[side story] Daddies

Mulai dari awal
                                    

"Lu ngapain aja dah dari pagi? Lu libur kerja kan? Bisa-bisanya lu bikin ni anak nangis," cerca pria yang lebih tinggi, membenarkan gendongan Jeha di lengannya sembari meminumkan susu hangat itu.

"Gue lagi cuci baju, t-tadi gue udah mau bikinin susu buat Jeha kok! Tapi... dianya terus tidur, keliatan pules banget, ga tega gue mau bangunin, akhirnya gue cuci baju."

Alasan klise. Tapi cukup masuk akal. Akhirnya, Guanlin pun memercayainya meski masih sedikit mencibir.

"Dahlah serah lu. Untung aja gue dateng, kalo ga begimana nasib anak lu coba?" Dia menggerutu, berbalik sembari melonggarkan dasinya dan duduk di sofa.

Jeno yang masih merasa bersalah, bingung harus berkata seperti apa karena Guanlin memarahinya.

"Lu kok... udah balik aja," tanyanya kemudian dengan canggung, menghampiri Guanlin dan ikut duduk di sofa. Memerhatikan anak perempuannya yang sedang menyusu di gendongan Guanlin.

"Ya emang kenapa kalo gue kesini? Kaga boleh?"

"Y-ya... boleh."

Ah, entah sejak kapan. Entah sejak kapan Lai Guanlin sudah seperti anggota keluarga di rumahnya yang sunyi ini. Pria itu seringkali pulang dan pergi hanya untuk menengok Lee Jeha katanya, menggendongnya, membantu mengganti popok, sampai menimangnya seperti anak sendiri.

Entah sejak kapan, Lee Jeno tak lagi terganggu dengan kehadiran pria ini.

Entah sejak kapan pula Lee Jeno merasa keberadaan Guanlin di antara dia dan anak perempuannya adalah hal yang familiar.

Seperti sebuah rutinitas.

Tak tanggung-tanggung dalam berperan sebagai 'ayah kedua', Guanlin selalu membelanjakan kebutuhan Si Jeha kecil, bahkan sampai kebutuhan rumah dan dapur.

Saat Jeno sibuk di rumah sakit sampai begadang, Guanlin memanggil pelayan di rumahnya untuk membersihkan rumah Jeno sementara dirinya merawat Lee Jeha.

Yah, Guanlin tidak memiliki pengalaman merawat seorang bayi sih, Lee Jeha bahkan adalah bayi pertama yang pertama ia gendong dengan lengannya. Semuanya... terjadi begitu saja, instingnya hanya memperingatkannya untuk merawat bayi ini dengan penuh kehati-hatian.

Dan sialan, wajahnya sangat mirip dengan Jung Jeha.

"Lo udah makan? Gue tadi siang masak, udah dingin sih, tapi bisa gue angetin kalo lo mau," saran Jeno kemudian saat suasana kembali hening.

"Masak apa lu? Jangan bilang mie."

"I-iya... gue bikin jjampong, tapi ada kimchi juga kalo lu mau," Jeno menggaruk pipinya dengan canggung.

Yah, dia tidak terlalu jago memasak sih, masih belajar, jjampong dan kimchi itu pun dia buat dengan hasil menyontek resep internet.

"Yaudahla gue mau."

Jawaban tak terduga Guanlin membuat Jeno cukup terkejut. "Kalo gitu gue angetin sekarang."

"Iye, gue nunggu ni bocah tidur dulu, nanti gue nyusul."

Begitulah akhirnya Jeno kembali ke dapur untuk menghangatkan makanan sekaligus membereskan cuciannya yang belum selesai, sementara Guanlin menggendong Jeha kecil yang mulai memejamkan mata, namun masih asyik menyusu, lalu dia tepuk-tepuk dengan lembut pantat Si bayi dengan tangan kanannya.

Sial, Guanlin tidak mengerti dengan jalan pikirannya sendiri mengapa bisa berakhir di rumah ini, tapi... bayi dalam gendongannya itu seperti memiliki daya magnet yang kuat.


——-oOo——-

Lee Jeha usia 3 tahun.

What If [Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang