Prolog

581 95 45
                                    

Harta, tahta dan wanita, hal-hal yang sudah tidak asing lagi. Masuk kedalam dunia gelap puluhan tahun merubah kepribadian mereka menjadi tidak kenal rasa takut.

Kejam dan sadis.

Mereka hanya bisa merasakan itu.

Irisan gelap tatapan pria tiga puluh tahunan ini tidak pernah lepas dari mangsanya. Dia mengawasi setiap gerak-gerik kelinci kecil yang masuk kedalam perangkapnya.

Terlalu mudah ditebak, pria kejam ini menyunggingkan senyuman. Senyuman mirip iblis.

Pria muda sasarannya telah berdiri dan memilih pergi dari kerumunan ditengah aula meninggalkan meja bundar yang sekarang telah berganti diisi oleh orang lain.

Pria bersurai blonde itu bergerak menuju toilet yang tidak jauh dari meja tempatnya bermain judi barusan. Bodohnya dia tidak sadar kalau dirinya sedang diikuti saat ini.

Sebut saja namanya Nicholas.

Dia mengusap dagunya yang dipenuhi rambut-rambut kasar hingga ke jambang. Wajahnya tampak gusar akibat baru saja kalah jutaan dollar bermain judi.

Nicholas masuk ke salah satu bilik kosong untuk buang air kecil disana.

Tanpa suara, pria penuh aura gelap ikut masuk ketoilet. Dia menutup pintu dengan perlahan agar si korban tidak tahu keberadaannya. Sambil menunggu Nicholas selesai buang air kecil yang terakhir kalinya, dia dengan tenang memainkan pisau lipat yang selalu dia bawa.

Tepat saat itu, dia mendengar jeritan ketakutan dari sasarannya.

Nicholas langsung bersimpuh. Sujud dihadapan pria yang sekarang memandangnya datar.

"B-agaimana.... Bagaimana bisa kau masuk kesini?" Nicholas berteriak takut "Penjaga tolong!" ujarnya dengan aksen british

Pria itu mendekat, ikut merendahkan diri dengan menekuk lututnya agar sejajar.

"Sssut" dia menutup bibir Nicholas dengan pisau yang dia bawa, membuatnya tersentak sekaligus terdiam seketika. "Percuma minta tolong. Casino ini milik Camorra"

Nicholas semakin berkeringat dingin. Dia sadar sudah masuk kedalam perangkap musuhnya.

"Dean, t-tolong jangan bunuh aku. Aku tidak memberi tahukan tentang Camorra pada siapapun" Nicholas menangis, wajahnya sujud sampai ketanah meminta pengampunan.

Suara tawa Dean memecah keheningan dalam toilet itu. Nicholas bergetar hebat, dia ketakutan. Pria jangkung dihadapannya terkenal sebagai mafia paling sadis se-Italia.

Dean langsung menarik surai dibelakang kepalanya, membuatnya mendongak. Menatap langsung mata sadis milik Dean.

"Aku baru pertama kali lihat mata-mata cengeng tidak punya kemampuan. Apa Crudele sudah kehabisan orang sampai dia mengirim manusia tolol sepertimu?"

Nicholas tahu persis, mata-mata yang tertangkap tidak akan pernah keluar hidup-hidup.

"Wah lihat matamu" Dean tersenyum yang entah bagi Nicholas itu malah membuatnya semakin takut "Aku suka mata biru"

"Ini mungkin akan terasa sakit tapi bertahanlah"

Teriakan Nicholas memecah ketegangan mereka berdua. Hanya kata ampun dan teriakan melengking yang mampu keluar dari bibirnya.

Dean menarik pisau yang baru saja dia tancap tepat pada satu bola mata Nicholas. Dean memandang takjub.

"Corrado!" Dean berteriak

Pintu kembali terbuka menampilkan seseorang yang sudah sejak tadi menunggunya diluar, "Ya sayang?" balasnya

"Kau urus satu matanya lagi. Pastikan dia merasakan sakit sampai memohon minta mati!"

"Serahkan padaku"

Dean pergi dari sana masih memandangi bola mata biru dengan urat yang menggantung tertancap indah di pisaunya. Dia mengabaikan tangannya yang terkena cipratan darah akibat aksinya tadi.

"Nah Nicholas, aku tidak seperti Dean yang menyukai mata orang lain. Tapi aku lebih suka memotong lidah seorang mata-mata bermulut ember"

Tempat yang semula toilet seketika berubah menjadi tempat pembantaian sadis. Dean tersenyum miring dari luar, dia selalu menikmati suara teriakan manusia bodoh yang tidak berdaya.

"Tuan Dean, sebaiknya kita ke bandara. Penerbangan anda ke Italia kurang dari satu jam lagi"

Deanthony Emilio, mafia paling kuat dan paling sadis di Italia. Dia mampu membuat korbannya tidak berkutik hanya dengan tatapan intimidasi dari mata foxy miliknya.






































Bos dari segala bos.



































Dia Jeon Jungkook.

Dia Jeon Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang