa banyak panggilan masuk dan pesan yang dikirim ke nomor kontak milikku. demi apapun rasanya canggung sekali disini. aku berlalu menuju bagian depan gedung, mengadahkan telapak tanganku menampung rintikan air hujan yang turun.

wangi tanah saat hujan begini rasanyan sangat nyaman untuk dihirup. dingin dicampur hawa sejuk membuatku mengantuk siang ini. sedang asik begini, tiba-tiba ada suara klakson sepeda motor mengarah padaku.

"apa kau mau bermain dibawah rintikan hujan?," -sapa Kala menggunakan plastik menutup kepalanya.

aku tertawa memandangnya. anak ini pola pikirnya sudah lebih dewasa dariku. tapi, tingkahnya masih kekanakan begini.

"ayo cepat, aku tau kau mau! sini simpan dulu tas milikmu," -tawarnya.

kemudian, menepi memberiku kantung hitam besar untuk menyimpan tas punggung yang aku bawa. hari ini aku tidak menggunakan tas anti air milikku. entahlah Kala, tau darimana perihal ini.

"sudah!," -balasku semangat setelah memasukkan tas milikku.

"baiklah, biar ku ikat didepan bersama milikku," -tanggapnya.

menaruh dua bungkusan berisi tas itu. dibagian depan yang biasanya dipakai balita untuk duduk sebelum pengemudinya. aku tersenyum kecil melihatnya.

"ayo!," -seru Kala memintaku duduk diboncengnya.

"aku siap!," -timpalku semangat.

"apa kau tidak mau menggunakan plastik kecil ini, untuk menutup kepalamu? nanti kalau kau pusing bagaimana?," -tanyanya khawatir padaku.

"ah tidak perlu, saat aku mandi aku akan membasahi rambutku juga," -ujarku padanya.

"kalau begitu, aku juga akan melepasnya," -balas Kala melepas plastik bening yang membungkus kepalanya.

setelah itu, barulah ia mengendarai sepeda motornya keluar dari dalam gedung fakultasku. cukup banyak mata memandang ke arah kami. aku tidak perduli, mungkin mereka iri tidak punya sahabat seperti Kala.

"apa kau tau apa yang aku tunggu, setelah hujan turun?," -tanya Kala padaku.

"apa itu?," -balasku penasaran.

"aku menunggu datangnya pelangi, selain membuat hawa menjadi sejuk. hujan juga mempersembahkan keindahan pada bagian akhirnya. dan aku selalu senang menunggu bagian indah itu datang," -ceritanya semangat padaku.

suara beratnya terdengar nyaman, masuk ditelingaku bersamaan dengan rintik hujan yang turun membasahi kota ini. kami berbincang perihal hal-hal yang pernah dilalui bersama dulu. ditimpali kekehan atau teriakan pada akhirannya.

disepanjang perjalanan banyak sekali sepeda motor yang menepi. sebab, mereka tidak mau basah terguyur air hujan. lain dengan kami yang bersedia melalui jalan bersamaan dengan air hujan siang menuju senja ini.

kalau Ibu tau, putrinya sengaja bermain hujan begini. pasti ia akan marah besar padaku, lalu menarikku masuk untuk segera mandi, dibuatkan teh hangat. lalu tidur setelahnya.

memang untuk anak kecil seusiaku dulu, mandi hujan. adalah, hal yang sangat menyenangkan. walau akhirannya akam demam atau terkena flu tapi, akan sangat senang kalau bisa melakukannya.

ah aku rindu saat kecil dulu. aku rindu diriku yang dulu. sangat amat rindu dengan keluargaku dulu.

teruntuk waktu, tolong jangan berlalu terlalu cepat ya. aku mau terus berada disisi orang-orang yang aku sayang selama aku tumbuh. setidaknya sampai aku lulus nanti.

terutama kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu. aku berharap saat aku sukses dihari nanti, mereka masih dapat ikut menikmati hasil kerja kerasku. juga balasan bagi segala kebaikan dan pengorbanan mereka untukku.

"kenapa diam saja? apa kau lapar?," -tanya Kala membuyarkan lamunanku.

"tidak, aku hanya sangat senang bisa mengulang hal seperti ini lagi," -ujarku jujur padanya.

"pasti, saat kecil dulu kau sering dimarahi saat pergi mandi hujan begini ya? apa aku harus melapor ke Ibumu setelah ini?," -ledeknya mengancamku.

"apa!? tidak, jangan begitu. kau ini suka seenaknya saja," -tolakku menepuk punggungnya.

"ah iya, iya kau ini suka sekali memukuliku. walau tenagamu tidak besar tetap saja, aku kesakitan kalau tidak siap dipukul begini," -ucapnya padaku.

"yasudah, aku minta maaf. lain kali aku akan izin terlebih dulu, sebelum memukulmu," -cicitku padanya.

"kau ini memang aneh tapi, tidak apa aku tetap menyukaimu. baiklah hujan terlalu deras saat ini, lebih baik kita segera pulang. eratkan lingkaran tanganmu pada pinggangku, aku rasa akan memacu sepeda motor ini lebih kencang dari sebelumnya," -jelasnya padaku.

"siap tuan!," -balasku melakukan yang diperintah Kala, tadi.

"ayo kita pulang, putri!," -teriaknya.

memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi membelah jalan ramai dibawah rintik hujan deras ini. rasanya nyaman sekali. aku tidak mau pulang, mau terus terguyur hujan begini.

apa waktu tidak dapat berhenti sebentar? biarkan aku megenang masa-masa indah ini dulu. sebelum kembali pada realita pahit, menyedihkan bagiku.

tbc,

monochrome ( hwangshin )حيث تعيش القصص. اكتشف الآن