5 - Side A : Keputusan

1.1K 214 8
                                    

"Get in, Karla." Dimas membuka pintu mobilnya untuk Karla.

Karla mendesah, sama sekali tidak menghiraukan Dimas. Ia justru membuka pintu penumpang bagian belakang, lalu masuk ke dalam SUV hitam tersebut.

"Kamu duduk di belakang?" Alis Dimas bertaut. "I'm not your driver."

"Kalau lo keberatan, gue bisa naik taksi," Karla menjawab dengan ketus. Ia berniat turun dari mobil. Namun, sebelum kedua kakinya menyentuh permukaan paving pelataran parkir, Dimas mencegah.

"Karla!" Suara Alex terdengar lantang. Lelaki itu ternyata mengejar mereka hingga ke pelataran parkir.

Dimas lekas-lekas menutup pintu tanpa berkata-kata. Kentara sekali, ia ingin memutus kontak di antara Alex dan Karla.

"Bukankah sudah kubilang Karla akan pulang bersamaku?" Dimas berdiri memunggungi pintu penumpang bagian belakang.

Alex menyapu bibirnya dengan ujung lidah. "Aku hanya ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja."

"Dia baik-baik saja." Singkat. Tegas. Dan tidak memberi Alex celah untuk bertanya lagi.

Alex mengembuskan napas. Ia mengetuk jendela, menunggu Karla untuk menurunkan kacanya. Namun, setelah Karla tak kunjung melakukan apa yang Alex harapkan, lelaki itu akhirnya menyerah. "Antarkan dia pulang dengan selamat."

"Anda tidak perlu repot-repot mengkhawtirkan tunangan saya," balas Dimas. "It's my job. Not yours."

"Listen, Buddy." Karla dapat melihat Alex kini tersenyum. Lelaki itu menusuk-nusuk dada Dimas dengan telunjuk tangannya.. "Don't you dare to touch her. Cause I'm gonna take her back."

Jari jemari Dimas terangkum rapat. Lelaki itu tampak setengah mati menahan-nahan emosi. Mulanya, Karla hendak turun untuk melerai pertikaian yang mungkin saja terjadi akibat sikap arogan Alex. Namun, Alex justru berbalik badan dan terlihat tidak berminat meladeni Dimas. Karla tahu, Alex hanya menganggap jika Dimas Tjakra tidak setara dengannya.

"Pakubuwono."

Setelah Alex berlalu, Dimas masuk ke dalam mobil. Ia duduk di belakang kemudi, memasang sabuk pengaman, lalu melajukan mobilnya sesuai instruksi dari Karla.

"So, you have a boyfriend."

Setelah keheningan yang terasa lama dan cukup menyiksa di sepanjang perjalanan, Dimas angkat bicara. Kentara sekali, lelaki itu diam-diam berusaha mencuri pandang kepada Karla melalui kaca spion tengah.

"And your boyfriend is suck." Lagi, Dimas berusaha memancing. "Pacarmu sedikit merepotkan, ya."

"None of your business." Karla menjawab dengan ketus. Meski ia menyetujui opini Dimas barusan, tetapi ia merasa perlu sedikit membela Alex. Atas nama persahabatan selama bertahun-tahun lamanya. "Sama sekali bukan urusan lo."

Karla lalu menyandarkan punggung sambil memejamkan mata. Tidak ada sedikit pun niatan untuk menjawab pertanyaan, atau justru pernyataan Dimas barusan. Tidak ada yang harus diluruskan di antara mereka. Jika memang Dimas berpikir bahwa Alex adalah kekasihnya, maka Karla akan dengan sangat senang hati membiarkan dugaan itu bergemuruh secara liar di kepala Dimas.

Meski memejamkan mata, Karla berusaha menahan-nahan kantuk yang mendera. Ia lelah. Jiwa dan raga. Seluruh tubuhnya terasa layu.

"Kamu tadi sudah makan?" Kali ini, tak ada intonasi angkuh dalam pertanyaan Dimas barusan. "Kalau belum, kita bisa mampir. How about burger?"

Karla masih terdiam.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Karla, Dimas mengisi keheningan di antara mereka dengan memutar lagu-lagu bernada lembut yang membuai.

Tuan dan Nyonya Tjakra [ REPUBLISH ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora