xvi. bukan rumah

118 37 11
                                    

—malam tadi, begitu sampai didalam kamar kos. aku segera membersihkan diri dan berganti pakaian. yang basah sebab hujan deras dijalan.

pagi ini aku baru sempat memeriksa isi dari dalam tas punggung. yang kemarin sempat aku bawa pergi, bersama Kala. memang tas ini anti air.

tapi, kalau lembab bisa saja kertas penting milikku basah. atau paling tidak rusak bagian sudut dibuatnya. aku mengeluarkan satu persatu barang didalamnya.

map plastik berisi kertas gambar milikku, penggaris berbagai bentuk dan ukuran, pouch hitam berisi alat tulisku, juga beberapa barang kecil lainnya.

dan satu barang asing, alias pouch biru milik Kala. yang ikut terbawa saat dititipkan padaku kemarin. aku membuka isinya bukan sebab penasaran tapi, bagian sisinya agak lembab.

aku berniat untuk mengetahui apa ada barang penting yang sekiranya basah. supaya, kalau ada kertas didalamnya bisa aku keringkan dulu. sebelum nanti akan kuantar kembali pada Kala.

ah isinya tidak jauh berbeda dengan milikku. hanya lebih banyak spidol berwarna disini. juga, beberapa pensil tulis mekanik kosong, aku yakin dia lupa untuk membeli isi penggantinya.

ada satu barang yang menarik perhatianku. buku catatan, bersampul cokelat agak lembab sisinya. judulnya membuatku sedikit terkejut.

tentang Isha, begitu judul pada sampulnya. apa itu buku tentang diriku? kalau iya untuk apa Kala menyimpan buku seperti ini. sebab, rasa penasaran yang tinggi aku pun membuka dan membaca sedikit halaman buku itu.

maaf Kala, aku melanggar privasimu.

tentang Isha

laman ke-1

bosan atau tidak, aku akan tetap menulis begini. mungkin aku bukan bagian penting dalam kehidupannya. tapi, perihal rasa masih sama seperi dulu. tidak apa kau hanya menganggapku sahabat. biar aku yang berjuang merangkai mimpi bisa menjadi bagian penting dihari-harimu, nanti.

—Kala

laman ke-2

diluaran sana kisruh akan keyakinan yang berbeda. sedang ditempat ini, keyakinan kami sama. sayang perasaan kami yang tidak sejalan. 

—Kala

laman ke-3

Isha, aku tau berteman denganmu memang pilihanku. aku harap kau pun begitu. tapi, mencintaimu diluar kendali diriku. nyatanya kemarin saat kau mengabarkan perihal. hari jadi, dengan pasanganmu padaku. balasan, "aku bahagia kalau, kamu bahagia." itu bohong, bagai dilempari batu berapi perih sekali. hiperbola tapi, memang begitu adanya. tidak apa setidaknya aku adalah rumah untukmu. sebahagia apapun kamu bersamanya, aku akan siap menjadi pelipur lara tempatmu pulang nanti.

—Kala

aku menutup buku itu. tidak ada keinginan untuk membacanya hingga halaman terakhir. deru napasku berpacu tak beraturan.

tak terasa air mata turun dengan sendirinya membasahi pipiku. merasa sangat buruk dan bersalah. seperti benar-benar jahat pada sahabatku, Kala.

menjauhi, memarahi, entah apalagi hal buruk kuperbuat padanya. padahal, ia berusaha melindungi dan selalu menghiburku. tidak pernah, membuatku menangis.

"maaf, Kala," -gumamku mengusap kasar wajah basah memerah ini.

harus meminta maaf padanya, batinku. tapi, rasanya aku malu untuk hanya sekedar bertemu dengannya. aku yakin ia pasti mudah untuk diajak bertemu.

hanya, aku yang merasa tidak dapat bertemu baik dengannya. ah tidak, aku sudah dewasa dan aku yang bersalah disini. maka aku juga yang harus menyelesaikannya.

kucari ponsel milikku. menekan logo aplikasi yang sering kupakai berkomunikasi dengan orang-orang terdekatku. kemudian, mencari kontak milik Kala.

Line

Kala

| apa kau sibuk?
| aku ingin bertemu denganmu

| tidak juga, aku ke tempatmu sekarang ya?

| jangan, aku mau kita bertemu diluar tempat kos

| ah begitu ya, baiklah kabari aku kau mau pergi kemana
| nanti kita berangkat bersama

| shared loc📍
| aku sudah dijalan, kau menyusul ya

| kenapa tidak memberitau sedari tadi,
| aku bergegas sekarang supaya kau tidak menunggu terlalu lama

| tidak apa, tak perlu terburu-buru
| hati-hati dijalan

| permintaan diterima, siap tuan putri!

lihat bagaimana perhatian, yang ia beri padaku? bukankah aku terlihat sangat jahat sekarang jelas, tidak seharusnya orang baik seperti Kala. berteman dengan orang sepertiku.

teruntuk Kala, kalau nanti kau akan pergi mencari kebahagiaan dengan yang lain. tidak apa silahkan saja. kuharap kau tidak menyukai orang sepertiku.

terima kasih sudah menawarkan dirimu sebagai rumah untukku. kau terlalu bernilai untuk gelandangan sepertiku. biarlah kau mendapat yang terbaik, sedang aku akan mendapat yang lebih pantas untukku nanti.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Where stories live. Discover now