Langit Alaska

11 | tapi perasaan gak bisa diubah

Langit Alaska,

Bagian Loversation untuk Detrian

11.

And when someone offers you the world,

in the end you'll keep choosing the one who gives you nothing,

because they are the world already.

☾*✲⋆ ☾*✲⋆.

Alaska

Salah aku.

Harusnya aku gak perlu bersikap kayak gitu sama Giandra. Dan seharusnya aku gak perlu menolak permintaannya untuk berangkat ke Majene.

"Woy!" aku terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Seingatku tadi di tempat parkir ini hanya ada Giandra yang langsung menyuruhku pulang dengan cara menarik tanganku. Bukan karena aku gak mau pulang. Aku bahkan udah bersiap untuk pulang seperti biasa tiap akhir minggu. Tapi setelah dia menunjukkan tiket pesawat dan berkata kalau malam ini kami akan berangkat ke Majene, entah kenapa aku langsung menolak dan itu membuatnya marah.

"Mau ngapain lo?" aku gak tau siapa laki-laki ini. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Detrian, kulitnya juga putih pucat. Dia mengenakan jaket denim berwarna cokelat tua dan dengan sigap langsung menahan tangan Giandra dengan kuat yang tadinya hampir saja akan memukul Detrian.

Tanpa sadar juga genggaman tanganku pada Detrian semakin erat. Aku gak berani mendongak untuk melihat apa yang terjadi dan hanya menunduk.

"Minggir. Ini bukan urusan lo. I don't even know you." Suara tenang Giandra justru menunjukkan betapa geramnya dia.

"Yan..," laki-laki yang masih menahan Giandra dan menatapnya tajam seolah siap menghajar Giandra kapan aja sekarang seolah menunggu aba-aba Detrian.

"Hari ini Alaska gak pulang..." aku mendongak ke samping, masih gak percaya dengan apa yang keluar dari bibirnya. Detrian menatap Giandra seolah dia sedang berusaha mati-matian untuk menahan amarahnya, dan itu terasa dari bagaimana eratnya dia menggenggam tanganku. "Dia tetep di mess. Dan lo.....," dia memberi tekanan pada kalimatnya ke Giandra. "Bisa pergi sekarang."

"Lo.." Giandra benar-benar menahan napasnya yang bergemuruh.

"Atau gue lapor polisi." potong Detrian cepat dengan ekspresi penuh intimidasi. Dia menggertakan giginya sambil mengepalkan tangan.