01. Kejutan untuk Semua

4.9K 332 52
                                    

Area parkir restoran sangat ramai mulai dari pintu masuk. Beberapa tukang parkir berlarian mengatur mobil-mobil yang keluar dan masuk. Lampu-lampu mobil dan motor berpadu dengan kilap lampu restoran di malam hari.

"Gila, ini tempat masih saja penuh banget. Dapat parkir nggak nih kita?" Zeta membuka kaca mobil dan melongokkan kepalanya, mencoba mencari-cari tempat kosong.

"Yah kan nutupin kaca spion. Masukin dulu kepala lo. Susah gue lihat jalan." Riga melambatkan laju mobil dan memutuskan mengecek slot parkir di sisi sebelah kanan, karena sebelah kiri tertutup badan dan kepala Zeta.

"Ini gue lagi mempermudah hidup lo, tahu," teriak Zeta bersaing dengan suara klakson mobil-mobil lain yang berebut mencari parkir.

"Aduh berisik banget, Ta. Tutup kacanya. Kita parkir di dalam saja deh, pasti ada tempat." Tanpa meminta persetujuan Zeta, Riga langsung membelokkan arah mobil ke gedung parkir di sisi kanan restoran.

"Duh kan jauh nanti jalannya, Ga. Gue pakai heels tinggi nih."

"Lo mau gue turunin di depan restoran?" tawar Riga kembali melambatkan laju mobil, karena saat ini mereka memasuki area gedung parkir yang sempit jalannya.

"Nggak usah. Lanjutin saja," tolak Zeta kemudian menutup kaca mobil.

Riga berusaha menahan senyum. Dia sudah tahu pasti apa jawaban Zeta, tetapi tetap saja dia iseng menawarkan. Yah, siapa tahu perempuan yang sekarang sibuk membenahi baju di sampingnya ini, mau uji nyali sendirian.

"Lagian ya, kenapa sih pada suka banget pilih tempat kumpul di sini? Dari dulu ini tempat kan nggak pernah sepi. Dulu sih kita datang ke sini cukup jalan kaki, sekarang kan ribet kalau bawa kendaraan." Zeta masih saja menggerutu setelah mereka mendapatkan parkir dan sekarang berjalan ke arah restoran.

"Awas." Riga menarik tangan Zeta, kemudian bertukar posisi jalan. Zeta hampir saja kena cium motor yang lewat. "Ngomel boleh, tapi tetap mata dipakai kalau jalan."

"Itu motor saja yang nggak tahu diri. Sudah tahu jalan sempit, masih saja ngepot begitu," balas Zeta tak mau kalah.

Setelah bersusah payah menghindari kendaraan lain, akhirnya Zeta dan Riga sampai juga di lobi restoran. Tepat seperti keluhan Zeta, suasana restoran sangat ramai. Hiruk pikuk suara pengunjung yang saling berbicara, musik yang diputar di restoran serta piring-piring di atas kereta makanan yang didorong para pelayan saling bersahutan.

Zeta celingak-celinguk mengintip ke dalam restoran sementara Riga berbicara dengan bagian reservasi.

"Reuni SMA 761."

"Ikuti saya," jawab pelayan wanita dengan sigap. Ia kemudian mengarahkan Zeta dan Riga ke arah belakang restoran yang lebih sepi dan berisikan beberapa ruangan yang bisa disewa untuk acara privat.

"Nanti kita langsung umumkan saja kan?" bisik Zeta ketika berjalan mengikuti si pelayan wanita.

Riga mengangguk.

"Nggak perlu pakai prolog atau apa?"

"Memang mau kasih prolog apa lo?" tanya Riga balik.

"Nanti mereka kaget terus mikir yang nggak-nggak gimana? Kita kan nggak buat pemberitahuan sebelumnya."

"Suka-suka mereka kalau mau bikin asumsi. Nggak rugi di kita."

Zeta menghentikan langkahnya. Otomatis langkah Riga ikut terhenti karena Zeta menarik lengan Riga.

"Nanti mereka pikir gue hamil duluan atau kita dijodohkan."

"Memang lo hamil?"

"Ya nggak."

Pisah Boleh Cerai Jangan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang